Israndi Perwiransyah Ritonga
Tuesday, October 18, 2011
 
 
Kaum Madyam, kaumnya Nabi Syu'ib, adalah segolongan bangsa Arab yang  tinggal di  sebuah daerah bernama "Ma'an" di pinggir negeri Syam. Mereka  terdiri dari  orang-orang kafir tidak mengenal Tuhan Yang Maha Esa.  Mereka mentembah kepada  "Aikah" iaitu sebidang padang pasir yang  ditumbuhi beberapa pohon dan  tanam-tanaman. Cara hidup dan istiadat  mereka sudah sgt jauh dari ajaran agama  dan pengajaran nabi-nabi  sebelum Nabi Syu'aib a.s.
Kemungkaran, kemaksiatan  dan tipu menipu  dalam pengaulan merupakan perbuatan dan perilaku yang lumrah dan  rutin.  Kecurangan dan perkhianatan dalam hubungan dagang seperti pemalsuan   barang, kecurian dalam takaran dan timbangan menjadi ciri yang sudah  sebati  dengan diri mereka. Para pedagang dan petani kecil selalu  menjadi korban  permainan para pedagang-pedagang besar dan para pemilik  modal, sehingga dengan  demikian yang kaya makin bertambah kekayaannya,  sedangkan yang lemah semakin  merosot modalnya dan semakin melarat  hidupnya.
Sesuai dengan sunnah Allah  sejak Adam diturunkan ke  bumi bahwa dari waktu ke waktu bila manusia sudah  lupakan kepada-Nya  dan sudah jauh menyimpang dair ajaran-ajaran nabi-nabi-Nya,  dan bila  Iblis serta syaitan sudah menguasai sesuatu masyarakat dengan ajaran   dan tuntutannya yang menyesatkan maka Allah mengutuskan seorang rasul  dan nabi  untuk memberi penerangan serta tuntutan kepada mereka agar  kembali ke jalan yang  lurus dan benar, jalan iman dan tauhid yang  bersih dari segala rupa syirik dan  persembahan yang bathil.
Kepada  kaum Madyan diutuslah oleh Allah seorang  Rasul iaitu Nabi Syu'aib,  seorang drpd mrk sendiri, sedarah dan sedaging dengan  mereka. Ia  mengajak mereka meninggalkan persembahan kepada Aikah, sebuah benda   mati yang tidak bermanfaat atau bermudharat dan sebagai gantinya  melakukan  persembahan dan sujud kepada Allah Yang Maha Esa, Pencipta  langit dan bumi  termasuk sebidang tanah yang mereka puja sebagai tuhan  mereka.
Nabi Syu'aib  kepada mereka agar meninggalkan  perbuatan-perbuatan dan kelakukan-kelakuan yang  dilarang oleh Allah  serta membawa kerugian bagi sesama manusia serta mengakibat  kerusakan  dan kebinasaan masyarakat. Mereka diajak agar berlaku adil dan jujur   terhadap diri sendiri dan terutama terhadap orang lain, meninggalkan  perkhianat  dan kezaliman serta perbuatan curang dalam hubungan dagang,  perampasan hak milik  seseorang dan penindasan terhadap orang-orang yang  lemah dan  miskin.
Diingatkan oleh Nabi Syu'aib akan nikmat  Allah dan kurniaan-Nya  yang telah memberi mereka tanah subu serta  sarana-sarana kemakmuran yang  berlimpah-limpah dengan pertumbuhan  jumlah penduduk dan anak cucu yang pesat.  Semuanya itu menurut seruan  Nabi Syu'aib, patut diimbangi dengan rasa bersyukur  dan bersembah  kepada Allah Maha Pencipta yang akan melipat gandakan nikmat dan   kurnia-Nya kepada orang-orang yang beriman dan bersyukur.
Diingatkan  pula  Nabi Syu'aib bahwa mrk tidak mahu sedar dan kembali kepada jalan  yang benar  mengikuti ajaran dan perintah Allah yang dibawanya, nescaya  Allah akan mencabut  nikmat dan kurnia-Nya kepada mereka, bahkan akan  menurunkan azabnya atas mereka  di dunia selain seksa dari azab yang  menanti mereka kelak di akhirat bila di  bangkitkan kembali dari kubur.
Kepada  mereka Nabi Syu'aib dikisahkan  seksa dan azab yang diturunkan oleh  Allah terhadap kaum Nuh, kaum Hud, kaum  Saleh dan paling dekat kaum  Luth yang kesemua telah menderita dan menjadi binasa  akibat kekafiran,  keangkuhan dan keengganan mereka mengikuti ajaran serta  tuntutan  nabi-nabi yang diutus Allah kepada Mereka. Diingatkan oleh Nabi Syu'aib   agar mereka beriktibar dan ingat bahwa mereka akan mengalami nasib yang  telah  dialami oleh kaum-kaum itu jika mereka tetap melakukan  persembahan yang bathil  serta tetap melakukan perbuatan-perbuatan yang  buruk dan jahat.
Dakwah  dan ajakan Nabi Syu'aib disambut oleh  mereka terutama penguasa, pembesar serta  orang-orang kaya dengan ejekan  dan olok-olok. Mereka berkata: "Adakah kerana  solatmu, engaku  memerintahkan kami menyembah selain apa yang telah kami sembah   sepanjang hayat kami. Persembahan mana pula telah dilakukan oleh nenek  moyang  kami dan diwariskan kepada kami. Dan apakah juga karena solatmu  engkau  menganjurkan kami meninggalkan cara-cara hidup sehari-hari yang  nyata telah  membawa kemakmuran dan kebahagian bagi kami bahkan sudah  menjadi adat istiadat  kami turun temurun. Sungguh kami tidak mengerti  apa apa tujuanmu dan apa  maksudmu dengan ajaran-ajaran baru yang engkau  bawa kepada kami. Sungguh kami  menyaksikan kesempurnaan akalmu dan  keberesan otakmu!"
Ejekan dan  olok-olok mrk didengar dan  diterima oleh Syu'aib dengan kesabran dan kelapangan  dada. Ia sesekali  tidak menyambut kata-kata kasar mereka dengan marah atau  membalasnya  dengan kata-kata yang kasar pula. Ia bahkan makin bersikap lemah  lembut  dalam dakwahnya dengan menggugah hati nurani dan akal mereka supaya   memikirkan dan merenungkan apa yang dikatakan dan dinasihatkan kepada  mereka.  Dan sesekali ia menonjolkan hubungan darah dan kekeluargaannya  dengan mereka,  sebagai jaminan bahwa ia menghendaki perbaikan bagi  hidup mereka di dunia dan  akhirat dan bukan sebaliknya. Ia tidak  mengharapkan sesuatu balas jasa atas  usaha dakwahnya. Ia tidak pula  memerlukan kedudukan atau menginginkan kehormatan  bagi dirinya dari  kaumnya. Ia akan cukup merasa puas jika kaumnya kembali kepada  jalan  Allah, masyarakatnya akan menjadi masyarakat yang bersih dari segala   kemaksiatan dan adt-istiadat yang buruk. Ia akan menerima upahnya dari  Allah  yang telah mengutuskannya sebagai rasul yang dibebani amanat  untuk menyampaikan  risalah-Nya kepada kaumnya sendiri.
Kaum  Syu'aib akhirnya merasa jengkel  dan jemu melihat Nabi Syu'aib tidak  henti-hentinya berdakwah bertabligh pada  setiap kesempatan dan di mana  saja ia menemui orang berkumpul. Penghinaan dan  ancaman dilontar kepada  Nabi Syu'aib dan para pengikutnya akan diusir dan akan  dikeluarkan  dari Madyan jika mereka mahu menghentikan dakwahnya atau tidak mahu   mengikuti agama adn cara-cara hidup mereka.
Berkata mereka kepada  Nabi  Syu'aib dengan nada mengejek: "Kami tidak mengerti apa yang kamu  katakan.  Nasihat-nasihatmu tidak mempunyai tempat di dalam hati dan  kalbu kami. Engkau  adalah seorang yang lemah fizikalnya, rendah  kedudukan dalam pengaulan maka  tidak mungkin engkau dapat mempengaruhi  atau memimpin kami yang berfizikal lebih  kuat dan berkedudukan yang  lebih tinggi drpmu. Cuba tidak kerana kerabatmu yang  kami segani dan  hormati, nescaya engkau telah kami rejam dan sisihkan dari  pengaulan  kami."
Nabi Syu'aib menjawab: "aku tidak akan hentikan dakwahku   kepada risalah Allah yang telah diamanahkan kepadaku dan jgnlah kamu   mengharapkan bahwa aku mahupun para pengikutku akan kembali mengikuti  agamamu  dan adt-istiadatmu setelah Allah memberi hidayahnya kepada  kami. Pelindunganku  adalah Allah Yang Maha Berkuasa dan bukan sanad  kerabatku, Dialah yang memberi  tugas kepadaku dan Dia pula akan  melindungiku dari segala gangguan dan ancaman.  Adakah sanak saudaraku  yang engkau lebih segani drp Allah yang Maha  Berkuasa?"
Sejak  berdakwah dan bertabligh menyampaikan risalah Allah  kepada kaum Madyan,  Nabi Syu'aib berhasil menyedarkan hanya sebahagian kecil  dari kaumnya,  sedang bahagian yang terbesar masih tertutup hatinya bagi cahaya  iman  dan tauhid yang diajar oleh beliau. Mereka tetap berkeras kepala   mempertahankan tradisi, adt-istiadat dan agama yang mereka warisi dari  nenek  moyang mereka. Itulah alasan mereka satu-satunya yang mereka  kemukakan untuk  menolak ajaran Nabi Syu'aib dan itulah benteng mereka  satu-satunya tempat mereka  berlindung dari serangan Nabi Syu'aib atas  persembahan mereka yang bathil dan  adat pengaulan mereka yang mungkar  dan sesat. Di samping itu jika mereka sudah  merasa tidak berdaya  menghadapi keterangan-keterangan Nabi Syu'aib yang didukung  dengan  dahlil dan bukti yang nyata kebenaran, mereka lalu melemparkan   tuduhan-tuduhan kosong seolah-olah Nabi adalah tukang sihir dan ahli  sulap yang  ulung. Mereka telah berani menentang Nabi Syu'aib untuk  membuktikan kebenaran  risalahnya dengan memdatangkan bencana dari Allah  yang ia sembah dan  menganjurkan orang menyembah-Nya pula.
Mendengar  tentangan kaumnya yang  menandakan hati mereka telah tertutup  rapat-rapat bagi sinar agama dan wahyu  yang ia bawa dan bahwa tiada  harapan lagi akan menarik mereka ke jalan yang  lurus serta mengangkat  mereka dari lembah syirik dan kemaksiatan serta pergaulan  buruk, maka  bermohonlah Nabi Syu'aib kepada Allah agak menurunkan azzab seksanya   kepada kaum Madyan bahwa wujud-Nya serta menentang kekuasaannya untuk  menjadi  ibrah dan peringatan bagi generasi-generasi yang mendatang.
Allah  Yang  Maha berkuasa berkenan menerima permohonan dan doa Syu'aib, maka  diturunkanlah  lebih dahulu di atas mereka hawa udara yang sangat panas  yang mengeringkan  kerongkongan karena dahaga yang tidak dapat  dihilangkan dengan air dan membakar  kulit yang tidak dapat diubati  dengan berteduh di bawah atap rumah atau  pohon-pohon.
Di dalam  keadaan mrk yang sedang bingung, panik berlari-lari ke  sana ke mari,  mencari perlindungan dari terik panasnya matahari yang membakar  kulit  dan dari rasa dahaga karena keringnya kerongkong tiba-tiba terlihat di   atas kepala mereka gumpalan awan hitam yang tebal, lalu berlarilah  mereka ingin  berteduh dibawahnya. Namun setelah mereka berada di bawah  awan hitam itu seraya  berdesak-desak dan berjejal-jejal, jatuhlah ke  atas kepala mereka percikan api  dari jurusan awan hitam itu diiringi  oleh suara petir dan gemuruh ledakan  dahsyat sementara bumi di bawah  mereka bergoyang dengan kuatnya menjadikan  mereka berjatuhan, tertimbun  satu di bawah yang lain dan melayanglah jiwa mereka  dengan  serta-merta.
Nabi Syu'aib merasa sedih atas kejadian yang menimpa   kaumnya dan berkata kepada para pengikutnya yang telah beriman: "Aku  telah  sampaikan kepada mrk risalah Allah, menasihati dan mengajak  mereka agar  meninggalkan perbuatan-perbuatan mungkar serta persembahan  bathil mereka dan aku  telah memperingatkan mereka akan datangnya  seksaan Allah bila mereka tetap  berkeras hati, menutup telinga mereka  terhadap suara kebenaran ajaran-ajaran  Allah yang aku bawa, namun  mereka tidak menghiraukan nasihatku dan tidak  mempercayai peringatanku.  Karenanya tidak patutlah aku bersedih hati atas  terjadinya bencana  yang telah membinasakan kaumku yang kafir itu.