Nabi  Musa A.S. adalah seorang bayi yang dilahirkan dikalangan Bani Isra'il  yang  pada ketika itu dikuasai oleh Raja Fir'aun yang bersikap kejam dan  zalim. Nabi  Musa bin Imron bin Qahat bin Lawi bin Ya'qub adalah  beribukan Yukabad.Setelah  meningkat dewasa Nabi Musa telah beristerikan  dengan puteri Nabi Syu'aib yaitu  Shafura.Dalam perjalanan hidup Nabi  Musa untuk menegakkan Islam dalam penyebaran  risalah yang telah  diutuskan oleh Allah kepadanya ia telah diketemukan beberapa  orang nabi  diantaranya ialah bapa mertuanya Nabi Syu'aib, Nabi Harun dan Nabi   Khidhir. Di sini juga diceritakan tentang perlibatan beberapa orang nabi  yang  lain di antaranya Nabi Somu'il serta Nabi Daud
Catatan :
Para  ahli  tafsir berselisih pendapat tentang Syu'aib, mertua Nabi Musa.  Sebagian besar  berpendapat bahwa ia adalah Nabi Syu'aib A.S. yang  diutuskan sebagai rasul  kepada kaum Madyan, sedang yang lain  berpendapat bahwa ia adalah orang lain  yaitu yang dianggap adalah satu  kebetulan namanya Syu'aib juga. Wallahu A'lam  bisshawab
Kelahiran  Musa Dan Pengasuhnya 
Raja  Fir'aun yang  memerintah Mesir sekitar kelahirannya Nabi Musa, adalah  seorang raja yang zalim,  kejam dan tidak berperikemanusiaan. Ia  memerintah negaranya dengan kekerasan,  penindasan dan melakukan sesuatu  dengan sewenang-wenangnya. Rakyatnya hidup  dalam ketakutan dan rasa  tidak aman tentang jiwa dan harta benda mereka,  terutama Bani Isra'il  yang menjadi hamba kekejaman, kezaliman dan bertindak   sewenang-wenangnya dari raja dan orang-orangnya. Mereka merasa tidak  tenteram  dan selalu dalam keadaan gelisah, walau pun berada dalam rumah  mereka sendiri.  Mereka tidak berani mengangkat kepala bila berhadapan  dengan seorang hamba raja  dan berdebar hati mereka karena ketakutan  bila kedengaran suara pegawai-pegawai  kerajaan lalu di sekitar rumah  mrk, apalagi bunyi kasut mrk sudah terdengar di  depan pintu.
Raja  Fir'aun yang sedang mabuk kuasa yang tidak terbatas  itu,  bergelimpangan dalam kenikmatan dan kesenangan duniawi yang tiada  taranya,  bahkan mengumumkan dirinya sebagai tuhan yang harus disembah  oleh rakyatnya. Pd  suatu hari beliau telah terkejut oleh ramalan oleh  seorang ahli nujum kerajaan  yang dengan tiba-tiba dtg menghadap raja  dan memberitahu bahwa menurut  firasatnya falaknya, seorang bayi lelaki  akan dilahirkan dari kalangan Bani  Isra'il yang kelak akan menjadi  musuh kerajaan dan bahkan akan  membinasakannya.
Raja Fir'aun  segera mengeluarkan perintah agar semua  bayi lelaki yang dilahirkan di  dalam lingkungan kerajaan Mesir dibunuh dan agar  diadakan pengusutan  yang teliti sehingga tiada seorang pun dari bayi lelaki,  tanpa  terkecuali, terhindar dari tindakan itu. Maka dilaksanakanlah perintah   raja oleh para pengawal dan tenteranya. Setiap rumah dimasuki dan  diselidiki dan  setiap perempuan hamil menjadi perhatian mereka pada  saat melahirkan  bayinya.
Raja Fir'aun menjadi tenang kembali dan  merasa aman tentang  kekebalan kerajaannya setelah mendengar para  anggota kerajaannya, bahwa wilayah  kerajaannya telah menjadi bersih dan  tidak seorang pun dari bayi laki-laki yang  masih hidup. Ia tidak  mengetahui bahwa kehendak Allah tidak dpt dibendung dan  bahwa takdirnya  bila sudah difirman "Kun" pasti akan wujud dan menjadi kenyataan   "Fayakun". Tidak sesuatu kekuasaan bagaimana pun besarnya dan kekuatan  bagaimana  hebatnya dapat menghalangi atau mengagalkannya.
Raja  Fir'aun sesekali  tidak terlintas dalam fikirannya yang kejam dan zalim  itu bahwa kerajaannya yang  megah, menurut apa yang telah tersirat dalam  Lauhul Mahfudz, akan ditumbangkan  oleh seorang bayi yang justeru  diasuh dan dibesarkan di dalam istananya sendiri  akan diwarisi kelak  oleh umat Bani Isra'il yang dimusuhi, dihina, ditindas dan  disekat  kebebasannya. Bayi asuhnya itu ialah laksana bunga mawar yang tumbuh di   antara duri-duri yang tajam atau laksana fajar yang timbul menyingsing  dari  tengah kegelapan yang mencekam.
Yukabad, isteri Imron bin  Qahat bin Lawi  bin Ya'qub sedang duduk seorang diri di salah satu sudut  rumahnya menanti dtgnya  seorang bidan yang akan memberi pertolongan  kepadanya melahirkan bayi dari dalam  kandungannya itu.
Bidan dtg dan  lahirlah bayi yang telah dikandungnya selama  sembilan bulan dalam  keadaan selamat, segar dan sihat afiat. Dengan lahirnya  bayi itu, maka  hilanglah rasa sakit yang luar biasa dirasai oleh setiap  perempuan yang  melahirkan namun setelah diketahui oleh Yukabad bahwa bayinya  adalah  lelaki maka ia merasa takut kembali. Ia merasa sedih dan khuatir bahwa   bayinya yang sgt disayangi itu akan dibunuh oleh orang-orang Fir'aun. Ia   mengharapkan agar bidan itu merahsiakan kelahiran bayi itu dari  sesiapa pun.  Bidan yang merasa simpati terhadap bayi yang lucu dan  bagus itu serta merasa  betapa sedih hati seorang ibu yang akan  kehilangan bayi yang baru dilahirkan  memberi kesanggupan dan berjanji  akan merahsiakan kelahiran bayi  itu.
Setelah bayi mencapai tiga  bulan, Yukabad tidak merasa tenang dan  selalu berada dalam keadaan  cemas dan khuatir terhadap keselamatan bayinya.  Allah memberi ilham  kepadanya agar menyembunyikan bayinya di dalam sebuah peti  yang  tertutup rapat, kemudian membiarkan peti yang berisi bayinya itu  terapung  di atas sungai Nil. Yukabad tidak boleh bersedih dan cemas ke  atas keselamatan  bayinya karena Allah menjamin akan mengembalikan bayi  itu kepadanya bahkan akan  mengutuskannya sebagai salah seorang rasul.
Dengan  bertawakkal kepada  Allah dan kepercayaan penuh terhadap jaminan  Illahi, mak dilepaskannya peti bayi  oleh Yukabad, setelah ditutup rapat  dan dicat dengan warna hitam, terapung  dipermukaan air sungai Nil.  Kakak Musa diperintahkan oleh ibunya untuk mengawasi  dan mengikuti peti  rahsia itu agar diketahui di mana ia berlabuh dan ditangan  siapa akan  jatuh peti yang mengandungi erti yang sgt besar bagi perjalanan  sejarah  umat manusia.
Alangkah cemasnya hati kakak Musa, ketika melihat dari   jauh bahwa peti yang diawasi itu, dijumpai oleh puteri raja yang  kebetulan  berada di tepi sungai Nil bersantai bersama beberapa  dayangnya dan dibawanya  masuk ke dalam istana dan diserahkan kepada  ibunya, isteri Fir'aun. Yukabad yang  segera diberitahu oleh anak  perempuannya tentang nasib peti itu, menjadi  kosonglah hatinya karena  sedih dan cepat serta hampir saja membuka rahsia peti  itu, andai kata  Allah tidak meneguhkan hatinya dan menguatkan hanya kepada  jaminan  Allah yang telah dinerikan kepadanya.
Raja Fir'aun ketika   diberitahu oleh Aisah, isterinya, tentang bayi laki-laki yang ditemui di  dalam  peti yang terapung di atas permukaan sungai Nil, segera  memerintahkan membunuh  bayi itu seraya berkata kepada isterinya: "Aku  khuatir bahwa inilah bayi yang  diramalkan, yang akan menjadi musuh dan  penyebab kesedihan kami dan akan  membinasakan kerajaan kami y besar  ini." Akan tetapi isteri Fir'aun yang sudah  terlanjur menaruh simpati  dan sayang terhadap bayi yang lucu dan manis itu,  berkata kepada  suaminya: "Janganlah bayi yang tidak berdosa ini dibunuh. Aku  sayang  kepadanya dan lebih baik kami ambil dia sebagai anak, kalau-kalau kelak   ia akan berguna dan bermanfaat bagi kami. Hatiku sgt tertarik kepadanya  dan ia  akan menjadi kesayanganku dan kesayangmu". Demikianlah jika  Allah Yang Maha  Kuasa menghendaki sesuatu maka dilincinkanlah jalan  bagi terlaksananya takdir  itu. Dan selamatlah nyawa putera Yukabad yang  telah ditakdirkan oleh Allah untuk  menjadi rasul-Nya, menyampaikan  amanat wahyu-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang  sudah sesat.
Nama  Musa yang telah diberikan kepada bayi itu oleh keluarga  Fir'aun,  bererti air dan pohon {Mu=air , Sa=pohon} sesuai dengan tempat   ditemukannya peti bayi itu. Didatangkanlah kemudian ke istana beberapa  inang  untuk menjadi ibu susuan Musa. Akan tetapi setiap inang yang  mencuba dan memberi  air susunya ditolak oleh bayi yang enggan menyedut  dari setiap tetk yang  diletakkan ke bibirnya. Dalam keadaan isteri  Fir'aun lagi bingung memikirkan  bayi pungutnya yang enggan menetek dari  sekian banyak inang yang didatangkan ke  istana, datanglah kakak Musa  menawarkan seorang inang lain yang mungkin diterima  oleh bayi itu.
Atas  pertanyaan keluarga Fir'aun, kalau-kalau ia mengenal  keluarga bayi  itu, berkatalah kakak Musa: "Aku tidak mengenal siapakah keluarga  dan  ibu bayi ini. Hanya aku ingin menunjukkan satu keluarga yang baik dan  selalu  rajin mengasuh anak, kalau-kalau bayi itu dpt menerima air susu  ibu keluarga  itu".
Anjuran kakak Musa diterima oleh isteri Fir'aun  dan seketika itu  jugalah dijemput ibu kandung Musa sebagai inang  bayaran. Maka begitu bibir sang  bayi menyentuh tetek ibunya, disedutlah  air susu ibu kandungnya itu dengan sgt  lahapnya. Kemudian diserahkan  Musa kepada Yukabad ibunya, untuk diasuh selama  masa menetek dengan  imbalan upah yang besar. Maka dengan demikian terlaksanalah  janji Allah  kepada Yukabad bahwa ia akan menerima kembali puteranya  itu.
Setelah  selesai masa meneteknya, dikembalikan Musa oleh ibunya ke  istana, di  mana ia di asuh, dibesar dan dididik sebagaimana anak-anak raja yang   lain. Ia mengenderai kenderaan Fir'aun dan berpakaian sesuai dengan  cara-cara  Fir'aun berpakaian sehingga ia dikenal orang sebagai Musa bin   Fir'aun.
Bacalah  tentang isi cerita di atas di dalam Al-Quran dari ayat 4 - 13 dalam surah  "Al-Qashash" sebagai berikut :~
"4.~  Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka  bumi dan  menjadikan penduduknya berpecah belah dengan menindas segolongan dari   mrk, menyembelih anak lelaki mrk dan membiarkan hidup anak-anak  perempuan  mereka. Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang-orang yang  berbuat kerusakan.5.~ Dan  Kami hendak memberi kurnia kepada orang-orang  yang tertindas di bumi {Mesir} itu  dan hendak menjadi mrk pemimpin dan  menjadikan mrk orang-orang yang mewarisi  {bumi}.6.~ Dan Kami akan  teguhkan kedudukan mrk di muka bumi dan akan Kami  perlihatkan kepada  Fir'aun dan Haman berserta tenteranya apa yang selalu mereka  khuatirkan  dari mereka itu.7.~ Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa,"susukanlah  dia,  dan apabila kamu khuatir terhadapnya, maka jatuhkan dia ke dalam sungai   {Nil}. Dan janganlah kamu khuatir dan janganlah pula bersedih hati,  karena  sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan  menjadikannya {salah  seorang} dari para rasul.8.~ Maka pungutlah ia  oleh keluarga Fir'aun yang  akibatnya ia menjadi musuh dan kesedihan  bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun dan  Haman berserta tenteranya adalah  orang-orang yang bersalah.9.~ Dan berkatalah  isteri Fir'aun: "Ia {Musa}  biji mata bagiku dan bagimu. Janganlah kamu  membunuhnya, mudah-mudahan  ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi  anak," sedang mrk  tiada menyedari.10.~ Dan menjadi kekosongan hait ibu Musa,  seandainya  Kami tidak teguhkan hatinya, spy ia termasuk orang-orang yang percaya   {kepada janji Allah}.11.~ Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa  yang  perempuan: "Ikutilah dia". Maka kelihatan olehnya Musa dari jauh,  sedang mereka  tidak mengetahuinya.12.~ Dan Kami cegah Musa dari menyusu  kepada  perempuan-perempuan yang nahu menyusukannya sebelum itu, maka  berkatalah saudara  Musa: "Mahukah kamu aku tunjukkan kepada kamu  ahlul-bait yang akan  memeliharakannya utkmu dan mrk dpt berlaku baik  kepadanya?"13.~ Maka Kami  kembalikan Musa kepada ibunya supaya senang  hatinya dan tidak berduka cita dan  supaya ia mengetahui bahwa janji  Allah itu adalah benar, tetapi manusia  kebanyakan tidak mengetahuinya."  { Al-Qashash : 4 ~ 13 }
Musa keluar dari Mesir 
Sejak  ia dikembali ke  istana oleh ibunya setelah disusui, Musa hidup sebagai  slah seorang drp keluarga  kerajaan hingga mencapai usia dewasanya,  dimana ia memperolehi asuhan dan  pendidikan sesuai dengan tradisi  istana. Allah mengurniakannya hikmah dan  pengetahuan sebagai persiapan  tugas kenabian dan risalah yang diwahyukan  kepadanya. Di samping  kesempurnaan dan kekuatan rohani, ia dikurniai oleh Allah  kesempurnaan  tubuh dan kekuatan jasmani.
Musa mengetahui dan sedar bahwa ia  hanya  seorang anak pungut di istana dan tidak setitik darah Fir'aun pun  mengalir  di dalam tubuhnya dan bahwa ia adalah keturunan Bani Isra'il  tg ditindas dan  diperlakukan sewenang-wenangnya oleh kaum Fir'aun.  Karenanya ia berjanji kepada  dirinya akan menjadi pembela kepada  kamunya yang tertindas dan menjadi pelindung  bagi golongan yang lemah  yang menjadi sasaran kezaliman dan keganasan para  penguasa. Demikianlah  maka terdorong oleh rasa setia kawannya kepada orang-orang  yang  madhlum dan teraniaya, terjadilah suatu peristiwa yang menyebabkan ia   terpaksa meninggalkan istana dan keluar dari Mesir.
Peristiwa itu  terjadi  ketika Musa sedang berjalan-jalan di sebuah lorong di waktu  tengahari di mana  keadaan kota sunyi sepi ketika penduduknya sedang  tidur siang, Ia melihat kedua  berkelahi seorang dari golongan Bani  Isra'il bernama Samiri dan seorang lagi  dari kaum Fir'aun bernama  Fa'tun. Musa yang mendengar teriakan Samiri  mengharapkan akan  pertolongannya terhadap musuhnya yang lebih kuat dan lenih  besar itu,  segera melontarkan pukulan dan tumbukannya kepada Fatun yang seketika   itu jatuh rebah an menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Musa  terkejut  melihat Fatun, orang Fir'aun itu mati karena tumbukannya yang  tidak disengajakan  dn tidak akan mengharapkan membunuhnya. Ia merasa  berdoa dan beristighfar kepada  Allah memohon ampun diatas perbuatannya  yang tidak sengaja, telah melayang nyawa  salah seorang drp  hamba-hamba-Nya.
Peristiwa matinya Fatun menjadi perbualan  ramai dan  menarik para penguasa kerajaan yang menduga bahwa pasti orang-orang   Isra'illah yang melakukan perbunuhan itu. Mereka menuntut agar pelakunya  diberi  hukuman yang berat , bila ia tertangkap.
Anggota dan  pasukan keamanan  negara di hantarkan ke seluruh pelusuk kota mencari  jejak orang yang telah  membunuh Fatun, yang sebenarnya hanya diketahui  oleh Samiri dan Musa shj. akan  tetapi, walaupun tidak orang ketiga yang  menyaksikan peristiwa itu, Musa merasa  cemas dan takut dan berada  dalam keadaan bersedia menghadapi akibat perbuatannya  itu bila sampai  tercium oleh pihak penguasa.
Alangkah malangnya nasib Musa  yang  sudah cukup berhati-hati menghindari kemungkinan terbongkarnya rahsia   pembunuhan yang ia lakukan tatkala ia terjebat lagi tanpa disengajakan  dalam  suatu perbuatan yang menyebabkan namanya disebut-sebut sebagai  pembunuh yang  dicari. Musa bertemu lagi dengan Samiri yang telah  ditolongnya melawan Fatun,  juga dalam keadaan berkelahi untuk kali  keduanya dengan salah seorang dari kaum  Fir'aun. Melihat Musa  berteriaklah Samiri meminta pertolongannya. Musa  menghampiri mereka  yang sedang berkelahi seraya berkata menegur Samiri: "  Sesungguhnya  engkau adalah seorang yang telah sesat."
Samiri menyangkal bahwa   Musa akan membunuhnya ketika ia mendekatinya, lalu berteriaklah Samiri  berkata:  "Apakah engkau hendak membunuhku sebagaimana engkau telah  membunuh seorang  kelmarin? Rupanya engkau hendak menjadi seorang yang  sewenang-wenang di negeri  ini dan bukan orang yang mengadilkan  kedamaian".
Kata-kata Samiri itu  segera tertangkap orang-orang  Fir'aun, yang dengan cepat memberitahukannya  kepada para penguasa yang  memang sedang mencari jejaknya. Maka berundinglah para  pembesar dan  penguasa Mesir, yang akhirnya memutuskan untuk menangkap Musa dan   membunuhnya sebagai balasan terhadap matinya seorang dari kalangan kaum   Fir'aun.
Selagi orang-orang Fir'aun mengatur rancangan penangkapan  Musa,  seorang lelaki slah satu daripada sahabatnya datang dari hujung  kota  memberitahukan kepadanya dan menasihatkan agar segera meninggalkan  Mesir, karena  para penguasa Mesir telah memutuskan untuk membunuhnya  apabila ia ditangkap.  lalu keluarlah Musa terburu-buru meninggalkan  Mesir, ssebelum anggota polis  sempat menutup serta menyekat pintu-pintu  gerbangnya.
Tentang  isi cerita ini,  terdapat dalam  al-Quran yang dapat di baca di dalam  surah "Al-Qashshas" ayat 14 - 21  sebagaimana berikut :~
"14.~  Dan  setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikannya  hikmah dan  pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada  orang-orang yang  berbuat baik.15.~ Dan Musa masuk ke kota {Memphis}  ketika penduduknya sedang  tidur, maka didapatinya di dalam kota itu dua  orang lelaki sedang bergaduh, yang  seorangnya dari golongannya {Bani  Isra'il} dan seorang lagi dari musuhnya {Kaum  Fir'aun}. Maka orang dari  golongannya meminta pertolongan kepadanya untuk  mengalahkan orang dari  musuhnya, lalu Musa menumbuknya dan matilah musuhnya itu.  Musa berkta;  "Ini adalah perbuatan syaitan, sesungguhnya syaitan itu adalah  musuh  yang menyesatkan lagi nyata {permusuhannya}.16.~ Musa berdoa: "Ya  Tuhanku,  sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri, karena itu  ampunilah aku".  Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah  Yang Maha Pengampun dan Maha  Penyayang.17.~ Musa berkata : "Ya Tuhanku  demi nikmat Engkau anugerahkan  kepadaku, aku sesekali tiada akan  menjadi penolong bagi orang-orang yang  berdosa".18.~ Karena itu jadilah  Musa di kota itu merasa takut menunggu dengan  khuatir {akibat  perbuatannya} maka tiba-tiba orang yang meminta pertolongannya  kelmarin  berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa berkata kepadanya:   "Sesungguhnya kamu benar-benar orang yang sesat, yang nyata  {kesesatannya}.19.~  Maka tatkala Musa hendak memegang dengan kuat orang  yang menjadi musuh keduanya,  berkata {seorang drp mereka}: "Hai Musa  apakah engkau bermaksud hendak  membunuhku, sebagaimana kamu kelmarin  telah membunuh seorang manusia? Kamu tidak  bermaksud melainkan hendak  menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri  {ini}, dan  tiadalah kamu bermaksud menjadi salah seorang dari orang yang   mengadakan perdamaian".20.~ Dan datanglah seorang laki-laki dari hujung  kota  bergegas-gegas, seraya berkata: "Hai Musa, sesungguhnya pembesar  negeri sedang  berunding tentangmu, untuk membunuhmu oleh itu keluarlah  {dari kota ini}.  Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi  nasihat kepadamu.21.~ Mak  keluarlah Musa dari kota ini dengan rasa  takut menunggu-nunggu dengan khuatir.  Dia berdoa: "Ya Tuhanku  selamatkanlah dari orang-orang yang zalim itu." {  Al-Qashash : 14 ~ 21 }
Musa bertemu Jodoh di kota  Madyan
Dengan  berdoa kepada  Allah: "Ya Tuhanku selamatkanlah aku dari segala tipu  daya orang-orang yang  zalim" keluarlah Nabi Musa dari kota Mesir  seorang diri, tiada pembantu selain  inayahnya Allah tiada kawan selain  cahaya Allah dan tiada bekal kecuali bekal  iman dan takwa kepada Allah.  Penghibur satu-satunya bagi hatinya yang sedih  karena meninggalkan  tanahi airnya ialah bahwa ia telah diselamatkan oleh Allah  dari buruan  kaum fir'aun yang ganas dan kejam itu.
Setelah menjalani   perjalanan selama lapan hari lapan malam dengan berkaki ayam {tidak  berkasut}  sampai terkupas kedua kulit tapak kakinya, tibalah Musa di  kota Madyan yaitu  kota Nabi Syu'aib yang terletak di timur jazirah  Sinai dan teluk Aqabah di  selatan Palestin.
Nabi Musa beristirehat  di bawah sebuah pokok yang rendang  bagi menghilangkan rasa letihnya  karena perjalanan yang jauh, berdiam seorang  diri karena nasibnya  sebagai salah seorang bekas anggota istana kerajaan yang  menjadi  seorang pelarian dan buruan. Ia tidak tahu ke mana ia harus pergi dan   kepada siapa ia harus bertamu, di tempat di mana ia tidak mengenal dan  dikenal  orang, tiada sahabat dan saudara. Dalam keadaan demikian  terlihatlah olehnya  sekumpulan penggembala berdesak-desak mengelilingi  sebuah sumber air bagi  memberi minum ternakannya masing-masing, sedang  tidak jauh dari tempat sumber  air itu berdiri dua orang gadis yang  menantikan giliran untuk memberi minuman  kepada ternakannya, jika para  penggembala lelaki itu sudah selesai dengan  tugasnya.
Musa  merasa kasihan melihat kepada dua orang gadis itu yang  sedang menanti  lalu dihampirinya dan ditanya : "Gerangan apakah yang kamu tunggu  di  sini?" Kedua gadis itu menjawab: "Kami hendak mengambil air dan memberi  minum  ternakan kami namun kami tidak dapat berdesak dengan lelaki yang  masih berada di  situ. Kami menunggu sehingga mereka selesai memberi  minum ternakan mereka. Kami  harus lakukan sendiri pekerjaan ini karena  ayah kami sudah lanjut usianya dan  tidak dapat berdiri, jangan lagi  datang ke mari". Lalu tanpa mengucapkan sepatah  kata dua pun  diambilkannyalah timba kedua gadis itu oleh Musa dan sejurus  kemudian  dikembalikannya kepada mrk setelah terisi air penuh sedang sekeliling   sumber air itu masih padat di keliling para pengembala.
Setibanya  kedua  gadis itu di rumah berceritalah keduanya kepada ayah mrk tentang  pengalamannya  dengan Nabi Musa yang karena pertolongannya yangbtidak  diminta itu mrk dapat  lebih cepat kembali ke rumah drp biasa. Ayah  kedua gadis yang bernama Syu'aib  itu tertarik dengan cerita kedua  puterinya. Ia ingin berkenalan dengan orang  yang baik hati itu yang  telah memberi pertolongan tanpa diminta kepada kedua  puterinya dan  sekaligus menytakan terimakasih kepadanya. Ia menyuruh salah  seorang  dari puterinya itu pergi memanggilkan Musa dan mengundangnya datang ke   rumah.
Dengan malu-malu pergilah puteri Syu'aib menemui Musa yang  masih  berada di bawah pohon yang masih melamun. Dalam keadaan letih  dan lapar Musa  berdoa: "Ya Tuhanku aku sangat memerlukan belas kasihmu  dan memerlukan kebaikan  sedikit brg makanan yang Engkau turunkan  kepadaku."
Berkatalah gadis itu  kepada Musa memotong lamunannya:  "Ayahku mengharapkan kedatanganmu ke rumah  untuk berkenalan dengan  engkau serta memberi engkau sekadar upah atas jasamu  menolong kami  mendapatkan air bagi kami dan ternakan kami."
Musa sebagai   perantau yang masih asing di negeri itu, tiada mengenal dan dikenali  orang tanpa  berfikir panjang menerima undangan gadis itu dengan senang  hati. Ia lalu  mengikuti gadis itu dari belakang menuju ke rumah ayahnya  yang bersedia  menerimanya dengan penuh ramah-tamah, hormat dan  mengucapkan  terimakasihnya.
Dalam berbincang-bincang dab  bercakap-cakap dengan Syu'aib  ayah kedua gadis yang sudah lanjut  usianya itu Musa mengisahkan kepadanya  peristiwa yang terjadi pd  dirinya di Mesri sehingga terpaksa ia melarikan diri  dan keluar  meninggalkan tanah airnya bagi mengelakkan hukuman penyembelihan yang   telah direncanakan oleh kaum Fir'aun terhadap dirinya.
Berkata  Syu'aib  setelah mendengar kisah tamunya: "Engkau telah lepas dari  pengejaran dari  orang-orang yang zalim dan ganas itu adalah berkat  rahmat Tuhan dan  pertolongan-Nya. Dan engkau sudah berada di sebuah  tempat yang aman di rumah  kami ini, di man engkau akan tinggallah  dengan tenang dan tenteram selama engkau  suka."
Dalam pergaulan  sehari-hari selama ia tinggal di rumah Syu'aib sebagai  tamu yang  dihormati dan disegani Musa telah dapat menawan hati keluarga tuan   rumah yang merasa kagum akan keberaniannya, kecerdasannya, kekuatan  jasmaninya,  perilakunya yang lemah lembut, budi perkertinya yang halus  serta akhlaknya yang  luhur. Hal mana telah menimbulkan idea di dalam  hati salah seorang dari kedua  puteri Syu'aib untuk mempekerjakan Musa  sebagai pembantu mereka. Berkatalah  gadis itu kepada ayahnya: "wahai  ayah! Ajaklah Musa sebagai pembantu kami  menguruskan urusan rumahtangga  dan penternakan kami. Ia adalah seorang yang kuat  badannya, luhur budi  perkertinya, baik hatinya dan boleh  dipercayai."
Saranan gadis  itu disepakati dan diterima baik oleh ayahnya  yang memang sudah menjadi  pemikirannya sejak Musa tinggal bersamanya di rumah,  menunjukkan sikap  bergaul yang manis perilaku yang hormat dab sopan serta tangan  yang  ringan suka bekerja, suka menolong tanpa diminta.
Diajaklah Musa   berunding oleh Syu'aib dan berkatalah kepadanya: "Wahai Musa! Tertarik  oleh  sikapmu yang manis dan cara pergaulanmu yang sopan serta akhlak  dan budi  perkertimu yang luhur, selama engkau berada di rumah ini kami  dan mengingat akan  usiaku yang makin hari makin lanjut, maka aku ingin  sekali mengambilmu sebagai  menantu, mengahwinkan engkau dengan salah  seorang dari kedua gadisku ini. Jika  engkau dengan senang hati menerima  tawaranku ini, maka sebagai maskahwinnya, aku  minta engkau bekerja  sebagai pembantu kami selama lapan tahun menguruskan  penternakan kami  dan soal-soal rumahtangga yang memerlukan tenagamu. Dan aku  sangat  berterima kasih kepada mu bila engkau secara suka rela mahu menambah dua   tahun di atas lapan tahun yang menjadi syarat mutlak itu."
Nabi  Musa  sebagai buruan yang lari dari tanah tumpah darahnya dan berada di  negeri orang  sebagai perantau, tada sanak saudara, tiada sahabat telah  menerima tawaran  Syu'aib iut sebagai kurniaan dari Tuhan yang akan  mengisi kekosongan hidupnya  selaku seorang bujang yang memerlukan teman  hidup untuk menyekutunya menanggung  beban penghidupan dengan segala  duka dan dukanya. Ia segera tanpa berfikir  panjang berkata kepada  Syu'aib: "Aku merasa sgt bahagia, bahwa pakcik berkenan  menerimaku  sebagai menantu, semuga aku tidak menghampakan harapan pakcik yang   telah berjasa kepada diriku sebagai tamu yang diterima dengan penuh  hormat dan  ramah tamah, kemudian dijadikannya sebagai menantu, suami  kepada anak puterinya.  Syarat kerja yang pakcik kemukakan sebagai  maskahwin, aku setujui dengan penuh  tanggungjawab dab dengan senang  hati."
Setelah masa lapan tahun bekerja  sebagai pembantu Syu'aib  ditambah dengan suka rela dilampaui oleh Musa,  dikahwinkanlah ia  dengan puterinya yang bernama Shafura. Dan sebagai hadiah  perkahwinan  diberinyalah pasangan penganti baru itu oleh Syu'aib beberapa ekor   kambing untuk dijadikan modal pertama bagi hidupnya yang baru sebagai   suami-isteri. Pemberian beberpa ekor kambing itu juga merupakan tanda  terimaksih  Syu'aib kepada Musa yang selama ini di bawah pengurusannya,  penternakan Syu'aib  menjadi berkembang biak dengan cepatnya dan memberi  hasil serta keuntungan yang  berlipat ganda.
Bacalah  tentang isi cerita yang terurai ini di dalam ayat 22 sampai ayat  28,  surah "Al-Qashash" juz 20 yang berbunyi sebagai berikut :~
"22.~  Dan tatkala ia menghadap ke negeri Madyan, ia  berdoa {lagi}:  "Mudah-mudahan Tuhanku menimpaiku ke jalan yang benar."23.~ Dan  tatkala  ia sampai di sumber air di negeri Madyan, ia menjumpai di sana   sekumpulan orang yang sedang memberi minum {ternakannya} dan ia  menjumpai di  belakang orang ramai itu, dua orang wanita yang sedang  menghambat ternakannya.  Musa berkata: "Apakah maksudmu {dengan berbuat  begitu}?" Kedua wanita itu  menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan  {ternakan kami} sebelum  pengembala-pengembala itu memulangkan  {ternakkannya} sedang bapa kami orang tua  yang telah lanjut  umurnya."24.~ Maka Musa memberi minum ternakan itu {utk  menolong}  keduanya, kemudian kembali ke tempat yang teduh, lalu berdoa: " Ya   Tuhanku! Sesungguhnya aku memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau  turunkan  kepadaku."25.~ Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang  daripada kedua  wanita itu dengan malu-malu ia berkata: "Sesungguhnya  bapaku memanggilmu agar ia  memberi pembalasan {kebaikanmu} memberi  minum {ternakan} kami." Maka tatkala  Musa mendatangi bapanya {Syu'aib}  dan menceritakan kepadanya cerita {mengenai  dirinya}. Syu'aib berkata:  "Janganlah kamu takut, kamu telah selamat dari  orang-orang yang zalim  itu."26.~ Salah seorang dari kedua wanita itu berkata:  "Ya bapaku,  ambil ia sebagai orang yang bekerja {dengan kita}. karena  sesungguhnya  orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja {dengan kita}   ialah orang yang kuat lagi dpt dipercayai."27.~ Berkatalah dia  {Syu'aib}: "  Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah  seorang dari kedua  anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku  lapan tahun dan jika kamu  cukupkan sepuluh tahun itu adalah dari  kemahuanmu, maka aku tidak mahu memberati  kamu. Dan kamu insya-Allah  kelak akan mendapatiku termasuk orang-orang yang  baik."28.~ Dia  berkata: "Itulah {perjanjian} antara aku dan kamu, mana saja dari  kedua  waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan   tambahan atas diriku {lagi}. Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita  ucapkan."  { Al-Qashash : 22 ~ 28 }
Musa A.S. pulang ke Mesir dan menerima  Wahyu
Sepuluh  tahun lebih Musa  meninggalkan Mesir tanah airnya, sejak ia melarikan  diri dari buruan kaum  Fir'aun. Suatu waktu yang cukup lama bagi  seseorang dpt bertahan menyimpan rasa  rindunya kepada tanah air, tempat  tumpah darahnya , walaupun ia tidak pernah  merasakan kebahagiaan hidup  di dalam tanah airnya sendiri. Apa lagi seorang  seperti Musa yang  mempunyai kenang-kenangan hidup yang seronok dan indah selama  ia berada  di tanah airnya sendiri selaku seorang dari keluarga kerajaan yang   megah dan mewah, maka wajarlah bila ia merindukan Mesir tanah tumpah  darahnya  dan ingin pulang kembali setelah ia beristerikan Shafura,  puteri  Syu'aib.
Bergegas-gegaslah Musa berserta isterinya  mengemaskan barang dan  menyediakan kenderaan lalu meminta diri dari  orang tuanya dan bertolaklah menuju  ke selatan menghindari jalan umum  supaya tidak diketahui oleh orang-orang  Fir'aun yang masih mencarinya.
Setibanya  di "Thur Sina" tersesatlah Musa  kehilangan pedoman dan bingung manakah  yang harus ia tempuh. Dalam keadaan  demikian terlihatlah oleh dia  sinar api yang nyala-nyala di atas lereng sebuah  bukit. Ia berhenti  lalu lari ke jurusan api itu seraya berkata kepada isterinya:   "Tinggallah kamu disini menantiku. Aku pergi melihat api yang menyala di  atas  bukit itu dan segera aku kembali. Mudah-mudahan aku dapat membawa  satu berita  kepadamu dari tempat api itu atau setidak-tidaknya membawa  sesuluh api bagi  menghangatkan badanmu yang sedang menggigil  kesejukan."
Tatkala Musa  sampai ke tempat api itu terdengar oleh  dia suara seruan kepadanya datang dari  sebatang pohon kayu di pinggir  lembah yang sebelah kanannya pada tempat yang  diberkahi Allah. Suara  seruan yang didengar oleh Musa itu ialah: "Wahai Musa!  Aku ini adalah  Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu. Sesungguhnya kamu  berada  di lembah yang suci Thuwa. Dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah   apa yang akan diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya aku ini adalah Allah  tiada Tuhan  selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah solat untuk  mengingat akan  Aku."
Itulah  wahyu yang pertama yang diterima  langsung oleh Nabi Musa sebagai tanda  kenabiannya, di mana ia telah dinyatakan  oleh Allah sebagai rasul dan  nabi-Nya yang dipilih Nabi Musa dalam kesempatan  bercakap langsung  dengan allah di atas bukit Thur Sina itu telah diberi bekal  oleh Allah  yang Maha Kuasa dua jenis mukjizat sebagai persiapan untuk menghadap   kaum Fir'aun yang sombong dan zalim itu.
Bertanyalah Allah kepada  Musa:  "Apakah itu yang engkau pegang dengan tangan kananmu hai Musa!"  Suatu pertanyaan  yang mengadungi erti yang lebih dalam dari apa yang  sepintas lalu dapat  ditangkap oleh Nabi Musa dengan jawapannya yang  sederhana. "Ini adalah  tongkatku, aku bertelekan pdnya dan aku pukul  daun dengannya untuk makanan  kambingku. Selain itu aku dapat pula  menggunakan tongkatku untuk  keperluan-keperluan lain yang penting  bagiku."
Maksud dan erti dari  pertanyaan Allah yang nampak  sederhana itu baru dimegertikan dan diselami oleh  Musa setelah Allah  memerintahkan kepadanya agar meletakkan tongkat itu di atas  tanah, lalu  menjelmalah menjadi seekor ular besar yang merayap dengan cepat   sehingga menjadikan Musa lari ketakutan. Allah berseru kepadanya:  "Peganglah  ular itu dan jangan takut. Kami akan mengembalikannya kepada  keadaan  asal."
Maka begitu ular yang sedang merayap itu ditangkap  dan dipegang oleh  Musa, ia segera kembali menjadi tongkat yang ia  terima dari Syu'aib, mertuanya  ketika ia bertolak dari Madyan.
Sebagai  mukjizat yang kedua, Allah  memerintahkan kepada Musa agar mengepitkan  tangannya ke ketiaknya yang nyata  setelah dilakukannya perintah itu,  tangannya menjadi putih cemerlang tanpa cacat  atau penyakit.
Bacalah tentang isi cerita di atas dalam surah "Thaahaa" ayat 9  sehingga 23 juz 16 sebagai berikut :~
"9.~  Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? 10.~ Ketika itu  melihat api,  lalu berkatalah ia kepada keluarganya: "Tinggallah kamu {di sini}   sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit   daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu."  11.~  Mak ketika ia datang ke tempat api itu, ia dipanggil: "Hai Musa,  12.~  Sesungguhnya Aku ini adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua  terompahmu,  sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci Thuwa. 13.~  Dan aku telah memilih  kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan  {kepadamu}. 14.~ Sesungguhnya  Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan  selain Aku, maka sembahlah Aku dan  dirikanlah solat untuk mengingati  Aku. 15.~ Sesungguhnya hari kiamat itu akan  datang. Aku merahsiakan  {waktunya} agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan  apa yang  diusahakannya. 16.~ Maka sesekali janagnlah kamu dipalingkan   daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang   mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu menjadi binasa." 17.~  Apakah itu  yang ditangan kananmu, hai Musa?" 18.~ Berkata Musa: "Ini  adalah tongkatku, aku  bertelekan padanya dan aku memukul {daun}  dengannya untuk kambingku dan bagiku  ada lagi keperluan yang lain  padanya." 19.~ Allah berfirman: "Lemparkanlah ia,  hai Musa!" 20.~ Lalu  dilemparkanlah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi  seekor ular yang  merayap dengan cepat. 21.~ Allah berfirman: "Peganglah ia dan  jangan  takut. Kami akan mengembalikannya kepada keadaan asalnya." 22.~ Dan   kepitkanlah tanganmu di ketiakmu, nescaya ia keluar menjadi putih  cemerlang  tanpa cacat, sebagai mukjizat yang lain {pula}. 23.~ untuk  Kami perlihatkan  kepadamu sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami  yang sangat besar." {Thaahaa  : 9 ~ 23 }
Musa diperintahkan berdakwah kepada  Fir'aun
Raja  Fir'aun yang telah  berkuasa di Mesir telah lama menjalankan  pemerintahan yang zalim, kejam dan  ganas. Rakyatnya yang terdiri dari  bangsa Egypt yang merupakan penduduk peribumi  dan bangsa Isra'il yang  merupakan golongan pendatang, hidup dalam suasana  penindasan, tidak  merasa aman bagi nyawa dan harta bendanya.
Tindakan  sewenang-wenang  dan pihak penguasa pemerintahan terutamanya ditujukan kepada  Bani  Isra'il yang tidak diberinya kesempatan hidup tenang dan tenteram.  Mereka  dikenakan kerja paksa dan diharuskan membayar berbagai pungutan  yang tidak  dikenakan terhadap penduduk bangsa Egypt, bangsa Fir'aun  sendiri.
Selain  kezaliman, kekejaman, penindasan dan pemerasan  yang ditimpakan oleh Fir'aun atas  rakyatnya, terutama kaum Bani  Isra'il. ia menyatakan dirinya sebagai tuhan yang  harus disembah dan  dipuja. Dan dengan demikian ia makin jauh membawa rakyatnya  ke jalan  yang sesat tanpa pendoman tauhid dan iman, sehingga makin dalamlah   mereka terjerumus ke lembah kemaksiatan dan kerusakan moral dan akhlak.
Maka   dalam kesempatan bercakap-cakap langsung di bukit Thur Sina itu  diperintahkanlah  Musa oleh Allah untuk pergi ke Fir'aun sebagai  Rasul-Nya, mengajakkan beriman  kepada Allah, menyedarkan dirinya bahwa  ia adalah makhluk Allah sebagaimana  lain-lain rakyatnya, yang tidak  sepatutnya menuntut orang menyembahnya sebagi  tuhan dan bahawa Tuhan  yang wajib disembah olehnya dan oleh semua manusia adalah  Tuhan Yang  Maha Esa yang telah menciptakan alam semesta ini.
Nabi Musa   dalam perjalanannya menuju kota Mesir setelah meninggalkan Madyan,  selalu  dibayang oleh ketakutan kalau-kalua peristiwa pembunuhan yang  telah dilakukan  sepuluh tahun yang lalu itu, belum terlupakan dan masih  belum hilang dari  ingatan para pembesar kerajaan Fir'aun. Ia tidak  mengabaikan kemungkinan bahwa  mrk akan melakukan pembalasan terhadap  perbuatan yang ia tidak sengaja itu  dengan hukuman pembunuhan atas  dirinya bila ia sudah berada di tengah-tengah  mereka. Ia hanya  terdorong rasa rindunya yang sangat kepada tanah tumpah  darahnya dengan  memberanikan diri kembali ke Mesir tanpa memperdulikan akibat  yang  mungkin akan dihadapi.
Jika pada waktu bertolak dari Madyan dan   selama perjalannya ke Thur Sina. Nabi Musa dibayangi dengan rasa takut  akan  pembalasan Fir'aun, Maka dengan perintah Allah yang berfirman  maksudnya  :~
"Pergilah engkau ke Fir'aun, sesungguhnya ia telah  melampaui batas, segala  bayangan itu dilempar jauh-jauh dari fikirannya  dan bertekad akan melaksanakan  perintah Allah menghadapi Fir'aun apa  pun akan terjadi pada dirinya. Hanya untuk  menenterankan hatinya  berucaplah Musa kepada Allah: "Aku telah membunuh seorang  drp mereka ,  maka aku khuatir mereka akan membalas membunuhku, berikanlah  seorang  pembantu dari keluargaku sendiri, yaitu saudaraku Harun untuk   menyertaiku dalam melakukan tugasku meneguhkan hatiku dan menguatkan  tekadku  menghadapi orang-orang kafir itu apalagi Harun saudaraku itu  lebih petah  {lancar} lidahnya dan lebih cekap daripada diriku untuk  berdebat dan  bermujadalah."
Allah berkenan mengabulkan  permohonan Musa, maka  digerakkanlah hati Harun yang ketika itu masih  berada di Mesir untuk pergi  menemui Musa mendampinginya dan  bersama-sama pergilah mereka ke istana Fir'aun  dengan diiringi firman  Allah: "Janganlah kamu berdua takut dan khuatir akan  disiksa oleh  Fir'aun. Aku menyertai kamu berdua dan Aku mendengar serta melihat  dan  mengetaui apa yang akan terjadi antara kamu dan Fir'aun. Berdakwahlah  kamu  kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut sedarkanlah ia dengan  kesesatannya  dan ajaklah ia beriman dan bertauhid, meninggalkan  kezalimannya dan  kecongkakannya kalau-kalau dengan sikap yang lemah  lembut daripada kamu berdua  ia akan ingat pada kesesatan dirinya dan  takut akan akibat kesombongan dan  kebonmgkakannya."
Bacalah  tentang isi cerita di atas di dalam ayat 33 sehingga ayat 35  surah  "Al-Qashash" dan ayat 42 sehingga ayat 47 surah "Thaha" sebagai berikut   :~ 
"33.~  Musa  berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah membunuh seseorang  manusia dari  golongan mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku,  34.~ dan saudaraku Harun  dia lebih petah lidahnya drpku, maka utuslah  dia bersamaku sebagai pembantu  untuk membenarkan {perkataan} ku  sesungguhnya aku khuatir mereka akan  mendustakan aku." 35.~ Allah  berfirman: "Kami akan membantumu dengan saudaramu  dan Kami berikan  kepadamu kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat  mencapaimu  {berangkat kami berdua} dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan   orang yang mengikuti kamulah yang akan menang." { Al-Qashash : 33 ~ 35  }
"42.~  Pergilah kamu berserta saudara kamu dengan membawa ayat-ayat-Ku  dan  janganlah kamu berdua lalai dalam memngingat-Ku. 43.~ Pergilah kamu  berdua  kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melewati batas. 44.~ maka  berbicaralah  kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,  mudah-mudahan ia akan  ingat atau takut" 45.~ Berkatalah mereka berdua:  "Ya Tuhan kami sesungguhnya  kami khuatir bahwa ia segera menyeksa kami  atau akan bertambah melewati batas  46.~ allah berfirman: "Janganlah  kamu berdua khuatir, sesungguhnya Aku berserta  kamu berdua, Aku  mendengar dan melihat". 47.~ Maka datanglah kamu berdua  kepadanya  {Fir'aun} dan katakanlah: "Sesungguhnya kami berdua adalah utusan   Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Isra'il bersama kami dan janganlah kamu  menyeksa  mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa  bukti {atas  kerasulan kami} dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu  dilimpahkan kepada orang yang  mengikuti petunjuk." { Thaha : 42 ~ 47 }
Mujadalah (dialog) antara Musa dengan  Fir'aun
Diperolehi  kesempatan oleh  Musa dan Harun, menemui raja Fir'aun yang menyatakan  dirinya sebagai tuhan itu,  setelah menempuh beberapa rintangan yang  lazim dilampaui oleh orang yang ingin  bertemu dengan raja pd waktu itu.  Pertemuan Musa dan Harun dengan Fir'aun  dihadiri pula oleh beberapa  anggota pemerintahan dan para  penasihatnya.
Bertanya Fir'aun kepada mereka berdua:: "Siapakah kamu berdua  ini?"
Musa  menjawab: "Kami, Musa dan Harun adalah pesuruh Allah kepadamu agar   engkau membebaskan Bani Isra'il dari perhambaan dan penindasanmu dan  menyerahkan  meeka kepada kami agar menyebah kepada Allah dengan leluasa  dan menghindari  seksaanmu."
Fir'aun yang segera mengenal Musa  berkata kepadanya:  "Bukankah engkau adalah Musa yang telah kami  mengasuhmu sejak masa bayimu dan  tinggal bersama kami dalam istana  sampai mencapai usia remajamu, mendapat  pendidikan dan pengajaran yang  menjadikan engkau pandai? Dan bukankah engkau  yang melakukan pembunuhan  terhadap diriseorang drp golongan kami? Sudahkah  engkau lupa itu  semuanya dan tidak ingat akan kebaikan dan jasa kami kepada  kamu?"
Musa  menjawab: "Bahwasanya engkau telah memeliharakan aku sejak masa   bayiku, itu bukanlah suatu jasa yang dapat engkau banggakan. Karena  jatuhnya aku  ke dalam tangan mu adalah akibat kekejaman dan kezalimanmu  tatkala engkau  memerintah agar orang-orangmu menyembelih setiap  bayi-bayi laki yang lahir,  sehingga ibu terpaksa membiarkan aku  terapung di permukaan sungai Nil di  dalamsebuah peti yang kemudian  dipungut oleh isterimu dan selamatlah aku dari  penyembelihan yang  engkau perintahkan. Sedang mengenai pembunuhan yang telah aku  lakukan  itu adalah akibat godaan syaitan yang menyesatkan, namun peristiwa itu   akhirnya merupakan suatu rahmat dan barakah yang terselubung bagiku.  Sebab dalam  perantauanku setelah aku melarikan diri dari negerimu,  Allah mengurniakan aku  dengan hikmah dan ilmu serta mengutuskan aku  sebagai Rasul dan pesuruh-Nya. Maka  dalam rangka tugasku sebagai Rasul  datanglah aku kepadamu atas perintah Allah  untuk mengajak engkau dan  kaummu menyembah Allah dan meninggalkan kezaliman dan  penindasanmu  terhadap Bani Isra'il."
Fir'aun bertanya: "Siapakah Tuhan  yang  engkau sebut-sebut itu, hai Musa? Adakah tuhan di atas bumi ini selain  aku  yang patut di sembah dan dipuja?"
Musa menjawab: "Ya, yaitu Tuhanmu dan Tuhan  nenek moyangmu serta Tuhan seru sekalian alam."
Tanya Fir'aun: "Siapakah  Tuhan seru sekali alam itu?"
Musa menjawab: "Ialah Tuhan langit dan bumi dan  segala apa yang ada antara langit dan bumi."
Berkata  Fir'aun kepada para  penasihatnya dan pembesar-pembesar kerajaan yang  berada disekitarnya.  Sesungguhnya Rasul yang diutuskan kepada kamu ini  adalah seorang yang gila  kemudia ia balik bertanya kepada Musa dan  Harun: "Siapakah Tuhan kamu  berdua?"
Musa menjawab: "Tuhan kami  ialah Tuhan yang telah memberikan  kepada tiap-tiap makhluk sesuatu  bentuk kejadiannya, kemudian memberi petunjuk  kepadanya."
Fir'aun  bertanya: "Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang  dahulu yang tidak  mempercayai apa yang engkau ajarkan ini dan malahan menyembah  berhala  dan patung-patung?"
Musa menjawab: "Pengetahuan tentang itu ada di   sisi Tuhanku. Jika Dia telah menurunkan azab dan seksanya di atas mereka  maka  itu adalah karena kecongkakan dan kesombongan serta keengganan  mereka kembali ke  jalan yang benar. Jika Dia menunda azab dan seksa  mereka hingga hari kiamat,  maka itu adalah kehendak-Nya yang hikmahnya  kami belum mengetahuinya. Allah  telah mewahyukan kepada kami bahwa azab  dan seksanya adalah jalan yang  benar."
Rif'aun yang sudah tidak  berdaya menolak dalil-dalil Nabi Musa  yang diucapkan secara tegas dan  berani merasa tersinggung kehormatannya sebagai  raja yang telah  mempertuhankan dirinya lalu menujukan amarahnya dan berkata  kepada Musa  secara mengancam: "Hai Musa! jika engkau mengakui tuhan selain aku,   maka pasti engkau akan kumasukkan ke dalam penjara."
Musa menjawab:  "Apakah  engkau akan memenjarakan aku walaupun aku dapat memberikan  kepadamu tanda-tanda  yang membuktikan kebenaran dakwahku?"
Fir'aun  menentang dengan berkata:  "Datanglah tanda-tanda dan bukti-bukti yang  nyata yang dapat membuktikan  kebenaran kata-katamu jika engkau  benar-benar tiak  berdusta."
Dialog   {mujadalah} antara Musa dan Fir'aun sebagaimana dihuraikan di atas dpt  dibaca  dalam surah "Asy-Syu'ara" ayat 18 hingga ayat 31 juz 19  sebagimana berikut  :~ 
"18.~  Fir'aun  berkata: "Bukankah kami telah mengasuhmu diantara {keluarga}  kami diwaktu kamu  masih kanak-kanak dan kamu tinggal diantara  {keluarga} kami beberapa tahun dari  umurmu. 19.~ dan kamu telah berbuat  sesuatu perbuatan yang telah kamu lakukan  itu dan kamu termasuk  golongan orang-orang yang tidak membalas jasa." 20.~  Berkata Musa: "Aku  telah melakukannya sedang aku diwaktu itu termasuk  orang-orang yang  khilaf. 21.~ Lalu aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut  kepada  kamu, kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikan aku   salah seorang diantara rasul-rasul. 22.~ Budi yang kamu limpahkan  kepada ku ini  adalah {disebabkan} perhambaan darimu terhadap Bani  Isra'il." 23.~ Fir'aun  bertanya: "Apa Tuhan semesta alam itu?"24.~ Musa  menjawab: "Tuhan pencipta  langit dan bumi dan apa yang diantara  keduanya {itulah Tuhanmu} jika kamu  sekalian {orang-orang}  mempercayainya". 25.~ Berkata Fir'aun kepada orang-orang  sekelilingnya:  "Apakah kamu tidak mendengarkan?". 26.~ Musa berkata: "Tuhan kamu  dan  Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu" 27.~ Fir'aun berkata:   "Sesungguhnya Rasulmu yang diutuskan kepada kamu sekalian benar-benar  orang  gila". 28.~ Musa berkata: "Tuhan yang menguasai timur dan barat  dan apa yang ada  di antara keduanya {itulah Tuhanmu} jika kamu  mempergunakan akal". 29.~ Fir'aun  berkata: "Sungguh jika kamu menyenbah  Tuhan selain aku benar-benar aku akan  menjadikan kamu salah seorang  yang dipenjarakan". 30.~ Musa berkata: "Dan apakah  kamu {akan melakukan  itu} walaupun aku tunjukkan kepadamu sesuatu {keterangan}  yang nyata  jika kamu adlah termasuk orang-orang yang benar." { Asy-Syura : 18 ~  31  }
Musa memperlihatkan dua mukjizat kepada  Fir'aun
Menjawab  tentangan Fir'aun  yang menuntut bukti atas kebenarannya Musa dengan  serta-merta meletakkan tongkat  mukjizatnya di atas yang segera menjelma  menjadi seekor ular besar yang melata  menghala ke Fir'aun. Karena  ketakutan melompat lari dari singgahsananya  melarikan diri seraya  berseru kepada Musa: " Hai Musa demi asuhanku kepadamu  selama delapan  belas tahun panggillah kembali ularmu itu." Kemudian dipeganglah  ular  itu oleh Musa dan kembali menjadi tongkat biasa.
Berkata Fir'aun  kepada Musa setelah hilang dari rasa heran dan takutnya: "Adakah bukti yang  dapat engkau tunjukkan kepadaku?"
"Ya,  lihatlah." Musa menjawab serta  memasukkan tangannya ke dalam saku  bajunya. Kemudian tatkala tangannya  dikeluarkan dari sakunya,  bersinarlah tangan Musa itu menyilaukan mata Fir'aun  itu dan  orang-orang yang sedang berada disekelilingnya.
Fir'aun sebagai raja   yang menyatakan dirinya sebagai tuhan tentu tidak akan mudah begitu  saja  menyerah kepada Musa bekas anak pungutnya walaupun kepadanya telah  diperlihatkan  dun mukjizat. Ia bahkan berkata kepada kaumnya yang ia  khuatir akan terpengaruh  oleh kedua mukjizat Musa itu bahwa itu  semuanya adalah perbuatan sihir dan bahwa  Musa dan Harun adalah ahli  sihir yang mahir yang datang dengan maksud menguasai  Mesir dan para  penduduknya akan kekuatan dengan sihirnya itu.
Fir'aun   dianjurkan oleh penasihatnya yang dikepalai oleh Haman agar mematahkan  sihir  Musa dan Harun itu dengan mengumpulkan ahli-ahli sihir yang  terkenal dari  seluruh daerah kerajaan untuk bertanding melawan Musa dan  Harun. Anjuran mana  disetujui oleh Fir'aun yang merasa itu adalah  fikiran yang tepat dan jalan yang  terbaik untuk melumpuhkan kedua  mukjizat Allah yang oleh mereka dianggapnya  sebagai sihir. Anjuran itu  lalu ditawarkan kepada Musa yang seketika tanpa  ragu-ragu sedikit pun  menerima tentangan Fir'aun untuk beradu dan bertanding  melawan  ahli-ahli sihir. Musa berkeyakinan penuh bahwa dengan perlindung Allah   ia akan keluar sebagai pemenang dalam pertarungan itu, pertandingan  antara  perbuatan sihir yang diilham oleh syaitan melawan mukjizat yang  dikurniakan oleh  Allah.
Pada suatu hari raya kerajaan telah  bersetuju untuk mengadakan  hari pertandingan sihir maka  berduyun-duyunlah penduduk kota menuju ke tempat  yang telah ditentukan  untuk menyaksikan perlumbaan kepandaian menyihir yang buat  pertama  kalinya diadakan di kota Mesir. Juga sudah berada di tempat ahli-ahli   sihhir yang terpandai yang telah dikumpulkan dari seluruh wilayah  kerajaan  masing-masing membawa tongkat , tali dan lain-lain alat  sihirnya. Mrk cukup  bersemangat dan akan berusaha sepenuh kepandaian  mrk untuk memenangi  pertandingan. Mrk telah memperolhi janji dari  Fir'aun akan diberi hadiah dan  wang dalam jumlah yang besar bila  berhasil mengalahkan Musa dengan mematahkan  daya sihirnya.
Setelah  segala sesuatu selesai disiapkan dan masing-masing  pembesar negeri  sudah mengambil tempatnya mengelilingi raja Fir'aun yang telah  duduk di  atas kursi singgahsananya maka dinyatakanlah pertandingan dimulai.   Kemudian atas persetujuan Musa dipersilakan para lawannya beraksi lebih  dahulu  mempertujukan kepandai sihirnya.
Segeralah ahli-ahli sihir  Fir'aun menujukan  aksinya melemparkan tongkat dan tali-temali mrk ke  tengah-tengah lapangan . Musa  merasa takut ketika terbayang kepadanya  bahwa tongkat-tongkat dan tali-tali itu  seakan-akan ular-ular yang  merayap cepat. Namun Allah tidak mebiarkan hamba  utusan-Nya berkecil  hati menghadapi tipu-daya orang-orang kafir itu. Allah  berfirman kepada  Musa disaat ia merasa cemas itu: "Janganlah engkau merasa takut  dan  cemas hai Musa! engkau adalah yang lebih unggul dan akan menang dalam   pertandingan ini. Lemparkanlah yang ada ditanganmu segera."
Para   ahli-ahli sihir yang pandai dalam bidangnya itu tercengang ketika  melihat ular  besar yang menjelma dari tongkat Nabi Musa dan menelan  ular-ular dan segala apa  yang terbayangsebagai hasil tipu sihir mrk.  Mrk segera menyerah kalah bertunduk  dan bersujud {kepada Allah}  dihadapan Musa seraya berkata: "Itu bukanlah  perbuatan sihir yang kami  kenal yang diilhamkan oleh syaitan tetapi sesuatu yang  digerakkan oleh  kekuatan ghaib yang mengatakan kebenaran kata-kata Musa dan  Harun maka  tidak ada alasan bagi kami untuk tidak mempercayai risalah mereka dn   beriman kepada Tuhan mereka sesudah apa yang kami lihat dan saksikan  dengan mata  kepala kami sendiri."
Fir'aun raja yang congkak dan  sombong yang menuntut  persembahan dari rakyatnya sebagai tuhan segera  membelalakkan matanya tanda  marah dan jengkel melihat ahli-ahli  sihirnya begitu cepat menyerah kalah kepada  Musa bahkan menyatakan  beriman kepada Tuhannya dan kepada kenabiannya serta  menjadi  pengikut-pengikutnya. Tindakan mereka itu dianggapnya sebagai   pelanggaran terhadap kekuasaannya, penentangan terhadap ketuhanannya dan   merupakan suatu tamparan bagi kewibawaan serta prestasinya. Ia berkata  kepada  mrk: "Adakah kamu berani beriman kepada Musa dan menyerah  kepada keputusannya  sebelum aku izinkan kepada kamu?" Bukankah ini  suatu persekongkolan drp kamu  terhadapku? Musa dpt mengalah kamu sebab  ia mungkin guru dan pembesar yang telah  mengajarkan seni sihir kepadamu  dan kamu telah mengatur bersama-samanya tindakan  yang kamu  sandiwarakan di depanku hari ini. Aku tidak akan tinggal diam   menghadapi tindakan khianatmu ini. Akanku potong tangan-tangan dan  kaki-kakimu  serta akanku salibkan kamu semua pada pangkal pohon kurma  sebagai hukuman dan  balasan bagi tindakan khianatmu ini."
Ancaman  Fir'aun itu disambut mrk  dengan sikap dingin dan acuh tak acuh. Karena  Allah telah membuka mata hati  mereka dengan cahaya iman sehingga tidak  akan terpengaruh dengan kata-kata  kebathilan yang menyesatkan atau  ancaman Fir'aun yang menakutkan. Mrk  sebagai-orang-orang yang ahli  dalam ilmu dan seni sihir dpt membedakan yang mana  satu sihir dan yang  mana bukan. Maka sekali mrk diyakinkan dengan mukjizat Nabi  Musa yang  membuktikan kebenaran kenabiannya tidaklah keyakinan itu akan dpt   digoyahkan oleh ancaman apa pun. Berkata mereka kepada Fir'aun  menanggapi  ancamannya: "Kami telah memdpat bukti-bukti yang nyata dan  kami tidak akan  mengabaikan kenyataan itu sekadar memenuhi kehendak dan  keinginanmu. Kami akan  berjalan terus megikut jejak dan tuntutan Musa  dan Harun sebagai pesuruh oleh  yang benar. Maka terserah kepadamu untuk  memutuskan apa yang engkau hendak  putuskan terhadap diri kami.  Keputusan kamu hanya berlaku di dunia ini sedang  kami mengharapkan  pahala Allah di akhirat yang kekal dan  abadi."
Bacalah  tentang isi cerita di atas dalam surah "Asy-Syu'ara" ayat 32 sehingga ayat 51  juz 19 sebagai berikut :~
"32~  Maka Musa melemparkan tongkatnya, lalu tiba-tiba tongkat itu  {menjadi  ular}. 33~ Dan ia menarik tangannya {dr dalam saku bajunya} maka   tiba-tiba tangan itu menjadi putih {bersinar} bagi orang-orang yang  melihatnya.  34~ Fir'aun berkata pembesar-pembesar yang berada di  sekelilingnya:  "Sesungguhnya Musa itu benar-benar seorang ahli sihir  yang pandai, 35~ ia hendak  mengusir kamu dari negeri kamu sendiri  dengan sihirnya maka karena itu apakah  yang kamu anjurkan?" 36~ Mrk  menjawab: "Tundalah {urusan} dia dan saudaranya dan  kirimlah ke seluruh  negeri orang-orang yang akan mengumpulkan {ahli sihir}, 37~  nescaya  mereka akan mendatangkan semua ahli sihir yang pandai kepadamu". 38~   Lalu dikumpulkanlah ahli-ahli sihir pada waktu yang ditetapkan di hari  yang  maklum, 39~ dan dikatakan kepada orang ramai: "Berkumpullah kamu  sekalian, 40~  semoga kita mengikuti ahli-ahli sihir, jika mereka adalah  orang-orang yang  menang". 41~ Maka tatkala ahli-ahli sihir dtg , mrk  pun bertanya kepada Fir'aun:  "Apakah kami sungguh-sungguh mendpt upah  yang besar jika kami adalah orang-orang  yang menang?" 42~ Fir'aun  menjawab: "Ya, kalu demikian, sesungguhnya kamu  sekalian benar-benar  akan menjadi orang yang didekatkan {kepadaku}". 43~  Berkatalah Musa  kepada mrk: "Jatuhkalah apa yang kamu hendak jatuhkan". 44~ Lalu  mrk  menjatuhkan tali-temali dan tongkat-tongkat mereka lalu berkata: " Demi   kekuasaan Fir'aun, sesungguhnya kami akan benar-benar akan menang". 45~  kemudian  Musa menjatuhkan tongkatnya, maka tiba-tiba ia menelan  benda-benda palsu yang  mereka ada-adakan itu. 46~ Maka tersungkurlah  ahli-ahli sihir sambil bersujud  {kepada Allah}, 47~ mereka berkata:  "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam ,  48~ yaitu Tuhan Musa dan  Harun". 49~ Fir'aun berkata: "Apakah kamu sekalian  beriman kepada Musa  sebelumaku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia  benar-benar  pemimpinmu yang mengajar sihir kepadamu, maka kamu nanti pasti   benar-benar akan mengetahui {akibat perbuatanmu}, sesungguhnya aku akan  memotong  tanganmu dan kakimu dengan bersilangan dan aku akan menyalibmu  semuanya". 50~  Mereka berkata: "Tidak ada kemudharatan {kepada kami},  sesungguhnya kami akan  kembali kepada Tuhan kami, 51~ sesungguhnya kami  amat menginginkan bahwa Tuhan  kami akan mengampuni kesalahan kami,  karena kami adalah orang-orang yang pertama  sekali beriman."  {Asy-Syu'ara : 32 ~ 51 }
Fir'aun tetap keras  kepala dan semakin  bingung
Nabi  Musa yang telah  mengalahkan ahli-ahli sihir dengan kedua mukjizatnya  makin meluas pengaruhnya,  sedan Fir'aun dengan kekalahan ahli sihirnya  merasa kewibawaannya merosot dan  kehormatannya menurun. ia khuatir jika  gerakan Musa tidak segera dipatahkan akan  mengancam keselamatan  kerajaannya serta kekekalan mahkotanya. Para penasihat dan   pembantu-pembantu terdekatnya tidak berusaha menghilangkan rasa  kecemasan dan  kekhuatirannya, tetapi mereka sebaliknya makin membakar  dadanya dan makin  menakutu-nakutinya. Mrk berkata kepadanya: "Apakah  engkau akan terus membiarkan  Musa dan kaumnya bergerak secara bebas dan  meracuni rakyat dengan amcam-macam  kepercayaan dan ajaran-ajaran yang  menyimpang dari apa yang telah kita warisi  dari nenek-moyang kita?  Tidakkah engkau sedar bahwa rakyat kita makin lama makin  terpengaruh  oleh hasutan-hasutan Musa. sehingga lama-kelamaan nescaya kita dan   tuhan-tuhan kita akan ditinggalkan oleh rakyat kita dan pada akhirnya  akan  hancur binasalah negara dan kerajaanmu yang megah ini."
Fir'aun  menjawab:  "Apa yang kamu huraikan itu sudah menjadi perhatiku sejak  dikalahkannya  ahli-ahli sihir kita oleh Musa. Dan memang kalau kita  membiarkan Musa terus  melebarkan sayapnya dan meluaskan pengaruhnya di  kalangan pengikut-pengikutnya  yang makin lama makin bertambah  jumlahnya, pasti pada akhirnya akan merusakkan  adab hidup masyarakat  negara kita serta membawa kehancuran dan kebinasaan bagi  kerajaan kita  yang megah ini. karenanya aku telah merancang akan bertindak  terhadap  Bani Isra'il dengan membunuh setiap orang lelaki dan hanya wanita   sahaja akanku biarkan hidup."
Rancangan jahat fir'aun diterapkan  oleh  pegawai dan kaki tangan kerajaannya. Aneka ragam gangguan dan  macam-macam  tindakan kejam ditimpakan atas Bani Isra'il yang memang  menurut anggapan  masyarakat, mereka itu adalah rakyat kelas kambing  dalam kerajaan Fir'aun yang  zalim itu. Dengan makin meningkatnya  kezaliman dan penindasan yang mereka terima  dari alat-alat kerajaan  Fir'aun, datanglah Bani Isra'il kepada Nabi Musa,  mengharapkan  pertolongan dan perlindungannya. Nabi Musa tidak dpt berbuat byk  pada  masa itu bagi Bani Isra'il yang tertindas dan teraniaya. Ia hanya   menenteramkan hati mereka, bahwa akan tiba saatnya kelak,di mana mrk  akan  dibebaskan oleh Allah dari segala penderitaan yang mrk alami.  Dianjurkan oleh  Nabi Musa agar mereka bersabar dan bertawakkal seraya  memohon kepada Allah agar  Allah memberikan pertolongan dan  perlindungan-Nya karena Allah telah menjanjikan  akan mewariskan  bumi-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang soleh, sabar dan  bertakwa!
Fir'aun  bertujuan melemahkan kedudukan Nabi Musa dengan  tindakan kejamnya  terhadap Bani Isra'il yang merupakan kaumnya, bahkan tulang  belakang  Nabi Nusa. Akan tetapi gerak dakwah Nabi Musa tidak sedikit pun   terhambat oleh tindakan Fir'aun itu. Demikian pula tidak seorang pun drp   pengikut-pengikutnya yang terpengaruh dengan tindakan Fir'aun itu.  Sehingga  tidak menjadi luntur iman dan keyakinan mrk yang sudah bulat  terhadap risalah  Musa.
Karena sasaran yang dituju dengan tindakan  kekejaman yang tidak  berperikamanusiaan itu tidak tercapai dan tidak  dpt menerima dakwah Nabi Musa  dan para pengikutnya, yang dilhatnya  bahkan semakin bersemangat menyiarkan  ajaran iman dan tauhid, maka  Fir'aun tidak mempunyai pilihan selain harus  menyingkirkan orang yang  menjadi pengikutnya, yaitu dengan membunuh Nabi  Musa.
Fir'aun  memanggil para penasihat dan pembesar-pembesar kerajaannya  untuk  bermesyuarat dan merancang pembunuhan Musa. Di antara mereka yang di   undang itu terdapat seorang mukmin dari Keluarga Fir'aun yang  merahsiakan  imannya.
Di tengah-tengah perdebatan dan perundingan  yang berlangsung dalam  pertemuan yang diadakan oleh Fir'aun untuk  membincangkan cara pembunuhan Nabi  Musa itu, bangkitlah berdiri mukmin  itu mengucapkan pembelaannya terhadap Nabi  Musa dan nasihat serta  tuntunan bagi mereka yang hadir. Ia berkata: "Apakah kamu  akan membunuh  seseorang lelaki yang tidak berdosa, hanya berkata bahwa Allah  adalah  Tuhannya? Padahal ia menyatakan iman dan kepercayaannya itu kepada kamu   bukan tanpa dalil dan hujjah. Ia telah mempertunjukkan kepada kamu  bukti-bukti  yang nyata untuk menyakinkan kamu akan kebenaran ajarannya.  Jika andainya dia  seorang pendusta, maka dia sendirilah yang akan  menanggung dosa akibat dustanya.  Namun jika ia adalah benar dalam  kata-katanya, maka nescaya akan menimpa kepada  kamu bencana azab yang  telah dijanjikan olehnya. Dan dalam keadaan yang demikian  siapakah yang  akan menolong kamu dari azab Allah yang telah dijanjikan  itu?"
Fir'aun  memotong pidato orang mukmin itu dengan berkata:  "Rancanganku harus  terlaksana dan Musa harus dibunuh. Aku tidak mengemukan  kepadamu  melainkan apa yang aku pandang baik dan aku tidak menunjukkan kepadamu   melainkan jalan yang benar, jalan yang akan menyelamatkan kerajaan dan   negara."
Berucap orang mukmin dari keluarga Fir'aun itu melanjutkan:   "Sesungguhnya aku khuatir, jika kamu tetap berkeras kepala dan enggan  menempuh  jalan yang benar yang dibawa oleh para nabi-nabi, bahwa kamu  akan ditimpa azab  dan seksa yang membinasakan , sebagaimana telah  dialami oleh kaum Nuh, kaum Aad,  kaum Tsamud dan umat-umat yang datang  sesudah mereka. Apa yang telah dialami  oleh kaum-kaum itu adalah akibat  kecongkakan dan kesombongan mereka karena Allah  tidak menghendaki  berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya".
Mukmin itu   meneruskan nasihatnya:"Wahai kaumku! Sesungguhnya aku khuatir kamu akan  menerima  seksa dan azab Tuhan di hari qiamat kelak, di mana kamu akan  berpaling  kebelakang, tidak seorang pun akan dapat menyelamatkan kamu  itu dari seksa  Allah. Hai kaum ikutilah nasihatku, aku hanya ingin  kebaikan bagimu dan mengajak  kamu ke jalan yang benar. Ketahuilah bahwa  kehidupan di dunia ini hanya  merupakan kesenangan sementara, sedangkan  kesenangan dan kebahagiaan yang kekal  adalah di akhirat kelak."
Orang  mukmin dari keluarga Fir'aun itu tidak  dpt mengubah sikap Fir'aun dan  pengikut-pemgikutnya, walaupun ia telah berusaha  dengan menggunakan  kecekapan berpidatonya dan susunan kata-katanya yang rapi,  lengkap  dengan contoh-contoh dari sejarah umat-umat yang terdahulu yang telah   dibinasakan oleh Allah karena perbuatan dan pembangkangan mereka   sendiri.
Fir'aun dan pengikut-pengikutnya bahkan menganjurkan kepada  orang  mukmin itu, agar meninggalkan sikapnya yang membela Musa dan  menyetujui  rancangan jahat mereka. Ia dinasihat untuk melepaskan  pendiriannya yang pro Musa  dan mengabungkan diri dalam barisan mereka  menentang Musa dan segala ajarannya.  Ia diancam dengan dikenakan  tindakan kekerasan bila ia tidak mahu mengubah sikap  pro kepada Musa  secara suka rela.
Berkata orang mukmin itu menanggapi  anjuran  Fir'aun: "Wahai kaumku, sgt aneh sekali sikap dan pendirianmu, aku   berseru kepada kamu untuk kebaikan dan keselamatanmu, kamu berseru  kepadaku  untuk berkufur kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa  yang aku tidak  ketahui, sedang aku berseru kepadamu untuk beriman  kepada Allah, Tuhan YAng Maha  Esa, Maha Perkasa, lagi Maha Pengampun.  Sudah pasti dan tidak dapat diragukan  lagi, bahwa apa yang kamu serukan  kepadaku itu tidak akan menolongku dari murka  dan seksa Allah di dunia  mahupun di akhirat. Dan sesungguhnya kamu sekalian akan  kembali kepada  Allah yang akan memberi pahala syurga bagi orang-orang yang  soleh,  bertakwa dan beriman, sedang orang-orang kafir yang telah melampaui  batas  akan diberi ganjaran dengan api neraka. Hai kaumku perhatikanlah  nasihat dan  peringatanku ini. Kamu akan menyedari kebenaran kata-kataku  ini kelak bila sudah  tidak berguna lagi orang menyesal atau merasa  susah karena perbuatan yang telah  dilakukan. Aku hanya menyerahkan  urusan ku dan nasibku kepada Allah. Dialah Yang  Maha Mengetahui dan  Maha Melihat perbuatan dan kelakuan  hamba-hamba-Nya."
Bacalah  tentang isi cerita di atas dalam surah  "Al-A'raaf" ayat 127 sehingga  ayat 129 juz 9 dan surah "Al-Mukmin" ayat 28  sehingga ayat 33 dan ayat  38 sehingga ayat 45 juz 24 sebagai berikut  :~
"127~ Berkata  pembesar-pembesar dari kaum Fir'aun {kepada Fir'aun}:  "Apakah kamu akan  membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakkan di negeri  ini  {Mesir} dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?" Fir'aun menjawab:  "Akan  kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup  perempuan-perempuan  mereka dan sesungguhnya kita berkuasa penuh ke atas  mereka". 128~ Musa berkata  kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan  kepada Allah dan bersabarlah sesungguhnya  bumi {ini} kepunyaan Allah  dipusakakannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari  hamba-hamba-Nya.  Dan kesusahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa".  129~  Kaum Musa berkata: "Kami telah ditindas {oleh Fir'aun} sebelum kamu  datang  kepada kami dan sesudah kamu datang." Musa menjawab:  "Mudah-mudahan Allah  membinasakan musuh-musuh kamu dan menjadikan kamu  khalifah di bumi{-Nya} maka  Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu." {  Al-A'raaf : 127 ~ 129 }
"28~  Dan seorang laki-laki yang beriman  di antara pengikut-pengikut Fir'aun yang  mneyembunyikan imannya  berkata: "Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki  karena dia  menyatakan "Tuhanku ialah Allah" padahal dia telah datang kepadamu   dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika dia seorang   pendusta, maka dialah yang menanggung {dosa} dustanya itu dan jika dia  seorang  yang benar, nescaya sebahagia {bencana} yang diancamkannya  kepadamu akan  menimpamu." Sesungguhnya Allah tidak menunjuki  orang-orang yang melampaui batas  lagi pendusta. 29~ Hai kaumku utkmulah  kerajaan pada hari ini dengan berkuasa di  muka bumi. Siapakah yang  akan menolong kita dari azab Allah jika azab itu  menimpa kita?" Fir'aun  berkata: "Aku tidak mengemukakan kepadamu melainkan apa  yang aku  pandang baik dan aku tidak menunjukkan kepadamu selain jalan yang   benar." 30~ Dan orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku sesungguhnya  aku  khuatir kamu akan ditimpa {bencana} seperti peristiwa {kehancuran}  golongan yang  bersekutu, 31~ {yakni} seperti keadaan kaum Nuh, Aad,  Tsamud dan orang-orang  yang datang sesudah mereka. Dan Allah tidak  menghendaki berbuat kezaliman  terhadap hamba-hamba-Nya. 32~ HAi kaumku,  sesungguhnya aku khuatir terhadapmu  akan seksaan hari  panggil-memanggil. 33~ {yaitu} hari {ketika} kamu {lari}  berpaling  kebelakang, tidak ada bagimu seseorang pun yang menyelamatkan kamu  dari  {azab} Allah dan siapa yang disesatkan Allah nescaya tidak ada baginya   seorang pun yang akan memberi petunjuk." { Al-Mukmin : 28 ~ 33 }
"38~   Orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku ikutilah aku akan  menunjukkan  kepadamu jalan yang benar. 39~ Hai kaumku! Sesungguhnya  kehidupan dunia ini  hanyalah kesenangan {sementara} dan sesungguhnya  akhirat itulah negeri yang  kekal. 40~ Barabg siapa mengerjakan  perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas  melainkan sebanding dengan  kejahatan itu. Dan barang siapa yang mengerja amal  yang soleh baik  laki-laki mahupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman,  maka  mereka akan masuk syurga, mereka diberi rezeki didalamnya tanpa hisab.  41~  Hai kaumku! Bagaiman kamu ini, aku menyeru kamu kepada keselamatan  tetapi kamu  menyeru aku ke neraka? 42~ {kenapa} kamu menyerukan supaya  kufur kepada Allah  dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidakku  ketahui padahal aku menyeru kamu  {beriman} kepada Yang Maha Perkasa  lagi Maha Pengampun?" 43~ Sudah pasti bahwa  apa yang kamu seru supaya  aku {beriman} kepadanya tidak dpt memperkenankan  seruan apa pun, baik  di dunia mahu pun di akhirat. Dan sesungguhnya kembali kita  adalah  kepada Allah dan sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas, mrk   itulah penghuni neraka. 44~ Kelak kamu akan ingat kepada apa yang aku  katakan  kepada kamu. Dan aku menyerahkan urusan aku kepada Allah.  Sesungguhnya Allah  Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. 45~ Maka Allah  memeliharanya dari kejahatan  tipu daya mereka dan Fir'aun berserta  kaumnya dikepung oleh azab yang amat  buruk." { Al-Mukmin : 38 ~ 45 }
Fir'aun menghina dan mengejek  Musa
Selain  tindakan kekerasan  yang ditimpakan ke atas Bani Isra'il kaumnya Nabi  Musa, Fir'aun melontarkan  penghinaan dan kata-kata ejekan terhadap Nabi  Musa dalam usahanya memerangi dan  membendung pengaruh Nabi Musa yang  semakin beertambah semenjak ia keluar sebagai  pemenang dalam  pertandingan melawan tukang-tukang sihir kaum Fir'aun.
Berkata   Fir'aun kepada pembesar-pembesar kerajaannya: "Biarkanlah aku membunuh  Musa dan  biarlah ia memohon dari Tuhannya untuk melindunginya. Aku  ingin tahu sampai  sejauh mana ia dapat melepaskan diri dari kekuasaanku  dan biarlah ia membuktikan  kebenaran kata-kata, bahwa Tuhannya akan  melindunginya dari segala tipu daya  musuh-musuhnya."
Dalam lain  kesempatan Fir'aun berkata kepada rakyatnya  yang sudah diperhambakan  jiwanya, terbiasa memuja-mujanya, mengiakan  kata-katanya dan  mengaminkan segala perintahnya: "Hai rakyatku! Tidakkah kamu  melihat  bahwa aku memiliki kerajaan Mesir yang megah dan besar ini di mana   sungai-sungai mengalir dibawah telapak kakiku, sungai-sungai yang  memberi  kemakmuran hidup dan kebahagiaan hidup bagi rakyatku? Dan  tidakkah kamu melihat  kekuasaanku yang luas dan ketaatan rakyatku yang  bulat kepadaku? Bukankah aku  lebih baik dan lebih agung dari Musa yang  hina-dina itu yang tidak cekap  menguraikan isi hatinya dan menerangkan  maksud tujuannya. Megapa Tuhannya tidak  memakaikan gelang emas,  sebagaimana lazimnya orang-orang yang diangkat menjadi  raja, pemimpin  atau pembesar? Atau mengapa ia tidak diiringi oleh  malaikat-malaikat  sebagai tanda kebesarannya dan bukti kebenarannya bahwa ia  adalah  pesuruh Tuhannya?"
Kelompok orang yang mendengar kata-kata  Fir'aun  itu dengan serta-merta mengiyakan dan membenarkan kata-kata  rajanya serta  menyatakan kepatuhan yang bulat kepada segala titah dan  perintahnya sebagai  warga yang setia kepada rajanya, namun zalim dan  fasiq terhadap  Tuhannya.
Dalam pd itu kesabaran Nabi Musa sampai pd  puncaknya, melihat  Fir'aun dan pembantu-pambantunya tetap berkeras  kepala menentang dakwahnya,  mendustakan risalahnya dan makin  memperhebatkan tindakan kejamnya terhadap kaum  Bani Isra'il terutama  para pengikutnya yang menyembunyikan imannya karena  ketakutan daripada  kejaran Fir'aun dan pembalasannya yang kejam dan tidak   berperikemanusiaan. Maka disampaikan oleh Nabi Musa kepada mrk bahwa  Allah tidak  akan membiarkan mereka terus-menerus melakukan kekejaman,  kezaliman dan  penindasan terhamba-hamba-Nya dan berkufur kepada Allah  dan Rasul-Nya. Akan  ditimpakan oleh Allah kepada mereka bila tetap  tidak mahu sedar dan beriman  kepada-Nya, bermacam azb dan seksa di  dunia semasa hidup mereka sebagai  pembalasan yang nyata!
Berdoalah  Nabi Musa, memohon kepada Allah: "Ya  Tuhan kami, engkau telah memberi  kepada Fir'aun dan kaum kerabatnya kemewahan  hidup, harta kekayaan yang  meluap-luap dan kenikmatan duniawi, yang kesemua itu  mengakibatkan  mereka menyesatkan manusia, hamba-hamba-Mu, dari jalan yang Engkau   redhai dan tuntunan yang Engkau berikan. Ya Tuhan kami, binasakanlah  harta-benda  mereka dan kunci matilah hati mereka. Mrk tidak akan  beriman dan kembali kepada  jalan yang benar sebelum melihat seksaan-Mu  yang pedih."
Berkat doa Nabi  Musa dan permohonannya yang  diperkenankan oleh Allah, maka dilandakanlah  kerajaan Fir'aun oleh  krisis kewangan dan makanan, yang disebabkan mengeringnya  sungai Nil  sehingga tidak dapat mengairi sawah-sawah dan ladang-ladang disamping   serangan hama yang ganas yang telah menghabiskan padi dan gandum yang  sudah  menguning dan siap untuk diketam.
Belumlagi krisis kewangan  dan makanan  teratasi datang menyusul bala banjir yang besar disebabkan  oleh hujan yang turun  dengan derasnya, sehingga menghanyutkan  rumah-rumah, gedung-gedung dan  membinasakan binatang-binatang ternak.  Dan sebagai akibat dari banjir itu  berjangkitlah bermacam-macam wabak  dan penyakit yang merisaukan masyarakat  seperti hidung berdarah dan  lain-lain. Kemudian datanglah barisan kutu-kutu  busuk dan katak-katak  yang menyerbu ke dalam rumah-rumah sehingga mengganggu  ketenteraman  hidup mereka,menghilangkan kenikmatan makan, minum dan tidur,   disebabkan menyusupnya binatang-binatang itu ke dalam tempat-tempat  tidur,  hidangan makanan dan di antara sela-sela pakaian mereka.
Pada  waktu azab  menimpa dan bencana-bencana itu sedang melanda berdatanglah  mereka kepada Nabi  Musa minta pertolongannya demi kenabiannya, agar  memohonkan kepada Allah  mengangkat bala itu dari atas mereka dengan  perjanjian bahwa mrk akan beriman  dan menyerahkan Bani Isra'il kepada  Nabi Musa sekirannya mereka dpt ditolong dan  terhindar dari azab bala  itu.
Akan tetapi begitu bala-bala itu tercabut dari  atas mrk dan  hilanglah gangguan yang diakibatkan olehnya, mrk mengingkari janji   mereka dan kembali bersikap memusuhi dan menentang Nabi Musa,  seolah-olah apa  yang terjadi bukanlah karena doa dan permohonan Musa  kepada Allah tetapi karena  hasil usaha mrk sendiri.
Bacalah  tentang isi cerita di atas ayat 26 dari  surah "Al-Mukmin" ; ayat 51  sehingga ayat 54 surah "Az-Zukhruf" ; ayat 88 dan 89  surah "Yunus" dan  ayat 130 sehingga ayat 135 surah "Al-A'raaf" sebagimana  berikut :~
"Dan  berkata Fir'aun {kepada pembesar-pembesarnya} "Biarlah  aku membunuh  Musa, dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya  aku  khuatir dia akan menukar agama atau menimbulkan kerusakan di muka  bumi." {  Al-Mukmin : 26 }
"Dan Fir'aun berseru kepada kaumnya  {seraya} berkata:  "Hai kaumku! Bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku  dan {bukankah}  sungai-sungai ini mengalir dibawahku, maa apakah yang  kamu tidak melihatnya? 52~  Bukankah aku lebih baik dari orang yang hina  ini dan yang hampir tidak dapat  menjelaskan {perkataannya}? 53~  Mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang emas,  atau malaikat datang  bersama-sama dia untuk mengiringkannya." 54~ Mak Fir'aun  mempergaruhi  kaumnya {dengan perkataan itu} lalu mereka patuh kepadanya kerana   sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang fasiq." { Az-Zukhruf : 51 ~ 54   }
"88~ Musa berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah  memberi  kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta  kekayaan dalam  kehidupan dunia, Ya Tuhan kami, akibatnya mereka  menyesatkan {manusia} dari  jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah  harta benda mereka dan kunci matilah  hati mereka maka mereka tidak  beriman hingga mereka melihat seksaan yang pedih."  89~ Allah berfirman:  "Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua  sebab itu  tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sesekali kamu   mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui." { Yunus : 88  sehingga 89  }
"130~ Dan sesungguhnya Kami telah menghukum  {Fir'aun dan} kaumnya  dengan mendatangkan musim kemarau yang panjang  dan kekurangan buah-buahan,  supaya mereka mengambil pengajaran 131~  Kemudian apabila datang kepada mereka  kemakmuran mereka berkata: "Ini  adalah kerana {usaha} kami." Dan jika mereka  ditimpa kesusahan mrk  lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang  yang berserta  dengannya. Ketahuilah sesungguhnya kesialan mereka itu adalah  ketetapan  dari Allah, akan tetapi kebanyakkan mereka tidak mengetahui. 132~ Mrk   berkata kepada Musa: Bagaiman kamu mendatangkan keterangan kepada kami  untuk  menyihir kami dengan keterangan itu, maka sesekali kami tidak  akan beriman  kepadamu." 133.~ Maka Kami {Allah} kirimkan kepada mereka  taufan, belalang,  kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas tetapi  mrk tetap menyombong diri  dan mrk adalah kaum yang berdosa. 134~ Dan  ketika mrk ditimpa azab {yang telah  diterangkan itu} mereka pun  berkata: " Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada  Tuhanmu dengan  {perantaraan} kenabian yang diketahui oleh Allah ada pada sisimu.   Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu drp kami pasti kami  akan  beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Isra'il pergi  bersamamu." 135~ Maka  setelah Kami hilangkan azab itu dari mrk hingga  batas waktu yang mrk sampai  kepadanya, tiba-tiba mrk mengingkarinya." {  Al-A'raaf : 130 ~ 135 }
Bani Isra'il keluar  dari Mesir
Bani  Isra'il yang cukup  menderita akibat tindasan Fir'aun dan kaumnya cukup  merasakan penganiayaan dan  hidup dalam ketakutan di bawah pemerintahan  Fir'aun yang kejam dan bengis itu,  pada akhirnya sedar bahwa Musalah  yang benar-benar dikirimkan oleh Allah untuk  membebaskan mereka dari  cengkaman Fir'aun dan kaumnya. Maka berduyun-duyunlah  mereka datang  kepada Nabi Musa memohon pertolongannya agar mengeluarkan mereka  dari  Mesir.
Kemudian bertolaklah rombongan kaum Bani Isra'il di bawah   pimpinan Nabi Musa meninggalkan Mesir menuju Baitul Maqdis. Dengan  berjalan kaki  dengan cepat karena takut tertangkap oleh Fir'aun dan  bala tenteranya yang  mengejar mereka dari belakang akhirnya tibalah  mereka pada waktu fajar di tepi  lautan merah setelah selama semalam  suntuk dapat melewati padang pasir yang  luas.
Rasa cemas dan  takut makin mencekam hati para pengikut Nabi Musa  dan Bani Isra'il  ketika melihat laut terbentang di depan mereka sedang dari  belakang mrk  dikejar oleh Fir'aun dan bala tenteranya yang akan berusaha   mengembalikan mereka ke Mesir. Mereka tidak meragukan lagi bahwa bila  mrk  tertangkap, maka hukuman matilah yang akan mereka terima dari  Fir'aun yang zalim  itu.
Berkatalah salah seorang dari sahabat Nabi  Musa, bernama Yusha' bin Nun:  "Wahai Musa, ke mana kami harus pergi?"  Musuh berada di belakang kami sedang  mengejar dan laut berada di depan  kami yang tidak dapat dilintasi tanpa sampan.  Apa yang harus kami  perbuat untuk menyelamatkan diri dari kejaran Fir'aun dan  kaumnya?"
Nabi  Musa menjawab: "Janganlah kamu khuatir dan cemas,  perjalanan kami  telah diperintahkan oleh Allah kepadaku, dan Dialah yang akan  memberi  jalan keluar serta menyelamatkan kami dari cengkaman musuh yang zalim   itu."
Pada saat yang kritis itu, di mana para pengikut Nabi Musa   berdebar-debar ketakutan, seraya menanti tindakan Nabi Musa yang  kelihatan  tenang sahaja, turunlah wahyu Allah kepada Nabi-Nya dengan  perintah agar  memukulkan air laut dengan tongkatnya. Maka dengan izin  Allah terbelah laut itu,  tiap-tiap belahan merupakan seperti gunung  yang besar. Di antara kedua belahan  air laut itu terbentang dasar laut  yang sudah mengering yang segera di bawah  pimpinan Nabi Musa  dilewatilah oleh kaum Bani Isra'il menuju ke tepi  timurnya.
Setelah  mrk sudah berada di bahagian tepi timur dalam keadaan  selamat  terlihatlah oleh mereka Fir'aun dan bala tenteranya menyusuri jalan yang   sudah terbuka di antara dua belah gunung air itu. Kembali rasa cemas  dan takut  mengganggu hati mereka seraya memandang kepada Nabi Musa  seolah-olah bertanya  apa yang hendak dia lakukan selanjutnya. Dalam  pada itu Nabi Musa telah  diilhamkan oleh Allah agar bertenang menanti  Fir'aun dan bala tenteranya turun  semua ke dasar laut. Karena takdir  Allah tela mendahului bahwa mrk akan menjadi  bala tentera yang  tenggelam.
Berkatalah Fir'aun kepada kaumnya tatkala  melihat  jalan terbuka bagi mereka di antara dua belah gunung air itu: "Lihat   bagaimana lautan terbelah menjadi dua, memberi jalan kepada kami untuk  mengejar  orang-orang yang melarikan diri itu. Mrk mengira bahwa mrk  akan dpt melepaskan  dari kejaran dan hukumanku. Mrk tidak mengetahui  bahwa perintahku berlaku dan  ditaati oleh laut, jgn lagi oleh manusia.  Tidakkah ini semuanya membuktikan  bahwa aku adalah yang berkuasa yang  harus disembah olehmu?" Maka dengan rasa  bangga dan sikap sombongnya  turunlah Fir'aun dan bala tenteranya ke dasar laut  yang sudah mengering  itu melakukan gerak-cepatnya untuk menyusul Musa dan Bani  Isra'il yang  sudah berada di tepi bahagian timur sambil menanti hukuman Allah  yang  telah ditakdirkan terhamba-hamba-Nya yang kafir itu.
Demikianlah   maka setelah Fir'aun dan bala tenteranya berada di tengah-tengah lautan  yang  membelah itu, jauh dari ke dua tepinya, tibalah perintah Allah  dan kembalilah  air yang menggunung itu menutupi jalur jalan yang  terbuka di mana Fir'aun dengan  sombongnya sedang memimpin barisan  tenteranya mengejar Musa dan Bani Isra'il.  Terpendamlah mrk hidup-hidup  di dalam perut laut dan berakhirlah riwayat hidup  Fir'aun dan kaumnya  untuk menjadi kenangan sejarah dan ibrah bagi generasi- akan  datang.
Pada  detik-detik akhir hayatnya, seraya berjuang untuk  menyelamatkan diri  dari maut yang sudah berada di depan matanya, berkatalah  Fir'aun: "Aku  percaya bahwa tiada tuhan selain Tuhan Musa dan Tuhan Bani  Isra'il. Aku  beriman pada Tuhan mereka dan berserah diri kepada-Nya sebagai  salah  seorang muslim."
Berfirmanlah Allah kepada Fir'aun yang sedang   menghadapi sakaratul-maut: "Baru sekarangkah engkau berkata beriman  kepada Musa  dan berserah diri kepada-Ku? Tidakkah kekuasaan ketuhananmu  dpt menyelamatkan  engkau dari maut? Baru sekarangkah engkau sedar dan  percaya setelah sepanjang  hidupmu bermaksiat, melakukan penindasan dan  kezaliman terhadap hamba-hamba-Ku  dan berbuat-sewenang-wenang, merusak  akhlak dan aqidah manusia-manusia yang  berada di bawah kekuasaanmu.  Terimalah sekarang pembalasan-Ku yang akan menjadi  pengajaran bagi  orang-orang yang akan datang sesudahmu. Akan Aku apungkan tubuh  kasarmu  untuk menjadi peringatan bagi orang-orang yang meragukan akan   kekuasaan-Ku."
Bani Isra'il pengikut-pengikut Nabi Musa masih  meragukan  kematian Fir'aun. Mrk masih terpengaruh dengan kenyataan yang  ditanamkan oleh  Fir'aun semasa ia berkuasa sebagai raja bahwa dia  adalah manusia luar biasa lain  drp yang lain dan bahwa dia akan hidup  kekal sebagai tuhan dan tidak akan mati.  Khayalan yang masih melekat pd  fikiran mrk menjadikan mrk tidak mahu percaya  bahwa dengan  tenggelamnya, Fir'aun sudah mati. Mrk menyatakan kepada Musa bahwa   Fir'aun mungkin masih hidup namun di alam lain.
Nabi Musa  berusaha  menyakinkan kaumnya bahwa apa yang terfikir oleh mrk tentang  Fir'aun adalah  suatu khayalan belaka dan bahwa Fir'aun sebagai orang  biasa telah mati tenggelam  akibat pembalasan Allah atas perbuatannya,  menentang kekuasaan Allah mendustakan  Nabi Musa dan menindaskan serta  memperhambakan Bani Isra'il. Dan setelah melihat  dengan mata kepala  sendiri, tubuh-tubuh Firaun dan orang-orangnya terapung-apung  di  permukaan air, hilanglah segala tahayul mrk tentang Fir'aun dan   kesaktiannya.
Menurut catatan sejarah, bahwa mayat Fir'aun yang  terdampar  di pantai diketemukan oleh orang-orang Mesir, lalu diawet  hingga utuh sampai  sekarang, sebagai mana dpt dilihat di muzium Mesir.
Tentang  isi cerita yang terurai di atas  dapat di baca dalam surah "Thaha" ayat  77 sehingga 79 ; surah "Asy-Syua'ra" ayat  60 sehingga 68 ; surah  "Yunus" ayat 90 sehingga 92 sebagaimana berikut  :~
"77~  Dan  sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: "Pergilah kamu  dengan  hamba-hamba-Ku {Bani Isra'il} di malam hari, maka buatklah untuk  mrk jalan yang  kering di laut itu, kamu tidak usah khuatir akan  tersusul dan tidak usah takut  {akan tenggelam}." 78~ Maka Fir'aun  dengan bala tenteranya mengejar mrk, lalu  mrk ditutup oleh laut yang  menenggelamkan mrk. 79~ Dan Fir'aun telah menyesatkan  kaumnya dan tidak  memberi peetunjuk." { Thaha : 77 ~ 79 }
"60~ Maka  Fir'aun dan  bala tenteranya dpt menyusuli mrk di waktu matahari terbit. 61~ Maka   setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut  Musa:  "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul; sesungguhnya  Tuhanku bersertaku,  kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku. 63~ Lalu  Kami wahyukan kepada Musa:  "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu." Maka  terbelahlah lautan itu dan  tiap-tiap belahan itu adalah seperti  golongan yang lain. 65~ Dan Kami selamatkan  Musa dan orang-orang yang  bersertanya semuanya. 66~ Dan Kami tenggelamkan  golongan yang lain itu.  67~ Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar  merupakan suatu  tanda yang besar {mukjizat} dan kebanyakkan mrk tidak beriman.  68~ Dan  sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Mulia Perkasa lai Maha   Penyayang." { Asy-Syu'ara : 60 ~ 68 }
"90~ Dan Kami memungkinkan  Bani  Isra'il melintasi lau, lalu mrk diikiti oleh Fir'aun dan bala  tenteranya, karena  hendak menganiaya dan menindas {mereka} hingga bila  Fir'aun itu telah hampir  tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa  tidak ada Tuhan melainkan Tuhan  yang dipercayai oleh Bani Isra'il dan  saya termasuk orang-orang yang berserah  diri {kepada Allah}." 91~  Apakah sekarang {baru kamu percaya} padahal  sesungguhnya kamu telah  durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang  berbuat  kerusakkan. 92~ Maka pada hari ini Kami akan selamatkan badanmu supaya   kamu dapat menjadi pengajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan   sesungguhnya kebanyakkan dari manusia lengah dari tanda-tanda  kekuasaan Kami." {  Yunus : 90 ~ 92 }
Nabi Musa A.S. dan Bani Isra'il setelah  keluar dari Mesir
Dalam  perjalanan menuju  Thur Sina setelah melintasi lautan di bahagian utara  dari Laut Merah dan setelah  mereka merasa aman dari kejaran Fir'aun  dan kaumnya. Bani Isra'il yang dipimpin  oleh Nabi Musa itu melihat  sekelompok orang-orang yang sedang menyembah berhala  dengan tekunnya.  Berkatalah mrk kepada Nabi Musa: "Wahai Musa, buatlah untuk  kamu sebuah  tuhan berhala sebagaimana mrk mempunyai berhala-berhala yang  disembah  sebagai tuhan." Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu ini adalah   orang-orang yang bodoh dan tidak berfikiran sihat. Persembahan mereka  itu kepada  berhala adalah perbuatan yang sesat dan bathil serta pasti  akan dihancurkan oleh  Allah. Patutkah aku mencari tuhan untuk kamu  selain Allah yang telah memberikan  kurnia kepada kamu, dengan  menyelamatkan kamu dari Fir'aun, melepaskan kamu dari  perhambaannya dan  penindasannya serta memberikan kamu kelebihan di atas  umat-umat yang  lain.Sesungguhnya suatu permintaan yang aneh drp kamu, bahwa kamu  akan  mencari tuhan selain Allah yang demikian besar nikmatnya atas kamu,  Allah  pencipta langit dan bumi serta alam semesta. Allah yang baru saja  kamu saksikan  kekuasaan-Nya dengan ditenggelamkannya Fir'aun berserta  bala tenteranya untuk  keselamatan dan kelangsungan hidupmu."
Perjalanan  Nabi Musa dan Bani  Isra'il dilanjutkan ke Gurun Sinai di mana panas  matahari sgt teriknya dan sunyi  dari pohon-pohon atau bangunan di mana  orang dpt berteduh di bawahnya. Atas  permohonan Nabi Musa yang didesak  oleh kaumnya yang sedang kepanasan diturunkan  oleh Allah di atas mereka  awan yang tebal untuk mrk bernaung dan berteduh di  bawahnya dari panas  teriknya matahari. Di samping itu tatkala bekalan makanan  dan minuman  mereka sudah berkurangan dan tidak mencukupi keperluan. Allah   menurunkan hidangan makanan "manna" - sejenis makanan yang manis sebagai  madu  dan "salwa" - burung sebangsa puyuh dengan diiringi firman-Nya:  "Makanlah Kami  dari makanan-makanan yang baik yang Kami telah turunkan  bagimu."
Demikian  pula tatkala pengikut-pengikut Nabi Musa  mengeluh kehabisan air untuk minum dan  mandi di tempat yang tandus dan  kering itu, Allah mewahyukan kepada Musa agar  memukul batu dengan  tongkatnya. Lalu memancarlah dari batu yang dipukul itu dua  belas mata  air, untuk dua belas suku bangsa Isra'il yang mengikuti Nabi Musa,   masing-masing suku mengetahui sendiri dari mata air mana mereka  mengambil  keperluan airnya.
Bani Isra'il pengikut Nabi Musa yang  sangat manja itu,  merasa masih belum cukup atas apa yang telah Allah  berikan kepada mrk yang telah  menyelamatkan mereka dari perhambaan dan  penindasan Fir'aun, memberikan mereka  hidangan makanan dan minuman yang  lazat dan segar di tempat yang kering dan  tandus mereka menuntut lagi  dari Nabi Musa agar memohon kepada Allah menurunkan  bagi mereka apa  yang ditumbuhkan oleh bumi dari rupa-rupa sayur-mayur, seperti  ketimun,  bawang putih, kacang adas dan bawang merah karena mereka tidak puas   dengan satu macam makanan.
Terhadap tuntutan mereka yang  aneh-aneh itu  berkatalah Nabi Musa: "Mahukah kamu memperoleh sesuatu  yang rendah nilai dan  harganya sebagai pengganti dari apa yang lebih  baik yang telah Allah kurniakan  kepada kamu? Pergilah kamu ke suatu  kota di mana pasti kamu akan dapat apa yang  telah kamu inginkan dan  kamu minta."
Pokok  cerita tersebut di atas dikisahkan oleh Al-Quran  dalam surah  "Al-A'raaf ayat 138 sehingga 140 dan 160 ; serta surah "Al-Baqarah"   ayat 61 yang berbunyi sebagai berikut :~
"138~  Dan Kami seberangkan Bani Isra'il ke seberang  lautan itu, maka setelah  mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah  berhala, mereka  {Bani Isra'il} berkata: "Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah  tuhan  {berhala} sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan {berhala}". Musa   menjawab: "Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui  {sifat-sifat  Tuhan}". 139~ Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan  kepercayaan yang  dianutnya dan akan batal yang selalu mereka kerjakan.  140~ Musa berkata:  "Patutkah aku mencari tuhan untuk kamu yang selain  dari Allah, padahal Dialah  yang telah melebihkan kamu atas segala  umat". { Al-A'raaf : 138 ~ 140  }
"160~ Dan mereka Kami bagi  menjadi dua belas suku yang masing-masingnya  berjumlah besar dan Kami  wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air  kepadanya: "Pukullah  batu itu dengan tongkatmu". Maka memancarlah drpnya dua  belas mata air.  Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat minum  masing-masing. Dan  Kami naungkan Awan di atas mereka dan Kami turunkan kepada  mereka  manna dan salwa. {Kami berfirman}: "Makanlah baik-baik dari apa yang  Kami  telah rezekikan kepadamu." Mereka tidak menganiaya Kami, tetapi  merekalah yang  selalu menganiaya dirinya sendiri." { Al-A'raaf : 160 }
"61~  Dan ingatlah  ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak boleh sabar  {tahan} dengan satu macam  makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk  kami kepada Tuhanmu, Agar Dia  mengeluarkan bagi kami dari apa yang  ditumbuhkan oleh bumi, yaitu  sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang  putihnya, kacang adasnya dan bawah merahnya."  Musa berkata: "Mahukah  kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang  lebih baik?  Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperolehi apa yang kamu   minta." { Al-Baqarah : 61 }
Musa bermunajat dengan Allah
Menurut  riwayat sementara  ahli tafsir, bahawasanya tatkala Nabi Musa berada di  Mesir, ia telah berjanji  kepada kaumnya akan memberi mereka sebuah  kitab suci yang dapat digunakan  sebagai pedoman hidup yang akan memberi  bimbingan dan sebagai tuntunan bagaimana  cara mereka bergaul dan  bermuamalah dengan sesama manusia dan bagaimana mereka  harus melakukan  persembahan dan ibadah mereka kepada Allah. Di dalam kitab suci  itu  mereka akan dapat petunjuk akan hal-hal yang halal dan haram, perbuatan  yang  baik yang diredhai oleh Allah di samping perbuatan-perbuatan yang  mungkar yang  dapat mengakibatkan dosa dan murkanya Tuhan.
Maka  setelah perjuangan  menghadapi Fir'aun dan kaumnya yang telah tenggelam  binasa di laut, selesai,  Nabi Musa memohon kepada Allah agar diberinya  sebuah kitab suci untuk menjadi  pedoman dakwah dan risalahnya kepada  kaumnya. Lalu Allah memerintahkan kepadanya  agar untuk itu ia berpuasa  selama tiga puluh hari penuh, iaiut semasa bulan  Zulkaedah. Kemudian  pergi ke Bukit Thur Sina di mana ia akan diberi kesempatan  bermunajat  dengan Tuhan serta menerima kitab penuntun yang  diminta.
Setelah  berpuasa selama tiga puluh hari penuh dan tiba saat ia  harus menghadap  kepada Allah di atas bukit Thur Sina Nabi Musa merasa segan akan   bermunajat dengan Tuhannya dalam keadaan mulutnya berbau kurang sedap  akibat  puasanya. Maka ia menggosokkan giginya dan mengunyah daun-daunan  dalam usahanya  menghilangkan bau mulutnya. Ia ditegur oleh malaikat  yang datang kepadanya atas  perintah Allah. Berkatalah malaikat itu  kepadanya: "Hai Musa, mengapakah engkau  harus menggosokkan gigimu untuk  menghilangkan bau mulutmu yang menurut  anggapanmu kurang sedap,  padahal bau mulutmu dan mulut orang-orang yang berpuasa  bagi kami  adalah lebih sedap dan lebih wangi dari baunya kasturi. Maka akibat   tindakanmu itu, Allah memerintahkan kepadamu berpuasa lagi selama  sepuluh hari  sehingga menjadi lengkaplah masa puasamu sepanjang empat  puluh  hari."
Nabi Musa mengajak tujuh puluh orang yang telah  dipilih diantara  pengikutnya untuk menyertainya ke bukit Thur Sina dan  mengangkat Nabi Harun  sebagai wakilnya mengurus serta memimpin kaum  yang ditinggalkan selama  kepergiannya ke tempat bermunajat itu.
Pada  saat yang telah ditentukan  tibalah Nabi Musa seorang diri di bukit  Thur Sina mendahului tujuh puluh orang  yang diajaknya turut serta. Dan  ketika ia ditanya oleh Allah: "Mengapa engkau  datang seorang diri  mendahului kaummu, hai Musa?" Ia menjawab: "Mereka sedang  menyusul di  belakangku, wahai Tuhanku. Aku cepat-cepat datang lebih dahulu untuk   mencapai redha-Mu."
Berkatalah Musa dalam munajatnya dengan Allah: "Wahai  Tuhamku, nampakkanlah zat-Mu kepadaku, agar aku dapat melihat-Mu"
Allah   berfirman: "Engkau tidak akan sanggup melihat-Ku, tetapi cubalah lihat  bukit  itu, jika ia tetap berdiri tegak di tempatnya sebagaimana sedia  kala, maka  nescaya engkau akan dapat melihat-Ku." Lalu menolehlah Nabi  Musa mengarahkan  pandangannya kejurusan bukit yang dimaksudkan itu yang  seketika itu juga  dilihatnya hancur luluh masuk ke dalam perut bumi  tanpa menghilangkan bekas.  Maka terperanjatlah Nabi Musa, gementarlah  seluruh tubuhnya dan jatuh  pengsan.
Setelah ia sedar kembali  dari pengsannya, bertasbih dan  bertahmidlah ia seraya memohon ampun  kepada Allah atas kelancangannya itu dan  berkata: "Maha Besarlah Engkau  wahai Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah  taubatku dn aku akan  menjadi orang yang pertama beriman kepada-Mu."
Dalam  kesempatan  bermunajat itu, Allah menerimakan kepada Nabi Musa kitab suci  "Taurat"  berupa kepingan-kepingan batu-batu atau kepingan kayu menurut sementara   ahli tafsir yang di dalamnya tertulis segala sesuatu secara terperinci  dan jelas  mengenai pedoman hidup dan penuntun kepada jalan yang  diredhai oleh  Allah.
Allah mengiring pemberian "Taurat" kepada  Musa dengan firman-Nya:  "Wahai Musa, sesungguhnya Aku telah memilih  engkau lebih dari manusia-manusia  yang lain di masamu, untuk membawa  risalah-Ku dan menyampaikan kepada  hamba-hamba-Ku. Aku telah memberikan  kepadamu keistimewaan dengan dapat  bercakap-cakap langsung dengan Aku,  maka bersyukurlah atas segala kurnia-Ku  kepadamu dan berpegang  teguhlah pada apa yang Aku tuturkan kepadamu. Dalam kitab  yang Aku  berikan kepadamu terhimpun tuntunan dan pengajaran yang akan membawa   Bani Isra'il ke jalan yang benar, ke jalan yang akan membawa kebahagiaan  dunia  dan akhirat bagi mereka. Anjurkanlah kaummu Bani Isra'il agar  mematuhi  perintah-perintah-Ku jika mereka tidak ingin Aku tempatkan  mereka di  tempat-tempat orang-orang yang fasiq."
Bacalah  tentang kisah munajat Nabi Musa ini, surah  "Thaha" ayat 83 dan 84 dan  surah "Al-a'raaf" ayat 142 sehingga ayat 145  sebagaimana berikut :~
"83~  Mengapa kamu datang lebih cepat daripada kaummu, hai Musa?"  84~  Berkata Musa: "Itulah mereka sedang menyusuli aku dan aku bersegera  kepadamu  ya Tuhanku, agar supaya Engkau redha kepadaku." { Thaha : 83 ~  84 }
"142~  Dan Kami telah janjikan kepada Musa {memberikan  Taurat} sesudah berlalu waktu  tiga puluh malam dan Kami sempurnakan  jumlah malam itu dengan sepuluh {malam  lagi}, maka sempurnalah waktu  yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam.  Dan berkata Musa  kepada saudaranya, yaitu Harun: "Gantilah aku dalam {memimpin}  kaumku  dan perbaikilah dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang   membuat kerusakkan". 143~ Dan tatkala Musa datang untuk {munajat} dengan  {Kami}  pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman  {langsung}  kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku nampakkanlah {Zat  Engkau} kepadaku agar  aku dapat melihat kepada Engkau." Tuhan  berfirman: "Kamu sesekali tidak sanggup  melihat-Ku, tetapi melihatlah  ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya  {sebagai sediakala}  nescaya kamu dapat melihat-Ku." Tatkala Tuhannya nampak bagi  gunung  itu, kejadian itu menjadikan gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh   pengsan. Maka setelah Musa sedar kembali, dia berkata: "Maha Suci  Engkau, aku  bertaubat kepada-Mu dan aku orang yang pertama beriman."  144~ Allah berfirman:  "Hai Musa sesungguhnya Aku memilih kamu lebih  dari manusia yang lain {di masamu}  untuk membawa risalah-Ku dan untuk  berbicara langsung dengan-Ku sebab itu  berpegang teguhlah kepada apa  yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu  termasuk orang-orang yang  bersyukur." 145~ Dan Kami telah tuliskan untuk Musa  luluh {Taurat}  segala sesuatu sebagai pengajaran bagi sesuatu. Maka Kami  berfirman:  "Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang   kepada {perintah-perintahnya} yang sebaik-baiknya, nanti Aku akan  memperlihatkan  kepadamu negeri orang-orang yang fasiq." { Al-A'raaf:  142 ~ 145 }
Bani Isra'il kembali  menyembah patung anak lembu
Nabi  Musa berjanji kepada  Bani Isra'il yang ditinggalkan di bawah pimpinan  Nabi Harun bahwa ia tidak akan  meninggalkan mereka lebih lama dari tiga  puluh hari, dalam perjalananya ke Thur  Sina untuk berminajat dengan  Tuhan. Akan tetapi berhubung dengan adanya perintah  Allah kepada Musa  untuk melengkapi jumlah hari puasanya menjadi empat puluh  hari, maka  janjinya itu tidak dapat ditepati dan kedatangannya kembali ke   tengah-tengah mereka tertunda menjadi sepuluh hari lebih lama drp yang  telah  dijanjikan.
Bani Isra'il merasa kecewa dan menyesalkan  kelambatan kedtgan  Nabi Musa kembali ke tengah-tengah mrk. Mrk  menggerutu dan mengomel dengan  melontarkan kata-kata kepada Nabi Musa  seolah-olah ia telah meninggalkan mrk  dalam kegelapan dan dalam keadaan  yang tidak menentu. Mrk merasa seakan-akan  telah kehilangan pimpinan  yang biasanya memberi bimbingan dan petunjuk-petunjuk  kepada mrk.
Keadaan  yang tidak puas dan bingung yang sedang meliputi kelompok  Bani Isra'il  itu, digunakan oleh seprg munafiq, bernama Samiri yang telah  berhasil  menyusup ke tengah-tengah mrk, sebagai kesempatan yang baik untuk   menyebarkan benih syiriknya dan merusakkan akidah para pengikut Nabi  Musa yang  baru saja menerima ajaran tauhid dan iman kepada Allah.  Samiri yang munafiq itu  menghasut mrk dengan kata-kata bahwa Musa telah  tersesat dalam tugasnya mencari  Tuhan bagi mereka dan bahawa dia tidak  dapat diharapkan kembali dan karena itu  dianjurkan oleh Samiri agar  mereka mencari tuhan lain sebagai ganti dari Tuhan  Musa.
Samiri  melihat bahwa hasutan itu dapat menggoyahkan iman dan akidah   pengikut-pengikut Musa yang memang belum meresapi benar ajaran tauhidnya  segera  membuat patung bagi mereka untuk disembah sebagai tuhan  pengganti Tuhannya Nabi  Musa. PAtung itu berbentuk anak lembu yang  dibuatnya dari emas yang dikumpulkan  dari perhiasan-perhiasan para  wanita. Dengan kepandaian tektiknya patung itu  dibuat begitu rupa  sehingga dapat mengeluarkan suara menguap seakan-akan anak  lembu sejati  yang hidup. Maka diterimalah anak patung lembu itu oleh Bani  Isra'il  pengikut Nabi Musa yang masih lemah iman dan akidahnya itu sebagai tuhan   persembahan mereka.
Ditegurlah mereka oleh Nabi Harun yang  berkata:  "Alangkah bodohnya kamu ini! Tidakkah kamu melihat anak lembu  yang kamu sembah  ini tidak dapat bercakap-cakap dengan kamu dan tidak  pula dapat menuntun kamu ke  jalan yang benar. Kamu telah menganiaya  diri kamu sendiri dengan menyembah pada  sesuatu selain Allah."
Teguran  Nabi Harun itu dijawab oleh mereka yang telah  termakan hasutan Samiri  itu dengan kata-kata: "Kami akan tetap berpegang pada  anak lembu ini  sebagai tuhan persembahan kami sampai Musa kembali ke  tengah-tengah  kami."
Nabi Harun tidak dapat berbuat banyak menghadapi  kaumnya  yang telah berbalik menjadi murtad itu, karena ia khuatir kalau mereka   dihadapi dengan sikap yang keras, akan terjadi perpecahan di antara  mereka dan  akan menjadi keadaan yang lebih rumit dan gawat sehingga  dapat menyulitkan  baginya dan bagi Nabi Musa kelak bila ia datang untuk  mencarikan jalan keluar  dari krisis iman yang melanda kaumnya itu. Ia  hanya memberi peringatan dan  nasihat kepada mereka sambil menanti  kedatangan Musa kembali dari Thur  Sina.
Dalam pada itu, Nabi  Musa setelah selesai bermunajat dengan Tuhan  dan dalam perjalanannya  kembali ke tempat di mana kaumnya sedang menunggu  memperolehi isyarat  tentang apa yang telah terjadi dan dialami oleh Nabi Harun  selama  ketiadaannya. Nabi Musa sgt marah dan sedih hati tatkala ia tiba di   tempat dan melihat kaumnya sedang berpesta mengelilingi anak patung  lembu emas,  menyembahnya dan memuji-mujinya. Dan karena sgt marah dan  sedihnya ia tidak  dapat menguasai dirinya, kepingan-kepingan Taurat  dilemparkan berantakan. Harun  saudaranya dipegang rambut kepalanya  ditarik kepadanya seraya berkata menegur:  "Apa yang engkau buat tatkala  engkau melihat mereka tersesat dan terkena oleh  hasutan dan fitnahan  Samiri? Tidakkah engkau mematuhi perintahku dan pesanku  ketika aku  menyerahkan mereka kepadamu untuk engkau pimpin? Tidakkah engkau   berdaya melawan hasutan Samiri dengan memberi petunjuk dan penerangan  kepada  mereka dan mengapa engkau tidak cepat memadamkan api kemurtadan  ini sebelum  menjadi besar begini?"
Harun berkata menanggapi  teguran Musa: "Hai anak  ibuku, janganlah engkau memegang jangut dan  rambut kepalaku, menarik-narikku.  Aku telah berusaha memberi nasihat  dan teguran kepada mereka, namun mereka tidak  mengindahkan kata-kataku.  Mereka menganggapkan aku lemah dan mengancam akan  membunuhku. Aku  khawatir jika aku menggunakan sikap dan tindakan yang keras,  akan  terjadi perpecahan dan permusuhan di antara sesama kita, hal mana akan   menjadikan engkau lebih marah dan sedih. Lepaskanlah aku dan janganlah   membuatkan musuh-musuhku bergembira melihat perlakuanmu terhadap diriku.   Janganlah disamakan aku dengan orang-orang yang zalim."
Setelah  mereda  rasa jengkel dan sedihnya dan memperoleh kembali ketenangannya,  berkatalah Nabi  Musa kepada Samiri, orang munafiq yang menjadi biang  keladi dari kekacauan dan  kesesatan itu: "Hai Samiri, apakah yang  mendorongmu menghasut dan menyesatkan  kaumku, sehingga mereka kembali  menjadi murtad, menyembah patung yang engkau  buatkan dari emas itu?"
Samiri  menjawab: "Aku telah melihat sesuatu yang  mereka tidak melihatnya. Aku  telah melihat kuda malaikat Jibril. aku mengambil  segenggam tanah  bekas jejak telapak kakinya itu, lalu aku lemparkannya ke dalam  emas  yang mencair di atas api dan terjadilah patung anak lembu yang dapat   menguak, mengeluarkan suara sebagaimana anak lembu biasa.Demikianlah  hawa  nafsuku membujukku untuk berbuat itu."
Berkata Nabi Musa  kepada Samiri:  "Pergilah engkau dan jauhilah pergaulan manusia sebab  karena perbuatan kamu itu  engkau harus dipencilkan dan menjadi tabu  {sesuatu yang terlarang} jika disentuh  atau menyentuh seseorang ia akan  menderita sakit demam panas. Ini adalah  ganjaranmu di dunia, sedang di  akhirat nerakalah akan menjadi tempatmu. Dan  tuhanmu yang engkau buat  dan sembah ini kami akan bakar dan campakkannya ke  dalam laut."
Kemudian  berpalinglah Nabi Musa kepada kaumnya berkata: "Hai  kaumku, alangkah  buruknya perbuatan yang kamu telah kerjakan setelah  kepergianku! Apakah  engkau hendak mendahului janji Tuhanmu? Bukankah Tuhanmu  telah  menjanjikan kepadamu janji yang baik, berupa kitab suci? Ataukah engkau   menghendaki kemurkaan Tuhan menimpa atas dirimu, karena perbuatanmu  yang buruk  itu dan perlanggaranmu terhadap perintah-perintah dan   ajaran-ajaranku."
Kaum Musa menjawab: "Kami tidak sesekali  melanggar  perjanjianmu dengan kemahuan kami sendiri, akan tetapi kami  disuruh membawa  beban-beban perhiasan yang berat kepunyaan orang Mesir  yang atas anjuran Samiri  kami lemparkan ke dalam api yang sedang  menyala. Kemudian perhiasan-perhiasan  yang kami lemparkan itu menjelma  menjadi patung anak lembu yang bersuara,  sehingga dapat menyilaukan  mata kepala kami dan menggoyahkan iman yang sudah  tertanam di dalam  dada kami."
Berkata Musa kepada mrk: "Sesungguhnya kamu  telah  berbuat dosa besar dan menyia-nyiakan dirimu sendiri dengan menjadikan   patung anak lembu itu sebagai persembahanmu, maka bertaubatlah kamu  kepada  Tuhan, Penciptamu dan Pencipta alam semesta dan mohonlah ampun  drpnya agar Dia  menunjukkan kembali kepada jalan yang benar."
Akhirnya  kaum Musa itu sedar  atas kesalahannya dan mengakui bahwa mereka telah  disesatkan oleh syaitan dan  memohon ampun dan rahmat Allah agar  selanjutnya melindungi mereka dari godaan  syaitan dan iblis yang akan  merugikan mereka di dunia dan akhirat. Demikian pula  Nabi Musa  beristighfar memohon ampun baginya dan bagi Harun saudaranya setalah   ternyata bahwa ia tidak melalaikan tugasnya sebagai wakil Musa dalam  menghadapi  krisis iman yang dialami oleh kaumnya. Berdoa Musa kepada  Tuhannya: "Ya Tuhanku,  ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami  berdua ke dalam lingkaran  rahmat-Mu sesungguhnya Engkaulah Maha  Pengampun lagi Maha  Penyayang."
Setelah suasana yang meliputi  hubungan Musa dengan Harun di  satu pihak dan hubungan mereka berdua  dengan kaumnya di lain pihak menjadi  tenang kembali, kepingan-kepingan  Taurat yang bertaburan sudah dihimpun dan  disusun sebagaimana asalnya,  maka Allah memerintahkan kepada Musa agar membawa  sekelompok dari  kaumnya menghadap untuk meminta ampun atas dosa mereka menyembah  patung  anak lembu.
Tujuh puluh orang dipilih oleh Nabi Musa di antara  kaumnya  untuk diajak pergi bersama ke Thur Sina memenuhi perintah Allah  meminta ampun  atas dosa kaumnya. Mereka diperintahkan untuk keperluan  itu agar berpuasa,  mensucikan diri, pakaian mereka dan pada waktu yang  telah ditentukan  berangkatlah Nabi Musa bersama tujuh puluh orang itu  menuju ke bukit Thur  Sina.
Setiba mereka di Thur Sina turunlah  awan yang tebal meliputi  seluruh bukit, kemudian masuklah Nabi Musa  diikuti para pengikutnya ke dalam  awan gelap itu dan segera mereka  bersujud. Dan sementara bersujud terdengarlah  oleh kelompok tujuh puluh  itu percakapan Nabi Musa dengan Tuhannya. Pada saat  itu timbullah  dalam hati mereka keinginan untuk melihat Zat Allah dengan mata  kepala  mereka setelah mendengar percakapan-Nya dengan telinga.Maka setelah   selesai Nabi Musa bercakap-cakap dengan Allah berkatalah mereka  kepadanya: "Kami  tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah  dengan terang." Dan  sebagai jawapan atas keinginan mereka yang  menunjukkan keingkaran dan  ketakaburan itu, Allah seketika itu juga  mengirimkan halilintar yang menyambar  dan merenggut nyawa mereka  sekaligus.
Nabi Musa merasa sedih melihat  nasib fatal yang  menimpa kelompok tujuh puluh orang yang merupakan orang-orang  yang  terbaik di antara kaumnya. Ia berseru memohon kepada Allah agar diampuni   dosa mereka seraya berkata: "Wahai Tuhanku, aku telah pergi ke Thur  Sina dengan  tujuh puluh orang yang terbaik di antara kaumku kemudian  aku akan kembali  seorang diri, pasti kaumku tidak akan mempercayaiku.  Ampunilah dosa mereka,  wahai Tuhanku dan kembalilah kepada mereka  nikmat hidup yang Engkau telah cabut  sebagai pembalasan atas keinginan  dan permintaan mereka yang durhaka  itu."
Alah memperkenankan doa  Musa dan permohonannya dengan dihidupkan  kembali kelompok tujuh puluh  orang itu, maka bangunlah mereka seakan-akan orang  yang baru sedar dari  pengsannya. Kemudian pada kesempatan itu Nai Musa mengambil  janji dari  mereka bahwa mereka akan berpegangan teguh kepada kitab Taurat  sebagai  pedoman hidup mereka melaksanakan perinta-perintahnya dan menjauhi   segala apa yang dilarangnya. 
Pokok  cerita  yang dihuraikan di atas, dikisahkan oleh Al-Quran dalam banyak  tempat, di  antaranya surah "Thaha" ayat 85 sehingga 98, surah  "Al-A'raaf ayat 149, 151,  154, 155 dan surah "Al-Baqarah" ayat 55, 56,  63 dan 64 sebagai berikut  :~
"85~ Allah berfirman: "Maka  sesungguuhnya Kami telah menguji kaummu  sesudah kamu tinggalkan dan  mereka telah disesatkan oleh Samiri." 86~ Kemudian  Musa kembali kepada  kaumnya, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu  janji yang  baik? Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu   melanggar perjanjian dengan aku?" 87~ Mereka berkata: "Kami sesekali  tidak  melanggar perjanjian kamu dengan kemahuan kami sendiri, tetapi  kami disuruh  membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka kami  telah melemparkannya, dan  demikian pula Samiri melemparkannya." 88~  Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mrk  anak lembu yang bertubuh dan  bersuara, maka mereka berkata: "Inilah tuhanmu dan  tuhan Musa tetapi  Musa telah lupa." 89~ Maka apakah mereka tidak memperhatikan   bahawapatung anak lembu itu tidak dapat memberi jawapan kepada mereka  dan tidak  dapat memberi kemudharatan kepada mereka dan tidak pula  kemanfaatan? 90~ Dan  sesungguhnya Harun telah berkata kepada mereka  sebelumnya: " Hai kaumku,  sesungguhnya kamu itu hanya diberi cubaan  dengan anak lembu itu dan sesungguhnya  Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha  Pemurah maka ikutilah aku dan taatilah  perintahku." 91~ Mereka  menjawab: "Kami akan tetap menyambah patung anak lembu  ini, hingga Musa  kembali kepada kami." 92~ Berkata Musa: "Hai Harun, apa yang   menghalangi kamu ketika kamu melihat telah tersesat, 93~ {sehingga} kamu  tidak  mengikuti aku? Maka apakah kamu telah sengaja mendurhakai  perintahku?" 94~ Harun  menjawab: "Hai putera ibuku, janganlah kamu  pegang jangutku dan jangan pula  kepalaku; sesungguhnya aku khuatir  bahawa kamu akan berkata {kepadaku}: " Kamu  telah memecah antara Bani  Isra'il dan kamu tidak memelihara amanatku." 95~  Berkatalah Musa:  "Apakah yang mendorongmu {berbuat demikian} hai Samiri?" 96~  Samiri  menjawab: "Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya maka   aku ambil segenggam aari jejak rasul, lalu aku melemparkannya dan  demikianlah  nafsuku membujukku." 97~ berkata Musa: "Pergilah kamu, maka  sesungguhnya bagi  kamu di dalam kehidupan di dunia ini hanya dapat  menyatakan : Janganlah  menyantuh {aku}." Dan sesungguuhnya bagimu  hukuman {di akhirat} yang kami  sesekali tidak dapat menghindarinya dan  lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap  menyembahnya. Sesungguhnya kami  akan membakarnya kemudian kami sesungguhnya akan  menghamburkannya ke  dalam laut {berupa abu yang berserakan} 98~ Sesungguhnya  Tuhanmu  hanyalah Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi   segala sesuatu." { Thaha : 85 ~ 98 }
"149~ Dan setelah mereka  sgt  menyesali perbuatanya dari mengetahui bahwa mereka telah sesat,  mereka pun  berkata: "Sesungguhnya jika Tuhan kami tidak memberi rahmat  kepada kami dan  tidak mengampuni kami pastilah kami menjadi orang-orang  yang rugi." { Al-A'raaf  : 149 }
"151~ Musa berdoa: "Ya Tuhanku  ampunilah aku dan saudaraku dan  masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau  dan Engkau adalah Maha Penyayang di  antara para Penyayang." {  Al-A'raaf : 151 }
"154~ Sesudah amarah Musa  menjadi reda, lalu  diambilnya kembali luh-luh {Taurat} itu; dan dalam tulisannya  terdpt  petunjuk dan rahmatbutk orang-orang yang takut kepada Tuhannya. 155~ Dan   Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk {memohonkan taubat  kepada  Kami} pada waktu yang telah Kami tentukan. Mak ketika mereka  digoncang genpa  bumi Musa berkata: "Ya Tuhanku! kalau Engkau kehendaki  tentulah Engkau telah  membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah  Engkau akan membinasakan kami  karena perbuatan orang-orang yang krg  akal di antara kami? Itu hanyalah cubaan  dari Engkau, Engkau sesatkan  dengan cubaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan  Engkau beri petunjuk  kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah yang memimpin  kami maka  ampunilah kami dan berikanlah kepada kami rahmat dan Engkaulah Pemberi   ampun sebaik-baiknya." { Al-A'raaf : 154 ~ 155 }
"55~ Dan  {ingatlah}  ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman  kepadamu, sebelum kami  melihat Allah dengan terang karena itu kamu  disambar halilintar, sedang kamu  menyaksikannya" 56~ Setelah itu Kami  bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya  kamu bersyukur." { Al-Baqarah  : 55 ~ 56 }
"63~ Dan {ingatlah} ketika Kami  mengambil janji  dari kamu dan Kmai angkatkan gunung { Thur Sina } di atas  {seraya Kami  berfirman} : "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu  dan  ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertakwa. Kemudian  kamu  berpaling setelah {adanya perjanjian} itu, maka kalau tidak ada  kurnia Allah dan  rahmat-Nya atasmu, nescaya kamu tergolong orang yang  rugi." { Al-Baqarah : 63 ~  64 }
Bani Isra'il mengembara tidak berketentuan  tempat tinggalnya
Tidak  kurang-kurang  kurniaan Allah yang diberikan kepada kaum Bani Isra'il.  Mereka telah dibebaskan  dari kekuasaan Fir'aun yang kejam yang telah  menindas dan memperhambakan mereka  berabad-abad lamanya. Telah  diperlihatkan kepada mereka bagaimana Allah telah  membinasakan Fir'aun ,  musuh mereka tenggelam di laut. Kemudian tatkala mereka  berada di  tengah-tengah padang pasir yang kering dan tandus, Allah telah   memancarkan air dari sebuah batu dan menurunkan hidangan makanan "Manna  dan  Salwa" bagi keperluan mereka.
Di samping itu Allah  mengutuskan beberapa  orang rasul dan nabi dari kalangan mererka sendiri  untuk memberi petunjuk dan  bimbingan kepada mereka. Akan tetapi kurnia  dan nikmat Allah yang susul-menyusul  yang diberikan kepada mereka,  tidaklah mengubah sifat-sifat mereka yang tidak  mengenal syukur,  berkeras kepala dan selalu membangkang terhadap perintah Allah  yang  diwahyukan kepada rasul-Nya.
Demikianlah tatkala Allah mewahyukan   perintah-Nya kepada Nabi Musa untuk memimpin kaumnya pergi ke Palestin,  tempat  suci yang telah dijanjikan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim untuk  menjadi tempat  tinggal anak cucunya, mereka membangkang dan enggan  melaksanankan perintah itu.  Alasan penolakan mereka ialah karena mereka  harus menghadapi suku "Kana'aan"  yang menurut anggapan mereka adalah  orang-orang yang kuat dan perkasa yang tidak  dapat dikalahkan dan  diusir dengan aduan kekuatan. Mereka tidak mempercayai  janji Allah  melalui Musa, bahwa dengan pertolongan-Nya mereka akan dapat  mengusir  suku Kan'aan dari kota Ariha untuk dijadikan tempat pemukiman mereka   selama-lamanya.
Berkata mereka tanpa malu, menunjuk sifat  pengejutnya  kepada Musa: "Hai Musa, kami tidak akan memasuki Ariha  sebelum orang-orang suku  Kan'aan itu keluar. KAmi tidak berdaya  menghadapi mereka dengan kekuatan fizikal  kerana mereka telah terkenal  sebagai orang-orang yang kuat dan perkasa. Pergilah  engkau berserta  Tuhanmu memerangi dan mengusir orang-orang suku Kan'aan itu dan   tinggalkanlah kami di sini sambil menanti hasil perjuanganmu."
Naik  pitamlah  Nabi Musa melihat sikap kaumnya yang pengecut itu yang tidak  mau berjuang dan  memeras keringat untuk mendapat tempat pemukiman  tetapi ingin memperolehnya  secara hadiah atau melalui mukjizat  sebagaimana mereka telah mengalaminya dan  banyak peristiwa. Dan yang  menyedihkan hati Musa ialah kata-kata mengejek mereka  yang menandakan  bahwa dada mereka masih belum bersih dari benih kufur dan syirik  kepada  Allah.
Dalam keadaan marah setelah mengetahui bahawa tiada  seorang  drp kaumnya yang akan mendampinginya melaksanakan perintah  Allah itu, berdoalah  Nai Musa kepada Allah: "Ya Tuhanku, aku tidak  menguasai selain diriku dan diri  saudaraku Harun, maka pisahkanlah kami  dari orang-orang yang fasiq yang  mengingkari nikmat dan kurnia-Mu."
Sebagaimana  hukuman bagi Bani Isra'il yang  telah menolak perintah Allah memasuki  Palestin, Allah mengharamkan negeri itu  atas mereka selama empat puluh  tahun dan selama itu mereka akan mengembara  berkeliaran di atas bumi  Allah tanpa mempunyai tempat mukim yang tetap. Mereka  hidup dalam  kebingungan sampai musnahlah mereka semuanya dan datang menyusul   generasi baru yang akan mewarisi negeri yang suci itu sebagaimana yang  telah  disanggupkan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim a.s.
Pokok cerita tersebut di atas dikisahkan oleh  Al-Quran dalam surah "Al-Maidah ayat 20 sehingga ayat 26 sebagaimana berikut  :
"20~  Dan {ingatlah} ketika Musa berkata  kepada kaumnya: "Hai kaumku,  ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat  nabi-nabi di  antaramu, dan dijadikannya kamu orang-orang merdeka dan diberi-Nya   kepada mu apa yang belum pernah diberi-Nya kepada seorang pun di antara   umat-umat yang lain." 21~ HAi kaumku, masuklah ke tanah suci {Palestin}  yang  telah ditentukan oleh Allah bagimu dan janganlah kamu lari  kebelakang {karena  takut kepada musuh} maka kamu akan menjadi  orang-orang yang rugi. 22~ Mereka  berkata: "Hai Musa, sesungguhnya  dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah  perkasa sesungguhnya kami  tidak sesekali akan memasukinya sebelum mereka keluar  drpnya. Jika  mereka keluar drpnya, pasti kami akan memasukinya" 23~ Berkatalah  dua  orang di antara orrg-orang yang takut {kepada Allah} yang Allah telah   memberi nikmat atas keduanya: " Serbulah mereka melalui pintu gerbang  {kota}  itu, maka bila kamu memasukinya nescaya kamu akan menang. Dan  hanya kepada Allah  hendaklah kamu bertawakkal, jika kamu orang-orang  yang beriman." 24~ Mereka  berkata: "Hai Musa, kami sesekali tidak akan  memasuki selama-lamanya selagi  mereka ada di dalamnya karena itu  pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah  kamu berdua,  sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja." 25~ Berkata  Musa:  "Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku.   Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasiq itu."  26~ Allah  berfirman : {Jika demikian} maka sesungguhnya negeri itu  diharamkan atas mereka  selama empat puluh tahun {selama itu} mereka  akan berpusing-pusing kebingungan  di bumi itu. Maka janagnlah kamu  bersedih hati {memikirkan nasib} orang-orang  yang fasiq itu." {  Al-Maidah : 20 ~ 26 }
Kisah sapi Bani Isra'il
Salah  satu dari beberapa  mukjizat yang telah dinerikan oleh Allah kepada  Nabi Musa ialah penyembelihan  sapi yang terkenal dengan sebutan sapi  Bani ISra'il.
Dikisahkan bahwa ada  seorang anak laki-laki putera  tunggal dari seorang kaya-raya memperolehi warisan  harta peninggalan  yang besar dari ayahnya yang telah wafat tanpa meninggalkan  seorang  pewaris selain putera tunggalnya itu.
Saudara-saudara sepupu dari   putera tunggal itu iri hati dan ingin menguasai harta peninggalan yang  besar itu  atau setidak-tidaknya sebahagian daripadanya. Dan kerana  menurut hukum yang  berlaku pada waktu itu yang tidak memberikan hak  kepada mereka untuk memperoleh  walau sebahagian dari peninggalan bapa  saudara mereka , mereka bersekongkol  untuk membunuh saudara sepupu  pewaris itu, sehingga bila ia sudah mati hak atau  warisan yang besar  itu akan jatuh kepada mereka.
Pembunuh atas pewaris  sah itu  dilaksanakan menurut rencana yang tersusun rapi kemudian datanglah   mereka kepada Nabi Musa melaporkan, bahwa mereka telah menemukan saudara   sepupunya mati terbunuh oleh seorang yang tidak dikenal identitinya  mahupun  tempat di mana iamenyembunyikan diri. Mereka mengharapkan Nabi  Musa dapat  menyingkap tabir yang menutupi peristiwa pembunuhan itu  serta siapakah gerangan  pembunuhnya.
Utk keperluan itu, Nabi Musa  memohon pertolongan Allah yang  segera menwahyukan perintah kepadanya  agar ia menyembelih seekor sapi dan dengan  lidah sapi yang disembelih  itu dipukullah mayat sang korban yang dengan izin  Allah akan bangun  kembali memberitahukan siapakah sebenarnya yang telah  melakukan  pembunuhan atas dirinya.
Tatkala Nabi Musa menyampaikan cara   yang diwahyukan oleh Allah itu kepada kaumnya ia ditertawakan dan diejek  karena  akal mereka tidak dapat menerima bahwa hal yang sedemikian itu  boleh terjadi.  Mereka lupa bahwa Allah telah berkali-kali menunjukkan  kekuasaan-Nya melalui  mukjizat yang diberikan kepada Musa yang kadang  kala bahkan lebih hebat dan  lebih sukar untuk diterima oleh akal  manusia berbanding mukjizat yang mereka  hadapi dalam peristiwa  pembunuhan pewaris itu.
Berkata mereka kepada Musa  secara mengejek:  "Apakah dengan cara yang engkau usulkan itu, engkau bermaksud  hendak  menjadikan kami bahan ejekan dan tertawaan orang? Akan tetapi kalau   memang cara yang engkau usulkan itu adalah wahyu, maka cubalah tanya  kepada  Tuhanmu, sapi betina atau jantankah yang harus kami sembelih?  Dan apakah  sifat-sifatnya serta warna kulitnya agar kami tidak dapat  salah memilih sapi  yang harus kami sembelih?"
Musa menjawab:  "Menurut petunjuk Allah, yang  harus disembelih itu ialah sapi betina  berwarna kuning tua, belum pernah dipakai  untuk membajak tanah atau  mengairi tanaman tidak cacat dan tidak pula ada  belangnya."
Kemudian  dikirimkanlah orang ke pelosok desa dan kampung-kampung  mencari sapi  yang dimaksudkan itu yang akhirnya diketemukannya pd seorang anak  yatim  piatu yang memiliki sapi itu sebagai satu-satunya harta peninggalan   ayahnya serta menjadi satu-satunya sumber nafkah hidupnya. Ayah anak  yatim itu  adalah seorang fakir miskin yang soleh, ahli ibadah yang  tekun yang pada saat  mendekati waktu wafatnya, berdoalah kepada Allah  memohon perlindungan bagi  putera tunggalnya yang tidak dapat  meninggalkan warisan apa-apa baginya selain  seekor sapi itu. Maka  berkat doa ayah yang soleh itu terjuallah sapi si anak  yatim itu dengan  harga yang berlipat ganda karena memenuhi syarat dan  sifat-sifat yang  diisyaratkan oleh Musa untuk disembelih.
Setelah  disembelih sapi  yang dibeli dari anak yatim itu, diambillah lidahnya oleh Nabi  Musa,  lalu dipukulkannya pada tubuh mayat, yang seketika bangunlah ia hidup   kembali dengan izin Allah, menceritakan kepada Nabi Musa dan para  pengikutnya  bagaimana ia telah dibunuh oleh saudara-saudara sepupunya   sendiri.
Demikianlah mukjizat Allah yang kesekian kalinya  diperlihatkan  kepada Bani Isra'il yang keras kepala dan keras hati itu  namun belum juga dapat  menghilangkan sifat-sifat congkak dan  membangkang mereka atau mengikis-habis  bibit-bibit syirik dan kufur  yang masih melekat pada dada dan hati  mereka.
Ayat-ayat Al-Quran  yang mengisahkan pokok cerita di atas,  terdapat dalam surah  "Al-Baqarah ayat 67 sehingga 73 sebagaimana tersebut di  bawah ini :~
"67~  Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada kaumnya:  "Sesungguhnya Allah  menyuruh kamu menyembelih sapi betina." Mereka berkata:  "Apakah kamu  hendak menjadikan kami buah ejekan." Musa menjawab: "Aku berlindung   kepada Allah drp menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil." 68~  Mrk  menjawab: "Mohonlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia  menerangkan kepada kami  sapi betina apakah itu? Musa menjawab:  "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi  betina itu adalah sapi betina  yang tidak tua dan tidak muda pertengahan antara  itu maka kerjakanlah  apa yang telah diperintahkan kepadamu." 69~ Mereka berkata:   "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami  apakah  warnanya. Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa  sapi betina itu  adalah sapi betina yang kuning tua warnanya, lagi  menyenangkan orang-orang yang  memandangnya." 70~ Mrk berkata:  "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia  menerangkan kepada kami  bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya  sapi itu  {masih} samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya-Allah akan dat   petunjuk." 71~ Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi  betina  adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak  tanah dan tidak pula  untuk mengairi tanaman, tidak cacat, tidak ada  belangnya." Mereka berkata:  "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat  sapi betina yang sebenar." Kemudian  mereka menyembelihnya dan hampir  saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.  72~ Dan {ingatlah} ketika  kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh  menuduh tentang  itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu   sembunyikan. 73~ Lalu Kami berfirman: "Pukullah mayat itu dengan  sebahagian  anggota sapi betina itu." Demikianlah Allah menghidupkan  kembali orang-orang  yang telah mati dan memperlihatkan padamu  tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu  mengerti." { Al-Baqarah : 67 ~ 73 }
Nabi Musa A.S. dan  Al-Khidir
Pada  suatu ketika  berpidatolah Nabi Musa di depan kaumnya Bani Isra'il. Ia  berdakwah kepada  mereka, memberi nasihat dengan mengingatkan kepada  mereka akan kurnia dan nikmat  Allah yang telah dicurahkan kepada mereka  yang sepatutnya diimbangi dengan  syukur dan pelaksanaan ibadah yang  tulus, melakukan segala perintah-Nya dan  meninggalkan segala  larangan-Nya. Kepada mereka yang beriman, bertaat dan  bertakwa, Nabi  Musa menjanjikan pahala syurga dan bagi mereka yang mengingkari  nikmat  Allah diancam dengan seksa api neraka.
Begitu Nabi Musa  mengakhiri  pidatonya bangunlah di antara para hadiri bertanya  kepadanya: "Wahai Musa,  siapakah di atas bumi Allah ini paling pandai  dan paling berpengetahuan?" "Aku",  jawab Musa. Apakah tidak ada kiranya  orang yang lebih pandai dan lebih  berpengetahuan daripadamu?" Tanya  lagi si penanya itu. "Tidak ada" , ujar Musa  seraya berkata dalam hati  kecilnya: " Bukankah aku Nabi terbesar di antara Bani  Isra'il? Aku  adalah penakluk Fir'aun, pemegang berbagai mukjizat, yang telah  dapat  membelah laut dengan tongkatku dan akulah yang memperoleh kesempatan   bercakap-cakap langsung dengan Tuhan. Maka kemuliaan apa lagi yang dapat   melebihi kemuliaan serta kebesaran yang aku capai itu, yang belum  pernah dialami  dan dicapai oleh sesiapa pun sebelum aku."
Rasa  sombong dan keunggulan  diri yang tercermin dalam kata-kata Nabi Musa,  dicela oleh Allah yang  memperingatkan kepadanya bahwa ilmu itu adalah  lebih luas untuk dimiliki oleh  seseorang walaupun ia adalah seorang  rasul dan bahwa bagaimana luasnya ilmu dan  pengetahuan seseorang,  nescaya akan terdapat orang lain yang lebih pandai dan  lebih alim  daripadanya. Selanjutnya untuk melanjutkan kekurangan yang ada pada   diri Nabi Musa Allah memerintahkan kepadanya agar menemui seorang  hamba-Nya di  suatu tempat di mana dua lautan bertemu. Hamba yang soleh  yang telah diberinya  rahmat dan ilmu oleh Allah itu akan memberi  tambahan pengetahuan dan ilmu kepada  Nabi Musa sehingga dapat  menjadikan sedar bahwa tiada manusia yang dapat  membanggakan diri  dengan mengatakan bahwa akulah orang yang terpandai dan  berpengetahuan  luas di atas bumi ini.
Berkata Musa kepada Tuhan: "Wahai   Tuhanku, aku akan pergi mencari hamba-Mu yang soleh itu, bagi  memperolehi bunga  api ilmunya dan mendapat titisan air pengetahuan dan  ilham yang Engkau telah  berikan kepadanya."
Allah berfirman kepada  Musa: "Bawalah seekor ikan didalam  sebuah keranjang dalam perjalananmu  mencari dia dan ketahuilah bahwa di tempat  di mana engkau akan  kehilangan ikan di dalam keranjang itu, di situ engkau akan  menemui  hamba-Ku yang soleh itu." Nabi Musa menyiapkan diri untuk perjalanan   yang jauh, didampingi oleh "Yusya' bin Nun" seorang drp para pengikutnya  yang  setia. Ia membawa bekal makanan dan minuman di antaranya sebuah  keranjang yang  terisi seekor ikan sesuai dengan petunjuk Allah. Ia  berkeras hati tidak akan  kembali sebelum ia dapat menemui hamba yang  soleh itu walaupun ia harus  melakukan perjalanan yang berbulan-bulan  bahkan bertahun-tahun bila perlu. Ia  berpesan kepada teman  sepejalanannya Yusya' bin Nun agar segera memberitahu  kepadanya  bilamana ikan yang di dalam keranjang yang dibawanya itu  hilang.
Tatkala  Nabi Musa nerserta Yusya' bin Nun sampai di mana dua  lautan bertemu  yang telah diisyaratkan dalam firman Allah kepadanya, tertidurlah  ia di  atas sebuah batu yang besar yang berada di tepi lautan. Pada saat ia  lagi  tidur nyenyak, turunlah hujan rintik-rintik, membasahi seekor di  dalam keranjang  itu dan tanpa mereka ketahui melompatlah ikan tersebut  itu masuk ke dalam  laut.
Setelah Musa terjaga dari tidurnya,  bangunlah mereka meneruskan  perjalanan yang tidak menentu arah mahupun  tujuan. Dan dalam perjalanan yang  sudah agak jauh, berhentilah Musa  beristirehat sekadar untuk menghilangkan rasa  penatnya seraya meminta  dari Yusya bin Nun agar menyiapkan santapannya karena ia  sudah sgt  lapar. Ketika Yusya bin Nun membuka keranjang untuk mengambil makanan   teringatlah olehnya akan ikan yang hilang dan melompat ke dalam laut.  Maka  berkatalah Yusya' kepada Nabi Musa: "Aku telah dilupakan oleh  syaitan untuk  memberitahu kepadamu segera, bahwa tatkala engkau berada  di atas batu karang  sedang tidur nyenyak, ikan kami yang berada di  dalam keranjang tiba-tiba hidup  kembali setelah kejatuhan air hujan dan  melompat masuk ke dalam laut. Sepatutnya  aku melapurkan kkepadamu  segera, sesuai dengan pesananmu, namun aku dilupakan  oleh syaitan."
Wajah  Nabi Musa berseri-seri menjadi kegirangan mendengar  berita itu dari  Yusya' karena telah dapat mengetahui di mana ia akan dapat  bertemu  dengan hamba Allah yang dicari itu. Berkata Musa kepada Yusya': "Inilah   tempat yang kami tuju dan disini kami akan menemui orang yang kami  cari. Marilah  kami kembali ke tempat batu karang itu yang menjadi  tempat tujuan terakhir dari  perjalanan kami yang jauh ini."
Setiba  mereka kembali di tempat di mana  mereka kehilangan ikan, mereka melihat  seorang bertubuh kurus langsing yang pada  wajahnya tampak cahaya dan  iman serta tanda-tanda orang soleh. Ia sedang menutpi  tubuhnya dan  pakaiannya sendiri, yang segera disingkapnya ketika mendengar  kata-kata  salam Nabi Musa kepadanya.
"Siapakah engkau?" bertanya orang   soleh itu. Musa menjawab: "Aku adalah Musa." Bertanya kembali orang  soleh itu:  "Musa, nabi Bani Isra'ilkah?"
"Betul", jawab Musa, seraya bertanya: "Dari  manakah engkau mengetahui bahawa aku adalah Nabi Bani Isra'il?"
"Dari  yang  mengutusmu kepadaku", jawab orang soleh itu. "Inilah hamba Allah  yang aku cari",  berkata Musa dalam hatinya, seraya mendekatinya dan  berkata kepadanya: "Dapatkah  engkau memperkenankan aku mengikutimu dan  berjalan bersamamu ke mana saja engkau  pergi sebagai bayanganmu dan  sebagai muridmu? Aku akan mematuhi segala petunjuk  dan perintahmu."
Hamba  soleh atau menurut banyak pendapat ahli-ahli  tafsir Nabi Al-Khidhir  itu menjawab: "Engkau tidak akan sabar dan tidak dapat  menahan diri  bila engkau mengikutiku dan berjalan bersamaku. Engkau akan  mengalami  dan melihat hal-hal yang ajaib yang sepintas lalu nampak seakan-akan   perbuatan yang salah dan mungkar namun pada hakikatnya adalah perbuatan  benar  dan wajar dab engkau sebagai manusia tidak akan berdiam diri  melihatku melakukan  perbuatan dan tingkah laku yang ganjil menurut  pandanganmu."
Musa  menjawab dengan sikap seorang murid yang  ingin belajar dan menambah pengetahuan  : "Insya-Allah engkau akan  mendapati aku seorang yang sabar yang tidak akan  melanggar sesuatu  perintah atau petunjuk daripadamu."
Berkata Al-Khidhir  kepada Musa:  "JIka engkau benar-benar ingin mengikutiku dan berjalan bersamaku  maka  engkau harus berjanji tidak akan mendahului bertanya tentang sesuatu   sebelum aku memberitahukan kepadamu. Engkau harus berjanji bahwa engkau  tidak  akan menentang segala perbuatan dan tindakan yang aku lakukan  dihadapan mu  walaupun menurut pandanganmu itu salah dan mungkar. Aku  dengan sendirinya  memberi alasan dan tafsiran bagi segala tindakan dan  perbuatanmu kepadamu kelak  pada akhir perjalanan kami berdua."
Dengan  diterimanya pesyaratan Nabi  Al-Khidhir oleh Musa yang berjanji akan  mematuhinya bulat-bulat, maka diajaklah  Nabi Musa mengikutinya dalam  perjalanan.
Pelanggaran pertama terhadap  persyaratan Al-Khidhir  terjadi tatkala mereka sampai di tepi pantai, di mana  terdapat sebuah  perahu sedang berlabuh. Nabi Al-Khidhir meminta pertolongan  pemilik  perahu itu, agar menghantar mereka di suatu tempat yang di tuju. Dengan   senang hati diangkutlah mereka berdua secara percuma tanpa bayaran  bahkan  dihormati dan diberi layanan yang baik kerana dilihatnya oleh  pemilik perahu  bahwa kedua orang itu memiliki sifat-sifat dan ciri-ciri  yang tidak terdapat  pada orang biasa.
Tatkala mereka berada  dalam perut perahu yang sedang  meluncur dengan lajunya di antara  gelombang-gelombang tiba-tiba Musa melihat  Al-Khidhir melubangi perahu  itu dengan mengambil dua keping kayunya. Perbuatan  mana yang dianggap  oleh Musa suatu gangguan dan pengrusakan bagi milik seseorang  yang  telah berbuat baik terhadap mereka.
Musa lupa akan janjinya sendiri  dan  ditegulah Al-Khidhir dengan berkata: "Engkau telah melakukan  perbuatan mungkar  dengan merusak dan melubangi perahu ini. Apakah  dengan perbuatan kamu ini engkau  hendak menenggelamkan perahu ini  dengan semua penumpangnya? Tidakkah engkau  merasa kasihan kepada  pemilik perahu ini yang telah berjasa kepada kami dan  menghantarkan  kami ke tempat yang kami tuju tanpa membayar sesen  pun?"
Berkata  Al-Khidhir menjawab teguran Musa: "Bukankah aku telah  katakan kepadamu  bahawa engkau tidak akan sabar menahan diri melihat  tindak-tandukku di  dalam perjalanan menyertaiku."
Musa berkata: "Maafkanlah  daku. Aku  telah lupa akan janjiku sendiri. Janganlah aku dipersalahkan dan   dimarahi akan kelupaanku."
Permintaan maaf Musa diterimalah oleh  Al-Khidhir  dan tibalah meeka berdua di tempat yang dituju di sebuah  pantai. Kemudian  perjalanan dilanjutkan di darat dan bertemulah mereka  dengan seorang anak  laki-laki yang sedang bermain-main dengan  kawan-kawannya. Tiba-tiba dipanggillah  anak itu oleh Al-Khidhir,  dibawanya ke tempat yang agak jauh, dibaringkannya dan  dibunuhnya  seketika itu. Alangkah terperanjatnya Musa melihat tindakan  Al-Khidhir  yang dengan sewenang-wenangnya telah membunuh seorang anak yang tidak   berdosa, seorang yang mungkin sekali dalam fikiran Musa adalah harapan   satu-satunya bagi kedua orang tuanya.
Musa sebagai Nabi yang  diutus oleh  Allah untuk memerangi kemungkaran dan kejahatan tidak dapat  berdiam diri melihat  Al-Khidhir melakukan pembunuhan yang tiada  beralasan itu, maka ditegurlah ia  seraya berkata: "Mengapa engkau telah  membunuh seorang anak yang tidak berdosa?  Sesungguhnya engkau telah  melakukan perbuatan yang mungkar dan  keji."
Al-Khidhir menjawab  dengan sikap dinginnya: "Bukankah aku telah  berkata kepadamu, bahwa  engkau tidak akan sabar menahan diri berjalan dengan  aku?"
Dengan  rasa malu mendengar teguran Al-Khidhir itu, berucaplah Musa:   "Maafkanlah aku untuk kedua kalinya dan perkenankanlah untuk aku  meneruskan  perjalanan bersamamu dengan pergertian bahwa bila terjadi  lagi perlanggaran dari  pihakku untuk kali ketiganya, maka janganlah aku  diperbolehkan menyertaimu  seterusnya.Sesungguhnya telah cukup engkau  memberi uzur dan memberi maaf  kepadaku."
Dengan janji terakhir yang  diterima oleh Al-Khidhir dari Musa  diteruskanlah perjalanan mereka  berdua sampai tiba di suatu desa di mana mereka  ingin beristirehat  untuk menghilangkan lelah dan penat mereka akibat perjalanan  jauh yang  telah ditempuh. Mereka berusaha untuk mendapat tempat penginapan   sementara dan sedikit bahan makanan untuk sekadar mengisi perut kosong  mereka,  namun tidak seorang pun dari penduduk desa yang memang terkenal  bachil {pelit}  itu yang mahu menolong mereka memberi tempat  beristirehat atau sesuap makanan  sehingga dengan rasa kecewa mereka  segera meninggalkan desa itu.
Dalam  perjalanan Musa dan  Al-Khidhir hendak keluar dari desa itu mereka melihat  dinding salah  satu rumah desa itu nyaris roboh. Segera AL-Khidhir menghampiri  dinding  itu dan ditegakkannya kembali. Dan secara spontan, tanpa disedar,   berkata Musa kepada Al-Khidhir: "Hairan bin ajaib, mengapa engkau  berbuat  kebaikan bagi orang0orang yang jahat dan pelit ini. Mereka  telah menolak untuk  memberi kepada kami tempat istirehat dan sesuap  makanan untuk perut kami yang  lapar. Sepatutnya engkau menuntut upah  bagi usahamu menegakkan dinding itu, agar  dengan upah yang engkau  perolehi itu dapat kami menutupi keperluan makan minum  kami."
Al-Khidhir  menjawab: "Wahai Musa, inilah saat untuk kami berpisah  sesuai dengan  janjimu yang terakhir. Cukup sudah aku memberimu kesempatan dan  uzur.  Akan tetapi sebelum kami berpisah , akan aku berikan kepadamu tujuan  serta  alasan-alasan perbuatan-perbuatanku yang engkau rasakan tidak  wajar dan kurang  patut."
"Ketahuilah hai Musa", Al-Khidhir  melanjutkan huraiannya,"bahawa  pengrusakan bahtera yang kami tumpangi  itu adalah dimaksudkan untuk  menyelamatkannya dari pengambil-alihan  oleh seorang raja yang zalim yang sedang  mengejar di belakang bahtera  itu. Sedang bahtera itu adalah milik orang-orang  fakir-miskin yang  digunakan sebagai sarana mencari nafkah bagi hidup mereka  sehari-hari.  Dengan melubangi yang aku lakukan dalam bahtera itu, si raja yang  zalim  itu akan berfikir dua kali untuk merampas bahtera itu yang dianggapnya   rusak dan berlubang itu. Maka perbuatanku yang pada lahirnya adalah  pengrusakan  milik orang, namun tujuannya ialah menyelamatkannya dari  tindakan perampasan  sewenang-wenangnya."
"Adapun tentang anak  yang aku bunuh itu ialah  bertujuan menyelamatkan kedua orang tuanya  dari gangguan anak yang durhaka itu.  Kedua orang tua anak itu adalah  orang-orang yang mukmin, soleh dan bertakwa yang  aku khuatirkan akan  menjadi tersesat dan melakukan hal-hal yang buruk karena  dorongan  anaknya yang durhaka itu. Aku harapkan dengan matinya anak itu Allah   akan mengurniai anak pengganti yang soleh dan berbakti kepada mereka   berdua."
Sedang mengenai dinding rumah yang ku perbaiki dan ku  tegakkan  kembali itu adalah karena dibawahnya terpendam harta  peninggalan milik dua orang  anak yatim piatu. Ayah mereka adalah orang  yang soleh ahli ibadah dan Allah  menghendaki bahwa warisan yang  ditinggalkan untuk kedua anaknya itusampai  ketangan mereka selamat dan  utuh bila mereka sudah mencapai dewasanya, sebagai  rahmat dari Tuhan  serta ganjaran bagi ayah mereka yang soleh dan bertakwa  itu."
"Demikianlah  wahai Musa, apa yang ingin engkau ketahui tentang  tujuan  tindakan-tindakanku yang sepintas lalu engkau anggap buruk dan melanggar   hukum. Semuanya itu telah kulakukan bukan atas kehendakku sendiri  tetapi atas  tuntunan wahyu Allah kepadaku."
Kisah Musa dan Al-Khidir ini dapat  dibaca dalam surah "Al-Kahfi" ayat 60 sehingga ayat 82 yang bermaksud :~
"60~   Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan  berhenti  berjalan sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan atau aku  akan berjalan  sampai bertahun-tahun." 61~ Maka tatkala mereka sampai ke  pertemuan dua laut  itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu  melompat mengambil jalannya ke  laut itu. 62~ Maka tatkala mereka  berjalan lebih jauh berkatalah Musa kepada  muridnya: "Bawalah kemari  makanan kita sesungguhnya kita telah merasa letih  karena perjalanan  kita ini." 63~ Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita  mencari  tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa menceritakan   tentang ikan itu dan tidaklah yang melupakan aku untuk menceritakannya  kecuali  syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara  yang aneh sekali."  64~ Musa berkata: "Itulah tempat yang kita cari."  Lalu keduanya kembali,  mengikuti jejak mereka sendiri. 65~ Lalu mereka  bertemu dengan seorang hamba di  antara hamba-hamba Kami, yang telah  Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami  dan yang telah Kami  ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. 66~ Musa berkata  Al-Khidhir:  "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang   benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" 67~ Dia  menjawab:  "Sesungguhnya kamu sesekali kamu tidak akan sanggup sabar  bersamaku, 68~ dan  bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu  belum mempunyai pengetahuan  yang cukup tentang hal itu?" 69~ Musa  berkata: "Insya-Allah kamu akan mendapati  aku sebagai seorang yang  sabar dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu  urusan pun." 70~ Dia  berkata: "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu  menanyakan  kepadaku tentang sesuatu apa pun, sampai aku sendiri menerangkannya   kepadamu." 71~ Maka berjalanlah keduanya, hingga keduanya menaiki  perahu, lalu  Al-Khidhir melubanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu  melubangi perahu itu yang  akibatnya kamu menenggelamkan penumpamgnya?"  Sesungguhnya kamu telah berbuat  sesuatu kesalahan yang besar. 72~ Dia  {Al-Khidhir} berkata: "Bukankah aku telah  katakan: "Sesungguhnya kamu  sesekali tidak akan sabar bersama dengan aku." 73~  Musa berkata:  "Janganlah kamu menghukum aku kerana kelupaanku dan janganlah kamu   membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku," 74~ Maka  berjalanlah  keduanya hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang  pemuda maka Al-Khidhir  membunuhnya. Musa berkata : "Mengapa kamu bunuh  jiwa yang bersih, bukan kerana  dia membunuh orang lain? Sesungguhnya  kamu telah melakukan sesuatu yang  mungkar." 75~ Al-Khidhir berkata:  "Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa  sesungguhnya kamu tidak akan  dapat sabar bersamaku?" 76~ MUsa berkata: "Jika aku  bertanya kepadamu  tentang sesuatu sesudah {kali ini} maka janganlah kamu  memperbolehkan  aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur  padaku."  77~ Maka keduanya berjalan hingga tatkala keduanya sampai kepada   penduduk negeri itu tetapi penduduk negeri itu tidak mahu menjamu mereka   kemudian keduanya dapati dalam negeri itu ada dinding rumah yang  hampir roboh,  maka Al-Khidhir menegakkan dinding itu. Musa berkata:  "Jikalau kamu mahu nescaya  kamu akan mengambil upah untuk itu." 78~  Al-Khidhir berkata : "Inilah perpisahan  antara aku dengan kamu kelak  akan ku beritahukan kepadamu tujuan  perbuatan-perbuatan yang kamu tidak  dapat sabar terhadapnya. 79~ Adapun bahter  itu adalah kepunyaan  orang-orang miskin yang bekerja di laut dan aku bertujuan  merusakkan  bahtera itu kerana di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas   tiap-tiap bahtera. 80~ Dan ada pun anak muda itu maka kedua orang tuanya  adlah  orang-orang mukmin dan kami khuatir bhe dia akan mendorong kedua  orang tuanya  itu kepada kesesatan dan kekafiran. 81~ Dan kami  menghendaki supaya Tuhan mereka  mengganti bagi mereka dengan anak lain  yang lebih baik kesuciannya dari anaknya  itu dan lebih dalam kasih  sayangnya {kepada ibubapanya}. 82~ Adapun dinding  rumah itu kepunyaan  dua orang anak muda yang yatim di kota itu sedang ayahnya  adalah  seorang yang soleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai   kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat  dari  Tuhanmu dan bukanlah aku melakukannnya itu menurut kemahuanku  sendiri.  Demikianlah itu adlah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu  tidak dapat sabar  terhadapnya." { Al-Kahfi : 60 ~ 82 }
Nabi Musa A.S. dan  Qarun si kaya raya
Qarun  adalah nama seorang  drp kaum Nabi Musa dan keluarganya yang dekat. Ia  dikurniai Allah kelapangan  rezeki dan kekayaan harta benda yang besar  yang tidak ternilai bilangannya. IA  hidup mewah, selalu mujur dalam  usahanya mengumpulkan kekayaan, sehingga menjadi  padatlah khazanahnya  dengan harta benda dan benda-2 yang sgt berharga. Sampai-2  para juru  kuncinya tidak berdaya membawa atau memikul kunci-2 peti khazanahnya   karena sgt byk dan beratnya. Ia hidup secara mewah dan menonjol di  antara kaum  dan penduduk kotanya. Segala-galanya adlah luar biasa dan  lain drp yang lain.  Gedung-2 tempat tinggalnya ,pakaiannya sehari-hari  ,pelayan-2nya dan hamba-2  sahayanya yang bilangannya melebihi  keperluan. Dan walaupun ia tenggelam dalam  lautan kenikmatan duniawi  yang tiada taranya pada masa itu, ia merasa masih  belum puas dengan  tingkat kekayaan yang ia miliki dan terus berusaha mengisi  khazanahnya  yang sudah padat itu, sifat mausia yang serakah yang tidak akan  pernah  puas dengan apa yang sudah dicapai. Jika ia sudah memiliki segantang  emas  ia ingin memperolhi segantang yang kedua dan demikian  seterusnya.
Sebagaimana  halnya dengan kebykan orang-orang kaya yang telah  dimabukkan oleh  harta bendanya maka Qarun tidak merasa sedikit pun bahwa dia  mempunyai  kewajiban sosial dengan harta kekayaannya itu. Ia dalam hidupnya hanya   memikirkan kesenangan dan kesejahteraan peribadinya, memikirkan  bagaimana ia  dapat menambahkan kekayaannya yang sudah melimpah-limpah  itu. Ia telah  dinasihati oleh pemuka-2 kaumnya agar ia menyediakan  sebahagian daripada  kekayaannya bagi menolong para fakir miskin,  menolong orang-orang yang telanjang  yang tidak berpakaian dan lapar  tidak dapat makanan. Ia diperingatkan bahwa  kekayaan yang ia perolehi  itu adalah kurniaan dari Tuhan yang harus disyukuri  dengan beramal  kebajikan terhadap sesama manusia dan melakukan perbuatan-2 yang  dapat  meringankan penderitaan orang-orang yang ditimpa musibah atau menderita   cacat. Diperingatkan bahwa Allah yang telah memberinya rezeki yang luas  itu  dapat sewaktu-waktu mencabutnya bila ia melalaikan kewajiban   sosialnya.
Nasihat yang baik dan peringatan yang jujur yang  dikemukakan  oleh pemuka-pemuka kaumnya itu tidak diendahkan oleh Qarun  dan tidak mendapat  tempat didalam hatinya.Ia bahkan merasa bahwa karena  kekayaannya ialah yang  harus memberi nasihat dan bukan menerima  nasihat. Orang harus tunduk kepadanya,  mematuhi perintahnya, mengiakan  kata-katanya dan membenarkan segala tindak  tanduknya. IA menyombongkan  diri dengan mengatakan kepada orang-orang yang  memberikan nasihat itu  bahwa kekayaan yang ia miliki adalah semata-mata hasil  jerih payahnya  dan hasil kecekapan dan kepandaiannya berusaha dan bukan  merupakan  kurnia atau pemberian dari sesiapa pun. Karenanya ia bebas menggunakan   harta kekayaannya menurut kehendak hatinya sendiri dan tidak merasa  terikat oleh  kewajipan sosial berupa pertolongan dan bantuan kepada  para fakir miskin dan  para penderita yang memerlukan bantuan dan  pertolongan.
Sebagai tentangan  bagi para orang yang  menasihatinya, Qarun makin meningkatkan cara hidup mewahnya  dan secara  menyolok mempamerkan kekayaannya dengan berlebih-lebihan. Bila ia   keluar, Ia mengenakan pakaian dan perhiasan yang bergemerlapan, membawa   pengantar dan pembantu lebih banyak daripada biasanya dan mengenderai  kuda-kuda  yang dihiasi dengan indah dan cantik. Kemewahan yang  ditonjolkan secara menyolok  itu ,merasakan iri-hati dikalangan penduduk  terutama mereka yang masih lemah  imannya. Mereka berbisik-bisik  diantara sesama mereka mengeluh dengan berkata:  "Mengapa kami tidak  diberi rezeki dan kenikmatan seperti yang telah diberikan  kepada Qarun?  Alangkah mujurnya nasib Qarun dan alangkah bahagianya dia dalam   hidupnya di dunia ini! Dan mengapa Tuhan melimpahkan kekayaan yang besar  itu  kepada Qarun yang tidak mempunyai rasa belas kasihan terhadap  orang-orang yang  melarat dan sengsara, orang-orang yang fakir dan  miskin yang memerlukan  pertolongan berupa pakaian mahupun  makanan.Dimanakah letak keadilan Allah yang  Maha Pemurah lagi Maha  Pengasih itu?"
Qarun yang tidak mengabaikan  anjuran orang, agar  ia secara sukarela menyediakan sebahagiaan harta kekayaannya  untuk  disedekahkan kepada orang-orang yang memerlukannya, melarat dan miskin   akhirinya didatangi oleh Nabi Musa menyampaikan kepadanya bahwa Allah  telah  mewahyukan perinyah berzakat bagi tiap-tiap orang yang kaya dan  berada.  Diterangkan oleh Musa kepadanya bahwa dalam harta kekayaan tiap  ada bahagian  yang telah ditentukan oleh Tuahn sebagai hak orang-orang  yang melarat dan fakir  miskin yang wajib diserahkan kepada mereka.
Qarun  merasa jengkel memerima  perintah wajib berzakat itu dan menyatakan  keraguan dan kesangsian kepada Musa.  Ia berkata: "Hai MUsa kami telah  membantumu dan menyokongmu dalam dakwahmu  kepada agama barumu. Kami  telah menuruti segala perintahmu dan mendengarkan  segala kata-katamu.  Sikap kami yang lunak itu terhadap dirimu telah memberanikan  engkau  bertindak lebih jauh dari apa yang sepatutnya dan mulailah engkau ingin   meraih harta benda kami. Engkau rupanya ingin juga menguasai harta  kekayaan kami  setelah kami serahkan kepadamu hati dan fikiran kami  sebulat-bulatnya. Dengan  perintah wajib zakatmu ini engkau telah  membuka topengmu dan menunjukkan dustamu  dan bahwa engkau hanya seorang  pendusta dan ahli sihir belaka."
Tuduhan  Qarun yang ingin  melepaskan dirinya dari wajib berzakat itu ditolak oleh Nabi  Musa yang  menegaskan kembali bahwa kewajiban berzakat iut tidak dapat   ditawar-tawar dan harus dilaksanakan karena ia adalah perintah Allah  yang harus  ditaati dan dilaksanakan dengan semestinya.
Quran tidak  dapat jalan untuk  mengelakkan diri dan kewajiban zakat itu setelah  berbantah dan berdebat dengan  Musa maka ia menyerah dan ditentukan  berapa besar yang harus ia keluarkan zakat  harta kekayaannya.
Setelah  tiba di rumah dan menghitung-hitung bahagian  yang harus dizakatkan  dari harta miliknya Qarun merasa terlampau besar yang  harus dizakatkan  dan merasa sayang bahwa ia harus mengeluarkan dari khazanahnya  sejumlah  wang tanpa meperolehi imbalan sesuatu keuntungan dan laba. Fikir punya   fikir dan timbang punya timbang akhirnya Qarun mengambil keputusan  untuk tidak  akan mengeluarkan zakat walau apapun yang akan terjadi  akibat tindakannya  itu.
Utk menguatkan aksi pemboikotannya terhadap  kewajiban mengeluarkan  zakat, Qarun menyebarkan fitnah kepada Nabi Musa  dengan maksud menarik orang  agar menjadikan penunjang aksinya dan  mengikutinya menolak menolak kewajiban  mengeluarkan zakat sebagaimana  diperintahkan oleh Nabi Musa. Ia menyebarkan  fitnah seolah-olah Nabi  Musa dengan dakwahnya dan penyiaran agama barunya  bertujuan ingin  memperkayakan diri dan bahwa perintah zakatnya itu adalah  merupakan  cara perampasan yang halus terhadap milik-milik para  pengikutnya.
Lebih  jahat lagi untuk menjatuhkan Nabi Musa dan  kewibawaannya, Qaru  bersekongkol dengan seorang wanita yang diajarinya agar  mengaku didepan  umum bahwa ia telah melakukan perbuatan zina dengan Musa. Akan  tetapi  Allah tidak rela nama Rasul-Nya tercemar oleh tuduhan palsu yang   diaturkan oleh Qarun itu. Maka digerakkanlah hati wanita sewaannya itu  untuk  mengatakan keadaan yang sebenarnya dan bahwa apa yang ia tuduhkan  kepada Nabi  Musa adalah fitnahan dan ajaran Qarun semata-mata dan  bahawasannya Musa adalah  bersih dari perbuatan yang dituduh itu.
Setelah  ternyata bagi Nabi Musa  bahwa Qarun tidak beriktikad baik dan bahwa ia  tidak dapat diharap menjadi  pengikut yang soleh yang mematuhi  perintah-2 Allah terutama perintah wajib zakat  bahkan ia dapat  merusakkan akhlak dan iman para pengikut Musa dengan sikap dan  cara  hidupnya yang berlebih-lebihan mewahnya, ditambahkan pula usahanya yang   tidak henti-2 merusakkan kewibawaan Nabi Musa dengan melontarkan  fitnahan dan  berbagai hasutan maka habislah kesabaran Nabi Musa ,lalu  berdoa ia kepada Allah  agar menurunkan azab-Nya atas diri Qarun yang  sombong dan congkak itu, agar  menjadi pengajaran dan ibrah bagi kaumnya  yang sudah mulai goyah imannya melihat  kenikmatan yang  berlimpah-limpah yang telah Allah kurniakan kepada Qarun yang   membangkang itu.
Maka dengan izin Allah yang telah memperkenankan  doa  Nabi Musa terjadilah tanah runtuh yang dahsyat di atas mana  terletak bangunan  gedung-gedung yang mewah tempat tinggal Qarun dan  tempat penimbunan kekayaannya.  Terbenamlah seketika itu Qarun  hidup-hidup berserta semua milik kekayaan yang  menjadi kebaggaannya.
Peristiwa  yang menimpa Qarun dan harta kekayaannya itu  menjadi ibrah bagi  pengikut-2 Nabi Musa serta ubat rohani bagi mereka yang  beriri hati dan  mendambakan kenikmatan dan kemewahan hidup sebagaimana yang  telah  dialami oleh Qarun. Mereka berkata seraya bersyukur kepada Allah:   "Sekiranya Allah telah melimpahkan rahmat dan kurnia-Nya, nescaya kami   dibenamkan pula seperti Qarun yang selalu kami inginkan kedudukan  duniawinya.  Sesungguhnya kami telah tersesat ketika kami beriri hati  dan mendambakan  kekayaannya yang membawa binasa baginya. Aduhai benar-2  tidaklah beruntung  orang-orang yang mengingkari nikmat Allah."
Isi  cerita tersebut di atas  dapat dibaca dalam surah "Qashash" ayat 76  sehingga 82 dan surah "Al-Ahzaab"  ayat 69 sebagaimana berikut :~
"76~Sesungguhnya  Qarun adalah termasuk  kaum Musa maka ia berlaku aniaya terhadap mereka  dan Kami telah menganugerahkan  kepadanya perbendaharaan harta yang  kunci-nya sungguh berat dipikul oleh  sejumlah orang yang kuat-2.  {Ingatlah{ ketika kaumnya berkata kepadanya:  "Janganlah kamu terlalu  bangga sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang  yang terlalu  membanggakan diri." 77~ Dan carilah pada apa yang telah  dianugerahkan  kepada mu {kebahagiaan} negeri akhirat, dan janganlah kamu  melupakan  bahagianmu dari {kenikmatan} duniawi dan berbuat baiklah {kepada orang   lain} sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu  berbuat  kerusakkan di {muka} bumi ini. Sesungguhnya Allah tidak  menyukai orang-orang  yang berbuat kerusakkan. 78~ Qarun berkata:  "Sesungguhnya aku diberi harta itu  karena ilmu yang ada padaku." Dan  apakah ia tidak mengetahui bahwasannya Allah  sungguh telah membinasakan  umat-2 sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan  lebih banyak  mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang  yang  berdosa itu tentang dosa-dosa mereka. 79~ Mak keluarlah Qarun kepada   kaumnya dengan kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki  kehidupan  dunia: " Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang  telah diberikan  kepada Qarun , sesungguhnya ia benar-benar mempunyai  peruntungan yang besar."  80~ Berkatalah orang-orang yang telah  dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang  besarlah bagimu, pahala Allah adalah  lebihbaik bagi orang-orang yang beriman dan  beramal soleh dan tidak  diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang  sabar." 81~ Mak Kami  benamkan Qarun berserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak  ada baginya  suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan  tiadalah  ia termasuk orang-orang {yang dapat} membela {dirinya}. 82~ Dan jadilah   orang-orang yang kelmarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu berkata:  "aduhai,  benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dia  kehendaki dari  hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya. Kalau Allah tidak  melimpahkan kurnia-Nya  atas kita benar-benar Dia {Allah} telah  membenamkan kita {pula}. Aduhai  benarlah, tidak beruntung orang-orang  yang mengingkari {nikmat} Allah." {  Al-Qashash : 76 ~ 82 }
"Hai  orang-orang yang beriman, janganlah kamu  menjadi seperti orang-orang  yang menyakiti Musa maka Allah membersihkannya dari  tuduhan-tuduhan  yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai  kedudukan  terhormat di sisi Allah." { Al-Ahzaab : 69  }
Thalout  diangkat sebagai raja Bani Isra'il
Setelah  Bani Isra'il  memasuki Palestin dan menguasainya di bawah pimpinan  Yusya bin Nun mereka selalu  menjadi sasaran penyerbuan dan serangan  dari bangsa-2 sekelilingnya, seperti  suku Amaliqah dari bangsa Arab,  bangsa Palestin sendiri dan bangsa Aramiyin.  Kemenangan dan kekalahan  di antara meeka silih berganti.
Pada suatu waktu  datanglah bangsa  Palestin penduduk "Usydud" suatu daerah dekat Gaza menyerbu dan   menyerang mereka dan terjadilah pertempuran yang berakhir dengan  kemenangan  bangsa Palestin yang berhasil, mencerai-beraikan Bani Israil  dan merampas benda  keramat mereka yang bernama "Tabout", yaitu sebuah  peti tempat penyimpanan kitab  Taurat.
Peti yang disebut Tabout  itu adlah merupakan salah satu dari  banyak kurnia yang telah diberikan  oleh Allah kepada Bani Isra'il. Mereka  menganggap Tabout itu suatu  benda keramat yang dapat menginspirasikan kekuatan  dan keberanian  kepada mereka dikala menghadapi musuh. Maka karenanya dalam tiap  medan  perang dibawanyalah Tabout itu untuk memberi kekuatan batin dan semangat   juang bagi mereka memberi rasa berani bagi mereka dan rasa takut bagi  musuh.  Maka dengan dirampasnya Tabout itu oleh bangsa Palestin  hilanglah pegangan  mereka dan berantakanlah barisannya, retaklah  kesatuannya sehingga menjadi  laksana binatang ternakan yang  ditinggalkan gembalanya.
Dan memang sejak  ditinggalkan oleh Nabi  Mua, Bani Isra'il tidak mempunyai seorang raja atau  seorang pemimpin  yang berwibawa yang dapat mengikat mereka di bawah satu bendera  dan  menghimpun mereka di bawah satu komando bila terjadi serangan dari luar  dan  penyerbuan oleh musuh. Mereka hanya dipimpin oleh hakim-hakim  penghulu yang  memberi tuntunan kepada mereka dalam bidang keagamaan dan  kadangkala menjadi  juru damai jika timbul perselisihan dan sengketa di  antara sesama mereka. Di  antara penghulu itu terdapat seorang penghulu  yang paling disegani dan di  hormati bernama Somu'il. Kata-katanya  selalu didengar dan nasihat-2nya selalu  diterima dan ditaati.
Kepada  Somu'il datanglah beberapa pemuda Bani  Isra'il yang merasa sedih  melihat keadaan kaumnya menjadi kacau bilau dan  bercerai berai setelah  dikalahkan oleh bangsa Palestin dan dikeluarkan dari  negeri mereka  serta dirampasnya Tabout yang merupakan peti wasiat dan benda  keramat  bagi mereka. Mereka mengutarakan kepada Samu'il bahwa mereka memerlukan   seorang pemimpin yang kuat yang berwibawa dan mempunyai kekuasaan  sebagai  seorang raja untuk menghimpun mereka dan seterusnya menjadi  panglima  perang.
Samu'il yang mengenal baik watak mereka dan  titik-titik kelemahan  serta sifat-2 licik dan pembangkang yang meletak  pada diri mereka berkata: "Aku  khuatir bahwa kamu akan takut dan enggan  bertempur melawan musuh bila kepadamu  diperintahkan untuk berperang  menghalau musuh dari negerimu."
Mereka  menjawab: "Bagaimana kami  menolak perintah semacam itu dan enggan maju bertempur  melawan musuh  sedangkan kami telah dihina diusir dari rumah-rumah kami dan  dipisahkan  dari sanak keluarga kami. Bukankah suatu hal yang memalukan dan   menurun darjat kami sebagai bangsa, bila dalam keadaan yang sedang kami  alami  ini, kami masih juga enggan berperang melawan musuh yang datang  menyerang dan  menyerbu daerah kami. Kami akan maju dan tidak akan  gentar masuk dalam medan  perang, asalkan saja kami akan dapat pimpinan  dari seorang yang cekap, berani  serta berwibawa sehingga komandonya dan  segala perintahnya akan dipatuhi oleh  kaum kami semuanya."
Somu'il  berkata: "Jika demikian ketetapan hatimu dan  demikian pula keinginanmu  untuk memperoleh seorang raja yang akan memimpin dan  membimbing kamu ,  maka berilah waktu kepadaku untuk beristikharah memohon  pertolongan  Allah menunjukkan kepadaku seseorang yang patut dan layak menjadi  raja  bagimu."
Di dalam istikharahnya, Somuil mendapat ilham dan petunjuk  dari  Allah, agar ia memilih serta mengangkat seorang yang bernama  "Thalout" menjadi  raja Bani Isra'il. Dan walaupun ia belum pernah  mendengar nama itu atau  mengenalkan orangnya Allah akan memberinya  jalan dan tanda-tanda yang akan  memungkinkan ia bertemu muka dengan  orang itu dan mengenalinya dengan  segera.
Thalout adalah seorang  berbadan gemuk dan jangkung, tegak, kuat  dan berparas tampan. Dari  pancaran kedua matanya orang dapat mengetahui bahwa ia  adalah seorh  yang cerdik, cekap dan bijaksana, memiliki hati yang tabah dan  berani.  IA hidup dan bertempat tinggal di sebuah desa yang agak terpencil   sehingga tidak banyak dikenal orang Ia hidup bersama ayahnya bercucuk  tanam dan  memelihara haiwan ternak.
Pada suatu hari di kala Thalout  sedang sibuk  bersama ayahnya menguruskan tanah ladangnya terlepaslah  dari kadang seekor  keldai dari haiwan-2 peliharaannya dan menghilang  sesat. Pergilah Thalout  bersama seorang bujangnya mencari keldai yang  hilang itu di celah-2 lembah dan  bukit-2 di sekitar desanya, namun  tidak berhasil menemukan kembali haiwan yang  terlepas itu. Akhirnya ia  mengajak bujangnya kembali karena khuatir ayahnya akan  menjadi gelisah  bila ia lebih lama meninggalkan rumahnya mencari keldai yang  hilang  itu.
Berkata sang bujang kepada Thalout: "Kami sekarang sudah   berada di daerah Shuf tempat dimana Somu'il berada. Alangkah baiknya  kalau kami  pergi kepadanya menanyakan kalau-2 ia dapat memberikan  keterangan dan petunjuk  kepada kami di mana kiranya kami dapat  menemukan keldai kami itu. Ia adalah  seorang nabi yang menerima  petinjuk dari Tuhannya melalui para malaikat dan dia  telah banyak kali  mengungkapkan hal-hal ghaib yang ditanyakan oleh orang  kepadanya."
Thalout  menerima baik cadangan bujangnya dan berangkatlah mereka  berdua menuju  tempat tinggal Somu'il. Di tengah-2 perjalanan, mereka bertanya  kepada  beberapa gadis yang ditemuinya sedang menimpa air dari sebuah perigi:  "Di  manakah tempat tinggal Nabi Somu'il?" "Tidak usah kamu cepat-2  meneruskan  perjalananmu. Somu'il sebentar lagi akan datang ke sini. Ia  sedang ditunggu  kedatangannya di atas bukit oleh rakyat tempat itu."  Para gadis itu  menjawab.
Ternyata bahawa belum selesai para  gadis itu memberikan  keteranagnnya, muncullah Somu'il dengan wajahnya  yang berseri-seri memancarkan  cahaya kenabian dan kealiman yang  mengesahkan.
Thalout segera mendekati  Somu'il dan setelah saling  pandang memandang, berkatalah Thalout: "Wahai Nabi  Allah, kami datang  menemui bapak untuk memohon pertolongan yaitu dapatkah  kiranya kami  diberi keterangan dan petunjuk di manakah kami dapat menemukan  kembali  keldai kami yang telah terlepas dari kandang dan menghilang tidak kami   temukan jejaknya walaupun sudah tiga hari kami berusaha  mencarinya."
Somu'il  setelah memandang wajah Thalout dengan teliti  sedarlah ia bahwa inilah  orangnya yang oleh Allah ditunjuk untuk menjadi raja  pemimpin dan  penguasa Bani Isra'il. Ia berkata kepada Thalout: "Keldai yang  engaku  cari itu sedang berada dalam perjalanan kembali ke kandangnya di tempat   ayahmu. Janganlah engkau rungsingkan fikiranmu dan ributkan dirimu  dengan urusan  keldai itu. Kerana aku memang mencarimu dan ingin  menemuimu untuk urusan yang  lebih besar dan lebih penting dari soal  keldai. Engaku telah dipilih oleh Allah  untuk memimpin Bani Isra'il  sebagai raja, mempersatukan barisan mereka yang  sudah kacau-balau serta  membebaskan mereka dari musuh-musuh yang sedang menyerbu  dan menduduki  negeri mereka. Dan insya-Allah Tuhan akan menyertaimu memberi   perlindungan kepadamu dan mengurniakan kemenangan dan kemujuran dalam  segala  sepak terajangmu."
Thalout menjawab: "Bagaimana aku dapat  menjadi seorang  raja dan pemimpin Bani Isra'il sedang aku ini seorang  dusun anak cucu Benyamin  yang paling papa, terasing dari pengaulan  orang ramai, seorang anak tani dan  penggembala haiwan yang tidak  dikenal orang?"
Berkata Somu'il: "Itu adlah  kehendak Allah dan  perintah-Nya. Dan lebih tahu pada siapa Ia meletakkan amanat  dan  tugas-tugas-Nya. Dialah yang menugaskan dan Dia pulalah yang akan  melengkapi  segala kekuranganmu. Bersyukurlah engkau atas nikmat dan  kurniaan Allah ini.  Terimalah tugas suci ini dengan keteguhan hati dan  kepercayaan penuh akan  pertolongan dan perlindungan Allah kepadamu."  Kemudian dipeganglah tangan  Thalout, diangkatnya keatas seraya  menghadap kepada kaumnya dan berkata: " Wahai  kaumku, inilah orangnya  yang oleh Allah telah dipilih untuk menjadi rajamu. Ia  berkewajiban  memimpin kamu dan mengurus segala urusanmu dengan sebaik-baiknya  dan  setepat-tepatnya dan kamu berkewajiban taat kepadanya, mematuhi segala   perintahnya dan berdiri tegak di belakang komandinya. Bersatu padulah  kamu di  bawah bendera raja Thalout dan bersiap-siaplah untuk berjuang  melawan  musuh-musuhmu."
Bani Isra'il yang sedang berkumpul  mengerumuni somu'il  mendengarkan pidato pelantikannya mengangkat  Thalout sebagai raja, tercengang  dan terkejut dan dengan mulut  ternganga mereka melihat satu kepada yang lain,  berpindahan pandangan  mereka dari wajah Somu'il ke wajah thalout yang menandakan  kehairanan  dan ketidak-puasan dengan pengangkatan itu. Selintas pun tidak  terfikir  oleh mereka bahwa seorang seperti Thalout yang papa dan miskin dan   tidak dikenal orang ialah yang akan dipilih oleh Somu'il soal pemilihan  dan  pengangkatan seorang raja bagi mereka.
Berkata mereka kepada  Somu'il:  "Bagaimana seorang seperti Thalout ini akan dapat memimpin  kami sebagai raja  padahal ia seorang yang miskin yang tidak dikenal  orang dan pergaulan  sehari-harinya hanya terbatas didesanya. selain  ituia bukannya dari keturunan  "Lawi" yang menurunkan para nabi Bani  Israil, juga bukan dari keturunan "Yahuda"  yang menurunkan raja-raja  Bani Isra'il sejak dahulu kala. Ia pun tidak memiliki  pengalaman dan  kecekapan yang diperlukan oleh seorang raja untuk mengurus serta   mempertahankan kerajaannya. Mengapa tidak dipilih sahaja seorang drp  mereka yang  berada di kota yang pandai-pandai, berpengalaman dan  berkeadaan  cukup?"
berkata Somu'il menanggapi keberatan-2 yang  dikemukakan oleh  kaumnya: "Pengurusan kerajaan dan pemimpin perang  tidak memerlukan kebangsawanan  atau kekayaan. Ia memerlukan kecekapan,  kebijaksanaan, kecerdasan berfikir dan  kecekatan bertindak. sifat-2 itu  terdapat dalam dir Thalout di samping ia  memiliki tubuh yang kuat,  perawakan tg tegap dan kekar serta paras muka yang  tampan yang memberi  kesan baik bagi orang-orang yang menghadapinya. Selain itu  semuanya, ia  adalah pilihan dan tunjukan Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha   Mengenal hamba-hamba-Nya. Maka tidak patutlah kami memilih orang lain  setelah  Allah menjatuhkan pilihan-Nya."
"Baiklah", kata mereka,  "Jika yang  demikian itu pilihan dan kehendak Allah, maka kami tidak  dapat berbuat lain  selain meneriam kenyataan ini. Akan tetapi untuk  menghilangkan keragu-raguan  kami tentang diri Thalout, berilah kepada  kami suatu tanda yang dapat  menyakinkan kami bahwa Thalout benar-benar  pilihan Allah."
Somu'il menjawab:  "Sesungguhnya Allah telah  mengetahui watak dan tabiat kamu yang kaku dan keras  kepala. Imanmu  tidak berada di dalam hati tetapi di kelopak mata. Kamu tidak   mempercayai sesuatu tanpa bukti yang dapat kamu rasa dengan pancaindera  kamu.  Maka sebagai bukti bahwa Allah merestui pengangkatan Thalout  menjadi raja kamu,  ialah bahawa kamu akan menemukan kembali peti  keramatmu "Tabout" yang telah  hilang dan dirampas oleh bangsa Palestin.  Kamu akan menemukan itu datang  kepadamu dibawa oleh malaikat. Pergilah  kamu keluar kota sekarang juga untuk  menerimanya."
Setelah  ternyata bagi mereka kebenaran kata-kata Somu'il  dengan ditemuinya  kembali Tabout yang sudah tujuh bulan berada di tangan  orang-orang  Palestin itu, maka diterimalah pengangkatan Thalout sebagai raja  mereka  dengan memberikan bai'at kepadanya dan janji akan taat serta mematuhi   segala nasihat dan perintahnya.
Raja Thalout
Tugas  pertama yang  dilakukan oleh thalout setelah dinobatkan sebagai raja  ialah menyusun kekuatan  dengan menghimpunkan para pemuda dan  orang-orang yang masih kuat untuk menjadi  tentera yang akan mengahdapi  bangsa Palestin yang terkenal kuat dan  berani.
Ia menyusun bala  tenteranya dari orang-orang yang masih kuat, tidak  mempunyai tanggungan  keluarga, tidak mempunyai ikatan-2 dagang usaha sehingga  dapat  membulatkan tekadnya untuk berjuang dan memusatkan fikiran dan tenaga  bagi  mencapai kemenangan dna menghalaukan musuh dari negeri mereka  dengan semangat  yang teguh yang tidak tergoyahkan. Sebagai ujian untuk  mengetahui sampai sejauh  mana rakyatnya atau barisan tenteranya yang  disusun itu berdisiplin mengikuti  komando dan perintahnya, Thalout  berkata mereka: "Kamu dalam perjalananmu di  bawah terik panasnya  matahari akan melalui sebuah sungai. Maka barang siapa di  antara kamu  minum dari air sungai itu, ia bukan pengikutku yang setia yang dapat   kupercayai kesungguhan hatinya dan kebulatan tekadnya. Sebaliknya  barangsiapa di  antara kamu yang hanya menciduk air sungai itu seciduk  tangan untuk sekadar  membasahi kerongkongannya, maka ia ialah seorang  pengikutku dan tentera yang  benar-benar dapat kuandalkan keberaniannya  dan kedisiplinannya."
Ternyata  apa yang dikhuatirkan oleh  Thalout telah terjadi dan menjadi kenyataan. Setiba  barisan tentera  Thalout di sungai yang dimaksudkan itu, hanya sebahagian kecil   sahajalah dari mereka yang berdisiplin mengikuti petunjuk Thalout secara  tepat.  Sedang bahagian yang besar tidak dapat bersabar menahan  dahaganya dan minumlah  mereka dari air sungai itu sepuas-puas hatinya.
Walaupun  telah terjadi  pelanggaran disiplin oleh sebahagian besar dari anggota  tenteranya, thalout  tetap berkeras hati melanjutkan perjalanannya  menuju ke medan perang dg pasukan  yang tidak bersatu padu dan  berdisiplin sebagaimana ia menduga dan  mengharapkannya. Ia hanya  bersandar dan mengandalkan kekuatan tenteranya kepada  bahagian kecil  yang sudah ternyata setia dan patuh kepada perintah dan  petunjuknya.  Sedang terhadap mereka yang sudah melanggar perintahnya dan minum  dari  air sungai itu, Thalout bersikap sabar, lunak dan bijaksana untuk   menghindari keretakan di dalam barisan tenteranya sebelum menghadapi   musuh.
Tatkala mereka tiba di medan perang dan berhadapan dengan  musuh,  sebahagian drp pasukan Thalout ialah mereka yang telah melanggar  disiplin dan  minum dari air sungai, merasa kecil hati dan ketakutan  melihat pasukan musuh  yang terdiri dari orang-orang kuat dan  besar-besar dengan peralatan yang lebih  lengkap dan jumlah tentera yang  lebih besar di bawah pimpinan seorang komandan  bernama "Jalout".
Jalout,  panglima komandan pasukan musuh terkenal seorang  panglima yang berani,  cekap dan terkenal tidak pernah kalah dalam peperangan.  Tiap orang  yang berani bertarung dengan dia pasti jatuh terbunuh. Namanya telah   menimbulkan rasa takut dan kecil hati pada bahagian besar dari pasukan  Thalout.  berkata mereka kepadanya: "Kami tidak berdaya dan tidak akan  sanggup menghadapi  dan melawan Jalout berserta tenteranya hari ini.  Mereka lebih lengkap  peralatannya dan lebih besar bilangannya daripada  pasukan kami."
Akan  tetapi kelompok yang setia yang merupakan  golongan yang kecil dalam pasukan  Thalout, tidak merasa takut dan  gentar menghadapi Jalout dan bala tenteranya,  walaupun mereka lebih  besar dan lebih lengkap peralatannya karena mereka keluar  ke medan  perang mengikuti Thalout dengan tekad yang bulat hendak membebaskan   negerinya dari para penyerbu dengan berbekal tawakkal dan iman kepada  Allah.  Sejak mereka melangkahkan kaki keluar dari rumah mereka sudah  berniat bulat  berjuang bermati-matian melawan musuh yang telah merampas  rumah dan tanah mereka  dan bersedia mati untuk tugas suci itu. Berkata  mereka kepada kawan-2nya  kelompok pengecut itu: "Majulah terus untuk  bertempur melawan musuh. Kami tidak  akan kalah karena bilangan yang  sedikit atau kerana kelemahan fizikal. Kami akan  menggondol kemenangan  bila iman di dalam dada kami tidak tergoyahkan dan  kepercayaan kami  akan pertolongan Allah tidak menipis. Berapa banyak terjadi  sudah,  bahwa kelompok yang kecil jumlahnya mengalahkan kelompok yang besar,  bila  Allah mengizinkannya dan memberikan pertolongan-Nya. Dan Allah  selalu berada di  sisi orang-orang yang beriman, sabar dan bertawakkal."
Dengan  tidak  menghiraukan kasak-kusuk dan bisikan kelompok pengecut yang  ingin mundur dan  melarikan diri dari kewajiban berperang, Raja Thalout  terus maju memimpin  pasukannya seraya bertawakkal kepada Allah memohon  pertolongan dan  perlindungan-Nya.
Setelah kedua pasukan merapat  berhadapan satu dengan yang  lain dan pertempuran dimulai, keluarlah  dari tengah-2 barisan bangsa Palestin,  panglima besarnya yang bernama  Jalout berteriak dengan sekuat suaranya menentang  pasukan Thalout  mengajak bertarung seorang lawan seorang Berulang-ulang ia  berseru  dengan suara yang lantang agar pihat Thalout mengeluarkan seorang yang   akan melawan dia bertanding dan bertarung namun tidak seorang pun keluar  adri  tengah pasukan Bani Isra'il menghadapinya. Kata-kata ejekan dan  hinaan  dilontarkan oleh Jalout kepada pihak musuhnya, pasukan Bani  Isra'il yang sedang  dicekam oleh rasa takut dan bimbang menghadapi  Jalout yang sudah termasyur  sebagai jaguh yang tidak pernah terkalahkan  itu.
Pada saat yang kritis  dan tegang itu di mana rasa malu  rendah diri memenuhi dada dan hati para  pemimpin pasukan Bani Isra'il  yang sedang memandang satu kepada yang lain, seray  bertanya-tanya dalam  hati masing-2 gerangan siapakah di antara mereka yang dapat  maju  membungkam ,ulut si Jalout yang berteriak-teriak itu dan melawannya,   datanglah pada saat itu menghadap raja Thalout seorang lelaki remaja  berparas  tampan, bertubuh kekar dan tegak, sinar matanya memancarkan  keberanian dan  kecerdasan. Ia meminta izin dari sang raja untuk keluar  menyambut tentangan  Jalout dan menandinginya.
Thalout merasa  kagum akan keberanian pemuda  yang telah menawarkan dirinya untuk  bertarung dengan Jalout, sementara  orang-orang dari pasukannya sendiri  yang sudah berpengalaman berperang tidak ada  yang tergerak hatinya  untuk menyahut cabaran Jalout yang berteriak-teriak  melontarkan ejekan  dan hinaan. Thalout dengan cermat memperhatikan perawakan  sang pemuda  itu merasa berat dan ragu-ragu untuk memberi izin kepadanya turun ke   gelanggang melawan Jalout. Ia tidak membayangkan seorang dalam usia  semuda itu,  yang belum pernah turun ke medan perang dan tiak  berpengalaman bertarung akan  selamat dan keluar hidup dari pertarungan  melawan Jalout. Ia benar-benar bukan  tandingannya, kata hati Thalout,  bahkan merupakan suatu dosa bila ia melepaskan  pemuda itu bertarung  dengan Jalout. Sayang bagi usianya yang masih muda itu bila  ia akan  menjadi korban dan makanan pedang Jalout yang tidak pernah memberi ampun   kepada lawan-lawannya.
Sang pemuda dengan memperhatikan roman  muka  Thalout dapat menangkap isi hatinya bahwa ia ragu-ragu dan bimbang  untuk  melepaskannya bertarung dengan Jalout maka berkatalah ia  kepadanya: "Janganlah  engkau terpengaruh oleh usia mudaku dan keadaan  fizikalku yang menjadikan engkau  ragu-ragu dan khuatir melepaskan aku  melawan Jalout karena yang menentukan  dalampertarungan bukanlah hanya  kekuatan fizikal dan kebesaran badan akan tetapi  yang lebih penting  dari itu ialah keteguhan hati dan keuletan bertempur serta  iman dan  kepercayaan kepada Allah yang menentukan hidup matinya seseorang   hamba-Nya. beberapa hari yang lalu aku telah berhasil menangkap seekor  singa dan  membunuhnya tatkal ia hendak menyergap dombaku dan sebelum  itu terjadi pula aku  menghadang seekor beruang yang ganas dan berhasil  membunuhnya setelah bergulat  mati-matian. Maka bukanlah usia atau  kekuatan badan yang merupakan faktor yang  menentukan dalam pertempuran  tetapi keberanian dan keteguhan hati serta  kelincahan dan kecepatan  bergerak dengan disertai perhitungan yang tepat, itulah  merupakan  senjata yang lebih ampuh dalam setiap pertarungan."
Mendengar   kata-kata yang penuh semangat yang keluar dari hati yang ikhlas dan  jujur  sedarlah Thalout bahawa pemuda itu berkemahuan keras ingin  melawan Jalout. Ia  percaya kepada dirinya sendiri bahwa ia dapat  mengalahkannya maka diberinyalah  izin dan restu oleh Thalout untuk  melaksanakan kehendaknya dengan diiringi doa  semuga Allah melindunginya  dan mengurniainya dengan kemenangan yang  diharap-harapkan oleh seluruh  anggota pasukan. Kemudian ia diberinya pedang,  topi baja dan zirah  baju besi namun ia enggan mengenakan pakaian yang berat itu  dan pedang  pun ia menolak untuk membawanya dengan alasan ia belum biasa   menggunakan senjata itu. Ia hanya membawa sebuah tongkat beberapa batu  kerikil  dan sebuah bandul untuk melemparkan batu-batu itu.
Berkatalah  Thalout  kpanya: "Bagaimana engkau dapat bertarung dengan hanya  bersenjatakan tongkat,  bandul dan batu-batu melawan Jalout yang  bersenjatakan pedang, panah dan  berpakaian lengkap?"
Pemuda itu  menjawab: "Tuhan yang telah melindungiku dan  taring singa dan kuku  beruang akan melindungiku pula dari pedang dan panah  Jalout yang  durhaka itu." Lalu dengan berbekalkan senjata yang sgt sedrhana itu,   keluarlah ia dari tengah-2 barisan Bani Isra'il menuju gelanggang di  mana Jalout  sedang menari-nari mengelu-elukan pedangnya seraya  berteriak-teriak mengejek dan  menyombangkan diri.
Tatkala Jalout  melihat bahwa yang masuk gelanggang  hendak bertanding dengan dia  adalah seorang pemuda remaja tidak bersenjatakan  pedang atau panah dan  tidak pula mengenakan topi baja dan zirah, dihinalah ia  dan diejek  dengan kata-kata: "Utk apakah tongkat yang engkau bawa itu."Utk   mengejar anjingkah atau untuk memukul anak-anak yang sebaya dengan  engkau? Di  mana pedangmu dan zirahmu? Rupa-rupanya engkau sudah bosan  hidup dan ingin mati  padahal engkau masih muda yang belum merasakan  suka-dukanya kehidupan dan yang  masih harus banyak belajar dari  pengalaman. Majulah engkau ke sini akan aku  habiskan nyawamudalam  sekelip mata dan akan kujadikan dagingmu makanan yang  lazat bagi  binatang-2 di darat dan burung-2 di udara."
Sang pemuda   menjawab: "Engkau boleh bangga dengan zirah dan topi bajamu, boleh  merasa kuat  dan ampuh dengan pedang dan panahmu yang tidak akan sanggup  menyelamatkan  nyawamu dan tanganku yang masih halus dan bersih ini.  Aku datang ke sini dengan  nama Allah Tuhan Bani Isra'il yang telah lama  engkau hina, engkau jajah dan  engkau tundukkan. Engkau sebentar lagi  akan mengetahui pedang dan panahkah yang  akan mengakhiri hayatku atau  kehendak Allah dan kekuasaan-Nya yang akan  meranggut nyawamu dan  mengirimkan engkau ke neraka Jahannam?"
Melihat  Jalout melangkah  maju, maka sebelum ia sempat mendekatinya, sang pemuda segera   mengeluarkan batu dari sakunya, melemparkannya dengan bandul tepat ke  arah  kepala Jalout yang seketika itu juga mengalirkan darah dengan  derasnya hingga  menutupi kedua matanya, lalu diikuti dengan lemparan  batu kedua dan ketiga oleh  sang pemuda hingga terjatuhlah Jalout  tertiarap di atas lantai menghembuskan  nafas terakhirnya.
Bergemuruhlah  suara teriakan gembira dan sorak-sorai dari  pihak pasukan Bani Isra'il  menyambut kemenangan pemuda gagah perkasa itu atas  Jalout jaguh dan  kebanggaan bangsa Palestin. Dan dengan matinya Jalout hilanglah   semangat tempur pasukan Palestin dan mundurlah mereka melarikan diri   tunggang-langgang seraya dikejar dan diajar tanpa ampun oleh pasukan  Thalout  yang telah memperoleh kembali semangat juangnya dan harga diri  serta kebanggaan  nasionalnya.
Isi cerita di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah  "Al-Baqarah" ayat 246 sehingga 251 yang bermaksud :~
"246~  Apakah kamu tidak  memperhatikan pemuka-pemuka Bani Isra'il sesudah  Nabi Musa, yaitu ketika mereka  berkata kepada seorang Nabi mereka:  "Angkatlah untuk kami seorang raja supaya  kami dapat berperang {di  bawah pimpinannya} di jalan Allah." Nabi mereka  berkata: "Mungkin  sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan   berperang`." Mereka menjawab : "Mengapa kami tidak mahu berperang di  jalan  Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung  halaman kami dan dari  anak-anak kami?" Maka tatkala perang itu  diwajibkan atas mereka, mereka pun  berpaling, kecuali beberapa orang  saja di antara mereka. Dan Allah Maha  Mengetahui akan orang-orang yang  zalim. 247~ Nabi mereka mengatakan kepada  mereka: "Sesungguhnya Allah  mengangkat Thalout menjadi rajamu." Mereka menjawab:  "Bagaimana Thalout  memerintah kami padahal kami lebih berhak mengendalikan  pemerintahan  daripadanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang cukup  banyak?"  Nabi mereka berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi   rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa."  Allah  memberi pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah  Maha Luas  pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. 248~ Dan Nabi mereka  mengatakan kepada  mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja  ialah kembalinya tabout  kepadamu di dalamnya terdapat ketenangan dari  Tuhanmu dan sisa dari peninggalan  keluarga Musa dan keluarga Harun  tabout itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya  pada yang demikian itu  terdapat tanda bagimu jika kamu orang yang beriman. 249~  Maka tatkala  Thalout ke luar membawa tenteranya ia berkata: "Sesungguhnya Allah  akan  menguji kamu dengan satu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum  airnya,  bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tidak merasakan airnya  kecuali orang  yang hanya menciduk seciduk tangan, maka ia adalah  pengikutku." Kemudian mereka  meminumnnya terkecuali beberapa orang di  antara mereka. Maka tatkala Thalout dan  orang-orang yang beriman  bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang  yang telah minum  berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan  Jalout  dan tenteranya." Orang-orang yang menyakini bahwa mereka akan menemui   jalan Allah berkata: "Berpa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat   mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah dan Allah berserta   orang-orang yang sabar. 250~ tatkala Jalout dan tenteranya telah nampak  oleh  mereka, mereka pun berdoa: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran  atas diri kami  dan kukuhkanlah pendirian kami dan tolonglah kami  terhadap orang-orang kafir."  251~ Mereka {tentera Thalout} mengalahkan  tentera Jalout dengan izin Allah dan  {dalam peperangan itu} Daud  membunuh Jalout, kemudian Allah memberikan kepadanya  {Daud}  pemerintahan dan hikmah {sesudah meninggalkan Thalout} serta Allah   mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya." { Al-Baqarah : 246 ~  251  }
Catatan tambahan
Nabi  Musa wafat pada usia  150 tahun di atas sebuah bukit bernama "Nabu", di  mana ia diperintahkan oleh  Allah untuk melihat tanah suci yang  dijanjikan {Palestin} namun tidak sampai  memasukinya.